part 8

201 2 0
                                    

Dandy yang tak fokus pada pekerjaan nya karna memikirkan Nana yang mungkin saja makin dekat dengan guru yang dicintainya.

"Yah pagi-pagi udah melamun aja."

"Ketok pintu dulu kali."

"Gue udah ketok pintu malah digedor gedor kalau yang didalam nya melamun yah mau di dobrak pun juga engga akan denger."

"Al, pagi pagi jangan buat gue emosi deh."

"Yaelah dan gue engga ngapa ngapain cuma mau ngasih nih berkas."

Dandy tak menjawab malah meninggalkan ruangannya membuat alfi bingung.

"Mau kemana dan bentar lagi ada meeting dari klien. "

"Bukan urusan lo dan gue yakin lo bisa ngatasi klien itu." Ucap Dandy diujung pintu.

---------

"Ra aku ketaman belakang dulu yah."

"Cie cie."

"Apaan sih ra."

"Sukses yah, aku pamit pulang aja yah Na aku yakin om kamu pasti jemput lagi."

"Om?"

"Iyah yang tadi mengantar kamu, aku melihat nya tadi sekilas di dalam mobilnya."

"Kamu kenal?"

"Engga sih, cuma pernah dia nanyain kamu."

"Aku?"

"Iyah, waktu kamu minta bimbingan sama pak yudi."

Nana masih mencerna ucapan sahabat nya "berarti dia sudah nguntitku."

"Jangan bengong na, punya om tampan kaya gitu kok di diemin sih."

"Apaan tampan apa nyah dia nyebelin. " ucap Nana dengan kesal.

"Yaudah, salamain aja yah buat om tampan nya." Rana meninggalkan Nana.

Nana masih memikirkan yang diucapkan Rana tapi segera menepis nya setelah inget dengan janji nya pada pak yudi.

Nana berjalan menuju Taman belakang, sekolah cukup tenang karna kelas sebelas dan sepuluh masih dalam jam pelajaran karna ini masih jam 11.00.

Nana melihat sosok yang dicari nya sedang duduk di kursi Taman sekolah.

"Assalamualaikum pak, maaf lama."

"Waalaikumsalam, engga kok na bapak juga baru aja. "

Nana duduk disebelah yudi.

Cukup lama mereka menatap kedepan yang menampakkan beberapa pepohonan dan bungan bunga yang sudah bermekaran.

"Na, entahlah apa yang bapak rasakan tapi jantung ini berdetak dengan sangat cepak. "

"Maksud bapak?."

Yudi memiringkan badan nya sehingga menatap Nana.

"Saat ini jantung bapak berdetak yang engga semestinya ,perasaan bapak selalu menghangat yah selalu begitu saat mengingat namamu saja dan saat ini melebihi karna kamu ada di depan bapak." Ucap yudi dengan tulus.

Nana yang mendengar nya langsung memandang gurunya.

"Apa ini lelucon pak?"

"Apa kamu tak melihat mata saya apa kamu tak melihat ketulusan. "

Nana melihat nya itu sangat tulus tapi nyata kenyataan nya sudah tak memungkinkan. Nana menahan air mata yang ingin keluar.

"Maaf pak."

Forced Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang