part 6

283 2 0
                                    

Pov Nana

Dalam tidur aku menggeliat merasakan tidur yang sangat nyaman. Aku membuka kelopak mata yang pertama kali kulihat langit langit ruangan yang asing yang membuat ku langsung terbangun dengan posisi duduk yang membuatku merasakan pusing.

"Aww." Teriak ku cukup keras." Nana bodoh pasti pusing kalau bangun langsung gini. " ucap ku merutuk diri sendiri sambil mengusap-usap kepala.

"Kamu kenapa na?" Ucap suara yang membuat aku menegang, karna suara ini...

"Hey Nana." Ucap nya lagi yang membuat aku mencari nya dan aku melihatnya duduk pada kursi yang dekat dengan ranjang, untuk kedua kali nya aku melihat mata Indah nya lagi.
"Na, jangan sampai kau terpesona olehnya." Bisik seseorang dalam diriku. Aku langsung mengalihkan pandanganku.

"Kamu tidak berniat untuk mengacuhkan ku lagi kan." Ucap nya
Yang membuat ku menatap nya kembali.

"Nana...Nana hanya sedikit pusing." Ucapku dengan gugup.

"Kau sakit?" Tanya nya dengan kekhawatiran yang sangat jelas pada wajah nya dan membuat ku kanget dengan sikap nya yang menempelkan punggung tangan nya pada kening ku.

Karna terlalu gugup aku hanya menjawab nya dengan gelengan dan apa yang dilakukan nya sekarang? Dia mengusap - usap kepala ku dan mana jilbab ku? Aku sadar dia mengusap kepala ku menyentuh rambut bukan kain atau jilbab.

"Jilbabku mana?" Gumamku tanpa niat bertanya padanya tapi dia mendengar dan menjawab nya

"Jilbab mu ada, semalem aku buka abisnya keningmu berkeringat na, kamu cape pasti nya."

"Capek?"
Aku bingung kenapa dia bertanya seperti itu, dan dia tersenyum kembali senyum yang tulus dan Indah yang membuat nya semakin mempersona.

"Mungkin kamu masih pusing abis bangun tidur jadi linglung gitu, kemaren kita itu abis akad nikah, kita langsung pulang lagi kebandung, perkiraan sampe rumah jam 19.00 karna kita berangkat abis ashar tapi itu hanya perkiraan dan nyata nya kita terjebak macet yang hampir memakan waktu 5 jam dan kita sampe mungkin jam 11 , aku engga liat jam sih." Jelasnya padaku.

Aku baru inget bahwa pernikahan itu bukan mimpi, ini nyata dan jelas-jelas nyata. Aku teringat bahwa diperjalanan aku merasakan kantuk, apakah aku tidur? Arrgth aku tidak ingat apapun . Kapan aku berjalan kekamar ini?  Yah aku benar benar tertidur dan siapa yang memindahkan ku sampai kamar ini? Jangan-jangan

"Sayang, kenapa menunduk dan geleng-geleng gitu?"
Mendengar kata sayang dari bibir nya padahal bukan pertama kali nya entah mengapa jantung berdetak tak sewajar nya membuat diri ini gugup.

"Nana...Nana tidak apa apa."jawab ku dengan gugup 
"Aku yang memindahkan mu dari mobil kekamar ini."
"Apa?" Jawabku cukup terpekik
"Iyah aku yang memindahkan nya."
"Dengan menggendong Nana?" Tanya ku masih dengan rasa tak percaya.
Dandy hanya membalas nya dengan anggukan.
"Aish, kenapa engga bangunin Nana."
Sontakku
"Eh tapi kok dia tau apa yang dipikirin nana, ah dasar otak lemot nya kumat." Bisikku dalam hati.

Dandy belum menjawab malah tersenyum.

"Kamu lucu, polos sama cantik kalau bangun tidur gini, mana tega aku bangunin kamu yang tidur nya kaya kebo gitu." Ucap nya dengan ekpresi seperti menahan tawa tapi aku hanya menduga-duga.

"Dia memuji ku atau menyindir ku." Gumamku dengan mendengus

"Kamu bilang apa?"

"Engga."

Dia mengusap Puncak kepalaku

"Ayok keair ambil air wudhu bentar lagi solat subuh. " ucapnya

Aku kembali memandanginya dengan mengamati, ternyata dia memakai baju koko putih dan kain sarung yang berwarna senada.

Forced Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang