19. Andrea Patah Hati

23 2 0
                                    

Bagian 19: Andrea Patah Hati

Mulmed: Visual

•••

ANDREA menatap tangannya yang kini diperban dengan senyum merekah. Kadang gadis itu nyengir-nyengir sendiri, Ari yang sedang menonton TV disebelahnya menatap Andrea ngeri. "Oi, waras lo?" tanya pemuda bersurai pirang pada saudari kembarnya itu.

"Waraslah," balas Andrea. Ari menatapnya curiga. Karena ngeri dengan gadis itu, Ari lekas bangkit dan berjalan menuju kamarnya—meninggalkan Andrea sendiri diruang keluarga. Andrea malah beralih berbaring disofa, memejamkan matanya dan mulai mengulang kembali peristiwa dua hari yang lalu.

Flashback mode on.

Karenza memberhentikan mobilnya ketika sudah sampai didepan rumah Andrea, namun cowok itu tidak menyuruh Andrea turun. Malah mengambil kotak obat di dashboard mobilnya. Tangannya yang lain meraih pergelangan tangan Andrea.

Andrea merasa jantungnya berlomba-lomba ingin keluar. Karenza memasang perban pada pergelangan tangan Andrea dengan sangat telaten juga hati-hati.

Andrea menatap Karenza lekat-lekat. Menyimpan wajah itu dalam ingatannya. "Maaf." ujar Karenza tiba-tiba. Andrea mengerutkan dahinya. Karena bingung melanda, ditanyakannya pada pemuda itu. "Maaf buat apa?"  Karenza mengulum bibirnya.

"Maaf buat bikin tangan lo merah kaya gini," balasnya seraya menatap mata Andrea.

Andrea tersenyum, namun sangat tipis. "Gapapa lah. Gue juga ngerti kalo lo lagi emosi."

Karenza merubah sorot matanya menjadi sendu, kemudian menundukkan kepalanya. " Gue emang brengsek, berani-beraninya nyakitin cewek." sesal cowok itu. Andrea menepuk bahu Karenza tiga kali, sebenarnya tangannya sudah terangkat untuk mengelus rambut Karenza—namun diurungkannya.

"Kalo boleh gue tau, lo emosi kenapa?" tanya Andrea. Karenza mengepalkan tangannya, mengubah sorot mata itu menjadi tajam.

"Bella cerita sama gue, kalo ada kakel yang deketin dia. Jelaslah gue sebel, seharusnya dia ngertiin perasaan gue," Kini berganti Andrea yang mengepalkan genggaman tangannya. Seharusnya juga lo tau kalo gue suka sama lo, Ja, bisiknya dalam batin.

"Udahlah, kalo Bella emang jodoh lo, pasti dia bakalan jadi milik lo—sampe kapanpun."

Karenza mengangkat kepala, dan menggenggam tangan Andrea yang ada dibahunya. "Makasih, Re." ucapnya dengan senyum manis. Andrea kembali tersenyum tipis seraya menggigit bagian dalam bibirnya.

"Ya udah, gue masuk dulu ya. Lo dijalan hati-hati, jangan sampe ngebut karena patah hati. Bye," Andrea akhirnya keluar dari mobil Karenza. Masuk ke dalam rumahnya dengan tergesa-gesa.

Flashback mode off.

Huh. Andrea malah ingin menangis saat ini juga.

Andrea bangkit dan beranjak menuju kamarnya. Duduk bersandar pada rak buku setelah memutar playlist lagu galau kesukaannya. Ponselnya yang berada diatas meja belajar bergetar, menandakan ada pesan yang masuk. Dibacanya pesan itu.

insanity ;✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang