4. Dicky

29 12 0
                                    

Sesampainya di tempat parkir, gue langsung nyari motor gue. Kampret. Nggak ada... Gue cuma celingukan. Mana tukang parkirnya nggak ada. Kadang gue sebelnya gini nih, kalo bayarannya diawal, tukang parkirnya bakalan ngilang aja pas mau keluar. Tapi kalo bayarnya belakangan, pas mau masuk kita dianggep nggak ada. Kampret.

"Hoi! Motor lo gue bawa!" Tiba-tiba aja Dicky udah berhenti di depan gue, pas dengan motor gue. Iya motor gue. Gue langsung aja mukul helmnya Dicky.

"Argh! Be*go! Kenapa mukul segala sih!" Dicky langsung megangin helmnya.

Gue langsung melotot. "Ya elo sih. Ngapain coba motor gue lo bawa? Mau jadi maling lo?"

Dicky balik melototin gue. "Elo tuh malingnya. Seragam gue balikin nggak? Kalo nggak motor lo gue bawa nih!" Dicky malah ngancem gue.

Gue cuma ngehentakin kaki. "Kok gue sih! Kan gue kasih ke Tika. Nagihnya kok ke gue sih," omel gue.

Dicky langsung nabok kepala gue pelan. "Kok malah lo kasi ke orang lain?"

"Ya kan gue nggak bisa njahit. Gue kasih aja ke Tika yang jago," bales Gue sewot.

"Yakali dia jago. Tapi seragamnya nggak balik ke gue dodol."

Gue cuma diem. Iyasih, ini salah gue juga. Lagian si Tika aneh deh. Katanya mau njahitin, mau ngebalikin ke Dicky. Tapi nihil! Nggak ada apa-apa nya.

"Ya udah, besok gue tagihin deh ke Tika," jawab gue pelan.

"Nggak bisa lah, gue ada seleksi basket nih nanti sore. Masa iya gue mau pulang ke rumah ambil seragam baru. Rumah gue jauh," Dicky langsung merengut.

Gue cuma diem. "Ah, lo mah, pake seleksi segala. Bolos aja." jawab gue enteng.

"Nggak bisa lah! Ini penting buat gue,"

Gue cuma diem. Mikir bentar. "Gini aja deh, lo anter gue ke rumah. Gue pinjemin seragam gue deh,"

Dicky cuma merengut. "Okelah,"

***

"Kok gue malah kaya cabe-cabean gini sih?" Dicky ngelihatin badannya di depan cermin.

Gue cuma duduk sambil ngelihatin badannya Dicky. Kampret. Gue ngakak langsung. Gimana nggak ketawa, bodinya Dicky yang berotot itu keliatan banget karena seragam gue yang nge-press. Dia malah kaya terong dicabein.

"Sialan lo, malah ketawa," Dicky langsung ngelempar seragam gue kearah muka gue. "Nggak ada seragam lainnya apa?" protes Dicky.

Gue cuma geleng doang. "Nggak ada. Itu doang yang ada."

Dicky langsung melongo. "Masa bodi lo gini? Buat lo aja ini udah sesak." Dicky ngangkat seragam gue. Iya kecil banget emang. Gue emang belum bilang ke Dicky kalo itu seragam SMP gue, tapi kelas 1.

"Itu seragam waktu gue kelas satu. Gue mah juga nggak muat pake itu," kata gue pada akhirnya.

Dicky langsung natap gue. "Go*blok lo," katanya singkat.

Gue cuma meringis. "Ya habis mau gimana. Seragam gue tinggal ini doang." kata gue sambil nunjuk seragam yang nempel di badan gue.

Dicky langsung nunjuk gue. "Yaudah gue pinjem baju lo yang ini,"

AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang