part 14

221 1 0
                                    

Ada perasaan lega saat Nana memasuki halaman rumah Dandy karna tidak mendapati mobil Dandy terpakir tapi Nana melihat mobil Alfi yang terparkir.

Saat Nana memasuki rumah, dia terpekik karna mendapati Dandy yang berdiri seperti menunggu kedatangan nya dan Alfi yang duduk disofa ruang keluarga fokus pada tontonan film kartun nya.

Dengan mengumpulkan keberanian yang ada Nana mendekati Dandy sehingga jarak mereka menyisakan hanya dua langkah.

"Maaf pak Nana engga minta ijin dulu buat ketemu Rana tapi jujur ini engga ada unsur kesengajaan hanya saja Nana merasa bosan dan mungkin saja ini pertemuan terakhir kami." Ucap Nana dengan menundukan kepala.

Dandy tak membalas hanya menatap nya dengan tatapan yang sulit diartikan, Alfi yang sedang fokus pun buyar dan memerhatikan Nana yang keliahatan ketakutan.

Akhirnya Dandy meninggalkan Nana, ada perasaan sakit pada dada nya saat Dandy lagi dan lagi mengabaikannya, Alfi yang melihat raut sedih dari Nana memanggilnya.

"Na, pegel tuh berdiri terus lebih baik temenin kakak disini." Teriak Alfi yah meski tidak sekencang teriakan ibu ibu rempong.

" tapi kak...

"Nana engga ada tapi tapi."

Nana yang mendengar tak ada penolakan dari Alfi akhirnya menghampiri nya dan duduk disebelah nya dengan jarak yang cukup jauh.

"Tadi saat kak Al bilang Nana gak ada dirumah, Dandy minta untuk mencari kamu dan akhirnya dia semobil sama kakak." Ucap Alfi memecahkan keheningan.

Nana yang mendengar penjelasan dari Alfi  langsung memandang alfi disebelah nya dengan tatapan aneh.

"Jangan mandang kakak kaya gitu Na buat takut aja, kakak tau apa yang dipikirkan kamu dari ekpresi wajah kamu tuh menggambarkan."

"Maaf kak abisnya kakak tiba-tiba ngasih tau gitu bikin kaget lah kak."

"Hahaha bisa kaget yah??"

"Nana juga manusia kali kak."

Alfi hanya terkekeh mendengar jawaban dari Nana yang kesal.

Alfi yang melihat wajah Nana murung merasa khawatir.

"De, udah jangan mikirin Dandy terus, dia emang kaya anak kecil."

"Tapi kak Nana beneran lupa buat minta ijin. maklum kak, Nana kangen banget sama Rana udah berhari-hari engga komunikasi saat kakak telpon tadi niat nya mau langsung telpon pak Dandy tapi karna terlalu asik ngobrol jadi lupa." Jelas Nana dengan melemah.

"Kakak ngerti Na, jangan terlalu dipikirin sikap Dandy dia emang gitu."

"Tapi emang Nana istri engga baik kak, Nana udah nodai kepercayaan  nya pak Dandy." Ucap Nana yang sudah berkaca-kaca mata nya.

Alfi yang melihat nya cukup kaget.

"Na, kakak engga terima curhatan hati seorang istri muda yah." Ucap Alfi yang dibuat serius.

Nana yang mendengar nya kesal.

"Kakak." Teriak Nana dengan melempar bantal sofa pada Alfi.

"Wih keluar dah premannya. " Ucap Alfi dengan menghindar lemparan dari Nana.

"Kakak sama aja kaya Rana." Rajuk Nana.

"beda Nana." Alfi ikut merajuk.

"Idih ikut-ikutan nih."

"Biarin."

"Kakak bener-bener kaya Rana. "

"Beda, kakak laki-laki nah kalau Rana sahabat kamu kan penyempuyan." Ucap Alfi yang dibuat buat cadel.

Forced Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang