2. Terima Resiko

53 7 0
                                    

Bagian 2: Terima Resiko

Mulmed Karenza Indigo Xavier

•••

KARENZA mengerjapkan kedua kelopak matanya, di atas perutnya, ada seorang gadis kecil nan imut yang menggendong seekor anak kucing putih. Karenza bangkit, dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang.

Tangannya terangkat untuk mengusap rambut adik kecilnya. Tatapan matanya memancarkan kelembutan, berbeda dengan seorang Karenza yang sering berada disekolah. Gadis kecil dihadapannya tersenyum manis, memperlihatkan kedua buah lesung pipitnya.

"Bang Za, temenin Fee yuk. Kita jalan pagi, sambil ngajak Poppy jalan-jalan." ucapnya riang. Karenza tersenyum, manis sekali. "Ayok, tapi Bang Za mandi dulu ya. Fee juga mandi dulu, biar wangi."

Fee segera turun dari atas Karenza, dan melompat girang di ranjang empuk cowok itu. "Yeee!! Bang Za baik deh sama Fee!!" soraknya. Hingga sebuah suara halus mengintruksi, "Fee, mandi dulu yuk. Bang Za nya jangan digangguin dong."

Karenza tersenyum melihat Fee cemberut, dengan gemas, tangannya terulur untuk mencubit kedua pipi chubby adik kecilnya itu. Kedua maniknya beralih pada Bundanya, "Ayah mana, Bun?" tanya Karenza.

"Ayah baru aja berangkat." balas Bunda Karenza, diusapnya rambut hitam milik Karenza. "kamu mandi gih, temenin Fee jalan-jalan." tambahnya.

Karenza dengan sigap berdiri, dan memberi hormat layaknya prajurit. "Siap, komandan!" Bunda Karenza terkekeh, namun akhirnya keluar dari kamar bernuansa maskulin itu.

Karenza beralih membuka pintu balkon kamarnya, dan menghirup dalam-dalam udara pagi yang segar tanpa polusi. Dirinya melihat perkembangan sebuah pot berisi bunga mawar berwarna putih. Sangat indah. Suatu saat nanti, Karenza berjanji akan memberikan bunga mawar putih itu pada orang yang dicintainya.

Ya, Karenza berjanji akan hal itu.

•••

Andrea memfokuskan kegiatan lari paginya, tanpa memperhatikan Zara yang terus saja mengoceh di sampingnya kini. Mereka berdua sedang melakukan kegiatan lari pagi, di taman dekat komplek.

"Re, lo tau gak sih, Renza itu orangnya keren. Baik, pinter pula, makanya gue suka sama dia dan minta bantuan lo. Tapi sayangnya, dia lagi saingan sama Ari buat rebutin si Bella. Kesel sumpah gue, Re." cerocos Zara. Mendengar kalimat Zara, Andrea menghentikan langkahnya.

Tidak. Bukan. Bukan karena mendengar ocehan Zara, namun 'orang' yang diocehkan oleh Zara ada di depan sana, seraya menggenggam seorang gadis kecil. Zara masih saja mengoceh, membuat Andrea menyikut rusuknya.

"Ck! Apaan si.....h" Zara memelankan suaranya, di depan sana, pujaan hatinya sedang menggenggam seorang gadis kecil nan imut. "Ya ampun, Renza manis banget sih."

Andrea memutar kedua bola matanya malas, tak urung menarik tangan Zara untuk menghampiri Karenza. Zara protes. "Eh, Re. Ngapain? Ih, gue malu gila." Tak di dengar Andrea, Zara pasrah menahan malunya.

"Kar, ada yang mau kenalan sama lo nih." papar Andrea membuat Karenza menatap bingung ke arahnya, lalu Karenza menggeserkan pandangannya menuju seorang gadis yang tengah diseret Andrea. Gadis berambut pirang itu tampak malu-malu.

"Hai." sapa Karenza. Sedangkan gadis kecil disamping cowok itu, menatap ke-tiga remaja itu bingung. Lalu tampak Zara yang malu-malu, menjawab sapaan Karenza dengan wajah bersemu merah. "H-hai."

Sadar Andrea harus memberikan kesempatan, dirinya mengalihkan pandangan menuju gadis kecil yang menatapnya bingung. Wajahnya berubah lembut. "Kucingnya lucu banget. Namanya siapa?"

insanity ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang