FANNY POV
Aku mematung disana. Menutup wajahku dengan telapak tangan dan menangis dibelakangnya. Aku terus mengatakan 'Maafkan aku, Dika. Semoga kau baik baik saja.' . Entah sudah berapa kali aku mengatakannya di dalam hatiku.
Grap..
Tanganku di raih oleh Faris. Wajah sedihku langsung ditemukan olehnya. Segera kuusap airmataku dan berusaha menganggap semuanya Baik baik saja.
"Fanny..." Faris memanggilku dengan lembut. Sebagai tanda kalau aku harus mengatakan yang sejujurnya. Airmataku mengalir lagi, kali ini.. Wajahku tak bisa kusembunyikan lagi. Aku menangis di hadapannya.
"Jangan nangis.. Kamu ga salah Fan. Ini tuh cuma salah faham aja." Hiburnya sambil menarikku ke bangku halaman rumah sakit.
Aku masih saja menangis dan menundukkan kepalaku.
"Tetep aja ini salah aku, Ris. Kalo aku ga ceroboh naruh coklat itu di meja, kejadian ini ga bakalan terjadi. Ini sama aja aku yang ngeracunin Dika." kataku.
"Kenapa kamu ga masuk ?" Faris
"Aku ga bisa kesana, Ris. Rasa bersalah masih tertanam dalam dalam di hati aku ris. Aku juga ga pantes ada disana, karena aku.. Dika jadi kaya gitu.." Fanny
Faris langsung menghadapkan tubuhku ke hadapannya. Dan tangannya memegang kedua pundakku bertanda menyemangatiku.
"Fan, kamu ga salah. Kamu ga ada hubungannya sama kejadian ini. Kamu cuma keseret aja Fan. Jangan selalu nyalahin diri sendiri. Cari bukti siapa yang melakukan ini sebenarnya. Jangan langsung memutuskan kalo kamu yang salah sepenuhnya. Engga, Fan! . Ayo.. Jenguk Dika bareng aku. Kamu harus mau! . oke, kalo kamu mau nya sepi dan ga ada orang banyak, aku bakal terus berusaha cari waktu untuk ketemu sama Dika. " Faris
"Tapi, Ris. . aku ga-" Fanny
"Ga ada tapi.. Tunggu disini, aku bakal liat situasi di dalem." Faris
"Ris...." Fanny
Faris sudah berjalan menuju ke dalam rumah sakit. Aku masih saja menangis dan menundukkan kepalaku ini. Aku harus bagaimana ? Situasi sudah tidak memungkinkan lagi.
Aku sudah dibenci Ara sekarang. Dan teman teman disana, mungkin sudah menyebar berita tentang Dika ini dan siapa pelakunya. Ditambah, Faris mengajakku kesana. Aku takut masalah ini semakin membesar.
Beberapa menit kemudian, Faris datang dan langsung meraih tanganku. Ia langsung membawaku masuk ke rumah sakit. Aku sempat menolak ajakanya, tapi aku tak sanggup menolaknya. Genggaman tanganya padaku sangatlah kencang. Dan pergelangan tanganku sudah terasa sakit sekarang.
Aku sudah ada di depan ruang dimana Dika terbaring. Aku melihat dari jendela kecil dipintu. Dan kulihat, hanya ada kedua orangtua Dika yang menunggu. Faris mengetuk pintu dan Ibu Dika mempersilahkan Faris masuk. Aku yang berada di belakangnya langsung tersenyum dan menyapa kedua orangtua Dika dengan sopan.
"Maaf.. Ibu dan ayah Dika. Kami teman sekelasnya. Kami boleh jenguk Dika ?" Kata Faris, aku hanya diam dan berusaha menyembunyikan wajah sembab ku ini.
"Ohh iya, Nak. Boleh.. Tolong jaga Dika dulu yaa.. Ibu sama bapak mau keluar sebentar." kata ibu Dika dan kami pun meng-iyakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rotate Direction
JugendliteraturPerjalanan hidup seorang gadis yang bernama Fanny yang dipenuhi oleh kejadian kejadian yang 'tak masuk akal' dalam hidupnya. Akankah Fanny bisa menempuh hidup yang 'aneh' ini ?