11. Karenza Sakit!

38 4 0
                                    

Bagian 11: Karenza Sakit!

•••

SEHARIAN ini, Andrea menghindari Zara ketika gadis itu ingin berbicara berdua dengannya. Seolah telinga Andrea benar-benar ditulikan saat mendengar suara Zara.

Seharian ini juga, Andrea menghabiskan waktu bersama Karenza saja. Seperti saat ini, dimana mayoritas siswa siswi pergi ke kantin untuk mengisi perut, Andrea malah menemani Karenza dilapangan basket indoor. Andrea duduk dibangku tribun, sedangkan Karenza tampak lincah memainkan bola basketnya.

"Ja!" pekik Andrea kaget ketika melihat Karenza limbung begitu saja. Gadis itu berlari, dan menaruh kepala Karenza diatas pahanya. Saat memegang wajahnya, sangat dingin. Tapi saat Andrea memegang tangan cowok itu terasa hangat.

Tanpa fikir panjang, Andrea menaruh Karenza dan berlari mencari bantuan keluar. Setelah mencari bantuan, mereka membantu menggotong Karenza dan membawa cowok itu ke rumah sakit. Andrea ikut serta didalamnya. Gadis itu meremas jaket milik Karenza yang berada dipangkuannya.

Mereka kini melaju menuju rumah sakit terdekat.

•••

"Gimana keadaan temen saya, dok?" tanya Andrea saat melihat dokter yang menangani Karenza keluar.

"Pasien terkena maag kritis, untuk sementara harus dirawat disini untuk kesembuhannya. Permisi." jelas dokter. Andrea menghembuskan napas lega.

Seperginya dokter itu, Andrea melangkah masuk ke ruang inap yang ditempati Karenza. "Lo tuh ya! Kerjaannya bikin panik aja!!" jeritnya seraya duduk disebelah Karenza yang sedang menutup matanya.

"Lo jangan kaya gitu dong, gue lagi sakit ini." Karenza mengerang saat jarum infus menusuknya. Andrea cemberut. "Makanya lo jaga kesehatan!! Jadi harus dirawat gini kan." omel Andrea pada Karenza.

"Lagian, lo kenapa sih sampe bisa telat makan gitu?"

"Jadi kemaren-kemaren tuh gue kan sibuk persiapan lomba basket, gue lupa makan. Udah gitu aja." ujar Karenza singkat. Andrea bangkit, dan duduk disofa ruangan setelah menyalami orangtua Karenza yang baru saja datang.

Andrea meringis melihat ibunya Karenza yang sibuk mengomeli anaknya. Gue juga mungkin gitu kali yak nanti. Ucapnya dalam hati.

Pintu kembali terbuka, kini Bella, Ari dan Zara lah yang terlihat. Andrea refleks membuang mukanya saat melihat Zara dan Ari. Anjir, tu anak ngapain dateng kesini segala sih. Gue pan akit ati. Ucapnya dalam batin. Andrea mengkeret-mengkeret ke tembok, dan mencoba untuk keluar ruangan. Sampai tiba-tiba,

"Lo mau kemana?"

Dengan jahanamnya, Karenza bertanya. Andrea sendiri udah mengutuk cowok itu dalam hati, kualat-kualat tu anak. Andrea mendongak, dan tersenyum paksa. "Ini, gue mau keluar. Panas disini." jawabnya. Karenza lalu menyadari arti kata 'panas' yang diucapkan oleh Andrea. Cowok itu tersenyum tengil.

"Ngapain keluar, udah disini aja." Andrea memelototi Karenza. Wah sialan si Renja, ngajak ribut apa yak. Lagi, Andrea hanya dapat berkata dalam hati. "Udah ah, gue belum ngabarin Bunda. Takut dimarahin, pulang dulu ya Om, Tante. Cepet sembuh, Ja." Setelah berkata seperti itu, Andrea buru-buru keluar sambil menggendong ranselnya.

Tadi Bella, Ari dan Zara membawakan tas ransel milik Karenza juga milik Andrea. Jadi gadis itu bisa pulang, tanpa harus kembali ke sekolah. Sesampainya dirumah, ternyata hari sudah mulai memasuki senja. Dikamar, Andrea melempar ranselnya sembarangan dan berbaring terlentang diatas tempat tidur masih memakai seragam sekolah.

insanity ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang