–Minggu, 2 Februari 1986
Titiek berjalan memasuki ruangan ayahnya dengan amarah yang menggebu dalam dada, membanting pintu keras-keras untuk mendapatkan atensi sang ayah yang sedang sibuk dengan jajaran map di atas meja.
Soeparto terdiam sejenak melihat wajah keras di paras ayu putrinya, lantas menutup map untuk bertopang dagu memandangi sang anak. "Sopan sekali dirimu, Di."
"Ayah kirim ke mana Prawiryo?!" jerit Titiek. "Apa Ayah tidak bisa menyimpannya hanya untukku? Lantas buat apa membuang wanita itu ke negeri perasingan jika pada akhirnya Ayah juga melempar Prawiryo ke sana?! Ayah sedang mendirikan istana impian untuk mereka di sana?!"
Soeparto tertawa kegelian mendengar omongan anaknya. "Istana impian apa?"
"Aku sudah bersabar menunggu hingga kelahiran anak itu. Sekarang Ayah menyuruhku menunggu berapa lama lagi?!"
"Kasihani lah laki-laki itu, anakku," kata Soeparto seraya meraih cerutu dan menghidupkannya dengan pongah. "Dia telah memilih untuk bersamamu dan membuang keluarganya demi dirimu. Hanya berikan setahun untuk kebahagiaannya dan kau bisa menikmati sisa hidupnya, apa kau begitu berat untuk melakukannya?"
Pandangan Titiek mengosong perlahan. "Jadi ke mana ayah mengirimnya?"
"Fort Benning, Amerika Serikat, untuk menjalani pelatihan di Special Forces Office Course."
"Ayah bisa pastikan dia akan pulang setahun mendatang?"
Soeparto mengangguk yakin. "Dia tak akan mau melewatkan hari penobatannya sebagai Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Prajurit yang Terkhianati
Fiksi SejarahKetika malaikat dijubahi pakaian setan. Ketika kesetiaan dihidangkan jamuan nikmat bernama pengkhianatan. Dia Prawiryo, yang tak beranjak di muka pengkhianat, walau tubuh didera pengkhianatan. "Bahkan jika itu negara yang berkhianat, aku tetap setia...