Lamaran

6.4K 276 38
                                    

Hujan tengah mengguyur kota Jakarta siang itu. Seorang perempuan menghela nafasnya cukup panjang melihat langit kelam yang mengeluarkan butiran-butiran air yang jatuh dari langit. Yuni menatap agak kesal kearah langit. Matanya jauh menerawang mengingat betapa senangnya ia pindah kesekolah yang sama dengan Nathan dua hari ini. Namun kenyataannya, rasa senangnya kini berganti menjadi rasa kesal karena ekspetasi yang ia bayangkan tidak sesuai dengan realita yang kini ia alami. Seharusnya ia bisa bertemu dengan cowok itu, namun jangankan bisa bertemu secepat yang ia mau, ia harus menelan mentah-mentah fakta bahwa Nathan sedang mengikuti OSN, dan OSN itu akan berakhir dua minggu lagi. Waktu yang begitu lama bagi Yuni yang terlalu rindu untuk bertemu.

Sekali lagi ia memandang langit yang masih setia mengguyur kota Jakarta dengan hujannya. Salahkan ayahnya yang tidak menginginkan kalau Yuni menjadi manja dan harus memakai bis untuk transportasi yang harus digunakan untuk pergi atau pulang sekolah. Dan salahkan juga dirinya yang teledor tidak membawa payung karena lupa. Dirinya masih berdiri menunggu didepan pintu masuk gedung sekolah. Semua siswa berangsur berkurang karena bel pulang telah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Hanya beberapa siswa yang tampak masih menunggu hujan yang cukup deras untuk berhenti.

"Aww" teriak Yuni ketika kepalanya merasakan lemparan dari benda yang cukup keras. Ia mendelik melihat kearah ubin lantai mendapati payung berwarna merah dikakinya. "Pake aja, besok lo pulangin" ucap sebuah suara tepat disamping Yuni. Temy memandang mata Yuni yang hitam pekat sebelum ia akhirnya melangkahkan kaki dengan cepat meninggalkan Yuni yang masih mematung dan menatap Temy yang berlari menembus hujan. Yuni yang masih meringis kesakitan dikepalanya lalu meringkuk mengambil payung yang dilempar Temy. "Dasar aneh" ucap Yuni lalu mengembangkan payung tersebut untuk digunakannya menuju halte bis yang tidak seberapa jauh dari sekolahnya.

Yuni melangkah sambil bersenandung kecil, menikmati perjalanan sendirinya. Terlintas perlakuan Temy tadi kepadanya. Ekspresi Temy tadi membuat hatinya setengah dongkol setengah senang. Dongkol karena cowok itu tidak baik-baik meminjamkannya payung dan senang karena cowok itu memberikan sedikit pengertian kepadanya. Didalam hatinya ia merasakan, ternyata kekesalannya untuk pindah sekolah diwaktu yang salah dan tidak menemukan Nathan berkurang sudah.

**

"Sayang, aku duluan ya" ucap Mak Ujang berpamitan kepada Dara yang baru saja akan mempersiapkan peralatan make-upnya. Diala yang dari tadi membaca majalah langsung menatap kepergian Mak ujang. "Calon laki lo mau kemane tuh Dar?" tanya Diala melanjutkan bacaannya. "Dia-kan ketua panitia acara ntar malem mbak, ya gitu deh" ucap Dara kemudian mulai merias wajah Sarah. "Ooo" ucap Diala lalu menatap wajah Sarah yang kini tengah dibubuhi make up.

Diala menatap Sarah yang baru saja selesai di make up. Sedari tadi matanya tak lepas memandang wajah gadis Arab yang duduk didepan meja rias itu. Dara tersenyum puas mendapati hasil kreatifitasnya yang kini membuat wajah Sarah tampil sangat memukau.

"Okey.." ucap Diala sambil menangkup pundak Sarah membawa mata Sarah menatap Diala yang sudah bersiap akan pergi keacara makan malam itu. "Nanti, kamu jalan sama mbak dan Dara. Usahain jangan ngomong sama orang lain kecuali orang yang kamu kenal, tapi jangan ngomong sama Nathan. Jangan pernah. Untuk kali ini saja ya, jangan ngomong sama si Nathan.." ucap Diala disambut kekehan dari Dara. "Kayak pesan ke anak kecil yang mau pergi sekolah aja deh mbak". "Diem aja lo Dar" ucap Diala tanpa memalingkan wajahnya dari Sarah. Dara diam dan menahan tawanya lalu melangkah mendekati Diala dan Sarah. Mereka bertiga lalu pergi menuju restoran hotel tempat acara makan malam berlangsung.

"Kamu deket-deket sama Dara dulu ya Sarah, nanti mbak balik lagi kesini" ucap Diala kemudian berpamitan untuk segera kearah rombongan SMA yang akan bersiap akan masuk kedalam Restoran.

"Gugup?" tanya Dara yang berdiri disamping Sarah. "Sedikit kak" ucap Sarah kembali mengatur nafasnya. "Ahaha, udah gak apa-apa, inget aja pesan mbak Diala, gitu-gitu orangnya emang mantap loh kalo acara cuek cuekan kayak gini" ucap Dara terkekeh pelan lalu berdeham dan menangkup tangan kanan Sarah.

Sarah, Si Cewek ArabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang