Ayla mengerjap-ngerjapkan matanya setelah kesadarannya kembali. Ia membuka matanya, mendapati dirinya kini terbaring sendiri di kamarnya yang masih berhiaskan bunga. Ia merasa jijik kepada penampilannya sendiri, mengapa ia begitu berantakan? Tatanan rambutnya yang disanggul sudah tidak jelas lagi bentuknya. Ayla berlari ke arah cermin, memperhatikan penampilannya sendiri.
"Astaga! Apa yang terjadi denganku?!" Ayla tercengang melihat bayangan dirinya di cermin. Maskaranya sudah luntur, membuat lingkaran hitam pekat di sekitar matanya, bulu mata palsunya pun sudah tak terletak di tempatnya lagi.
Ayla hampir terlonjak kaget ketika seseorang masuk ke dalam kamarnya. Ah iya.. dia baru ingat kalau ia baru saja menikah. Ayla sempat menahan napas ketika pintu itu terbuka, tidak mungkin itu Reval?... Ayla merasakan sakit yang semakin menjadi di ulu hatinya, ketika ia ingat hal buruk yang baru saja terjadi padanya, dan sialnya... saat ia baru terbangun, ia pikir itu mimpi buruk,namun nyatanya tidak, ia tidak menikah dengan Pengantinnya, Reval.. melainkan Revan, yang seharusnya menjadi calon kakak iparnya.
Pintu itu terbuka seluruhnya, menampakkan wajah sepupunya Kak Nadia tengah memandanginya dengan kekehan, "Ya allah.. Ayo kita make up lagi!" Masih dengan senyum geli, Nadia menarik Ayla masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajah Ayla di wastafel agar tak terlihat kusut, "kami menunggumu tahu! Banyak yang nanyain kamu disana." Nadia yang sedang hamil besar itu terlihat sangat telaten merias Ayla, ia juga telah menelepon penata rias pernikahan Ayla, beberapa menit lagi penata riasnya akan datang karena tengah mempersiapkan mempelai prianya.
Ketermanguan Ayla membuat Nadia sedikit heran, tetapi setelahnya ia sadar apa yang membuat adik sepupunya itu terlihat cemberut terkesan sangat tidak bahagia di hari pernikahannya. Ah.. tentu saja, siapa yang tidak akan terluka setelah kekasihnya melarikan diri dan digantikan oleh kakak kembar kekasihnya.
"Mbak... sebenernya Reval kenapa gak datang?" Ayla menatap wajah Nadia di depan cermin. Sungguh, ia perlu penjelasan bukan di biarkan tanpa penjelasan seperti ini.
Ayla sedikit mengernyit melihat raut wajah mbaknya yang berubah muram, "eh.. anu" suara Nadia terdengar sedikit serak ,"kamu tanyakan sendiri saja sama suami kamu." Sambung Nadia dengan helaan napas, tak lama penata rias yang bertubuh gempal itu membuka pintu kamarnya menampilkan senyum lebar di bibir merah menyalannya.
"Yuk.. mamih dandanin lagi." Suara penata rias itu terdengar sangat kemayu. Seperti ratu di keraton. "Tapi sebelumnya, mbak Ayla ganti pakaian dulu ya."penata rias yang akrab di panggil dengan sebutan 'mamih' itu mengeluarkan sebuah kebaya yang masih dilapisi dengan plastik besar yang membungkus keseluruhannya.
Nadia menoleh ke penata rias itu, menyunggingkan senyum puasnya melihat hasil riasannya sendiri.. "Nah. Mamih.. tinggal rambutnya. Wajah Ayla sudah aku poles sedikit. Aku keluar dulu ya.." nadia membuka suaranya membuat mamih melirik ke bayangan cermin, melihat wajah Ayla yang masih membelakanginya.
Wanita itu menyunggingkan senyumannya, "Bagus.. lumayan juga. Makasih ya Mbak."
"ya sudah, Nadia ke bawah dulu ya, masih jaga tamu." Ia memegang perutnya yang buncit dengan helaan napas lelah, keluar dari kamar Ayla.
Ayla hanya diam mengikuti semua intruksi penata riasnya, ia berusaha mengikhlaskan segalanya, ini hari yang di dambakan setiap wanita... ia tidak mungkin merusak hari pernikahannya meski tak ada Reval. Yang penting, pernikahannya tetap terselenggara, walaupun hatinya tak sanggup menerima Revan sebagai pengganti Reval.
Ia berjalan dengan anggun dituntun oleh penata riasnya ketika keluar dari kamarnya, di luar kamar ia disambut dengan senyuman Revan yang tampak tulus, namun, Ayla tahu senyuman Revan bukanlah senyuman dalam arti ia mengikhlaskan dirinya untuk menikahi Ayla, melainkan sebagai senyum permohonan maaf rasa bersalahnya. Yah... setidaknya ia cukup tau diri, dan tanggung jawab kalau adiknya telah mengkhianati Ayla dan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Give Me Your Love
Romance"Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, kenyataan ini terlalu pahit untuk di terima." _Ayla_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,, inilah jalan yang harus ku ambil." _Revan_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, inilah takdir yang harus ku terima." _Nida_