30. Egoisme

27 2 0
                                    

Bagian 30: Egoisme

•••

ANDREA tersenyum tidak enak pada petugas yang membantunya memilih gaun pernikahan. Karenza, malah sibuk dengan laptop, tanpa memerhatikannya samasekali. Andrea kesal, hari pernikahan mereka sebentar lagi, dan Karenza malah sibuk dengan pekerjaannya. Dengan sebal, Andrea meminta petugas itu untuk membungkus gaun pengantin yang terakhir dicobanya. Masa bodo dengan Karenza.

Setelah beres, Andrea pergi melangkah meninggalkan Karenza disana. Karenza bahkan tak sadar kalau tunangannya itu telah pergi. Ia tak akan sadar apabila petugas tidak memberitahunya kalau Andrea sudah pergi. Didalam mobil, Karenza mencoba menelfon Andrea. Menyambung, tapi sepertinya Andrea sengaja menolak panggilannya. Andrea kenapa sih?

Karenza kemudian menjalankan mobilnya. Memperhatikan siapa tahu saja ada Andrea yang sedang berjalan, tapi harapan Karenza pupus. Gadis itu tidak ada. Karenza malah melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat ia bekerja sebagai psikolog. Diwaktu yang sama, ditempat berbeda. Andrea menceritakan semua kekesalannya kepada Zara, sampai menangis. Zara tentu saja tak tega dengan sahabatnya itu.

Zara menenangkan Andrea yang terisak, menepuk-nepuk pundak Andrea sayang. Wajah sahabatnya itu memerah. Dengan nafas Andrea yang masih sesenggukan, Zara akhirnya mendapatkan cara itu. "Lo pergi aja lagi ke Amerika, biarin dia nyariin lo. Gue gak tega ngeliat sahabat gue kaya gini, padahal beberapa hari lagi hari pernikahan lo. Bego banget emang tuh si Karenza," ucap Zara berapi-api.

"Ta-tapi, g-gue ke-sananya sam-sama si-siapa?" Andrea terbata-bata.

"Sama gue, anggep aja kita liburan oke. Si Karenza kaga usah dipikirin. Gue bakal ajak Ari, sama Bima. Kita have fun aja disana, buang semua beban lo disana. Kita tinggalnya dirumah lo yang dulu, masih punya lo kan?" Zara mengusulkan.

"I-iya, huft. Oke, gue setuju. Masa dari dulu, selalu aja gue yang berjuang. Biarin dia berjuang buat mertahanin hubungan kita. Kalau ngga, gue bakal batalin semuanya!" Zara sedikit terkejut ketika mendengar pernyataan Andrea yang terakhir. Zara memegang bahu Andrea, "Lo bener pengen batalin semuanya?" tanya Zara hati-hati. Bagaimana pun juga, hubungan inilah yang dari dulu selalu Andrea impikan.

"Gue bakal batalin semuanya, dengan atau tanpa keputusan Karenza." ucapnya final.

"Oke, itu terserah lo. Gue cuma gak tega, karena sahabat gue ini selalu disakitin." Zara berkata. Andrea tersenyum, kemudian memeluk Zara.

Benar.

Yang Andrea lakukan benar.

Ia akan pergi, dengan atau tanpa keputusan Karenza.

•••

Andrea menengokkan kepalanya ke jendela pesawat. Dapat ia lihat awan putih, terlihat sangat halus. Pasti rasanya juga halus. Ia mengamati tangannya, tangan yang selalu digenggam Karenza kemarin malam. Kehangatan yang Andrea rasakan seolah menghilang begitu saja, menguap ke permukaan. Andrea memegang pundaknya. Tubuh inilah yang semalaman kemarin dipeluk Karenza.

Cowok itu menemaninya tidur. Bahkan, Andrea rasa tangan Karenza pasti pegal karena dijadikan bantalan kepala Andrea. Tapi Karenza tidak protes. Seolah tubuhnya yang sakit itu, bukan apa-apa daripada kehilangan Andrea dari hidupnya. Gue gak percaya. Karenza adalah bullshit terindah yang pernah ada, dan gue orang bodoh yang terjebak bullshit itu. Andrea membatin.

insanity ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang