"Hah? Temen lo?" Dicky natap gue serius.
Gue cuma bisa ngangguk. "Nggak apa-apa lah, toh temen gue nggak bakal ngegangguin lo," jawab gue enteng.
Dicky masi diem. "Cewek apa cowok?"
Gue nengok dikit. "Tumben lo nanya. Biasanya asal 'oke' aja kalo gue yang bayarin." Gue mulai berasa heran dan ngelihatin Dicky yang mulai bertingkah aneh.
"Ya kali gue jalan sama dua cewek. Entar gue dikira apaan," balesnya sewot.
Gue cuma nyerngit. "Emang dikira apaan? Gue aja biasa kok jalan bareng lo sama Tedi."
"Ya itu kan elo emang dari sononya nggak pernah mikir," Dicky tambah sewot. "Cewek apa cowok sih?" tambah Dicky lagi. Nadanya udah mulai maksa.
"Cewek. Kalo lo nggak mau ya lo nggak usah ikut ajalah,"
Dicky cuma diem doang habis ndenger kata-kata gue. "Ah, gue ajak Tedi sekalian aja deh," katanya tiba-tiba.
Gue sontak langsung ngebantah. "Ogah! Gue udah kebelet mati tau nggak. Dompet gue lama lama melayang beneran nih," teriak gue.
"Yaelah. Gue tau kali kalo lo itu bokeknya kebangetan. Lo bayarin minum gue aja deh. Tedi nanti gue yang bayarin." Kata-kata yang keluar dari mulut Dicky langsung bikin gue bisa bernafas lega. Seenggaknya, pengeluaran gue berkurang.
"Sip deh!" seru gue. "Lo nggak bayarin temen gue sekalian?" cecar gue.
Dicky malah melotot.
"Nggak jadi," tandas gue cepet, sebelum Dicky mulai ngomel ke gue.
***
Sialan. Gue lupa mikirin si Abel. Mana mau dia kalo gue ajak Dicky sama Tedi? Bisa ngambek dia malahan. Argh!! Pusing gue.
Gue cuma bisa mondar-mandir di kamar gue, sambil berharap ada angin yang ngebawain ide buat gue. Tapi yang ada gue malah kebelet boker. Kampret emang.
Dan, disinilah gue. Di rumah kedua gue (baca= WC) sambil bawa-bawa HP. Gue juga nggak tahu mau ngapain sih bawa HP, tapi gue tadi mikirnya 'bawa aja lah'. Dan sekarang gue cuma bisa melototin layar HP gue sambil menjawab panggilan alam.
Setelah sekian lama gue mendem di WC, akhirnya gue dapet ide buat nelepon Abel aja. Niatnya sih sekali mendayung dua pulau terlampaui.
"Abel, hei," kata gue begitu tersambung sama Abel.
"Alex ya? Tumben nelepon? Gue kira HP lo dibajak," kata Abel pelan.
Gue cuma ketawa garing aja. Gue bingung juga mau gimana ngomong sama Abel tentang besok Sabtu. "Eh, Bel, seandainya gue ajak temen gue satu lagi gimana? Jadinya berempat gitu." tembak gue langsung. Gue nggak pinter basa-basi kalo sama Abel. Keburu gatel bibir gue.
Hening. Nggak ada jawaban. Kan kampret.
"Abel? Lo masi disana?" Gue ngecek aja, kali-kali dia boker juga kaya gue.
"Alex. Lo bosen temenan sama gue ya?" Nada Abel langsung berubah drastis.
Oh well.. Drama bakalan dimulai. Again. Sialan. "Abel, gue lagi ngebahas besok Sabtu. Kok sampe situ sih?"
"Ya kalo lo nggak niat temenan sama gue ya bilang aja langsung!" Abel langsung emosi.
"Apaan sih? Kok lo jadi emosi nggak jelas," seru gue. Gue malah dibikin tambah bingung. Sumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive
Teen FictionHidup? Menurut gue, hidup itu cuma sebatas menghirup udara dan mengeluarkannya, entah dari lubang manapun (#iykwim). Simpel. Tapi beda cerita sama temen-temen lainnya. Mereka katanya butuh percikan cinta dalam kehidupan. Yah, gue dan lainnya emang b...