part 5

183 8 0
                                    

“Ayo kita bernegosiasi!” Ayla berteriak di tengah kebisingan suara musik di dalam Bar malam.

Ia berusaha melawan suara musik yang menghentak-hentak keras di gendang telinganya. Banyak wanita-wanita dengan pakaian minim senang berlenggak-lenggok menggerakkan pinggulnya di dancefloor, bahkan mereka diam saja ketika lelaki-lelaki hidung belang itu menggoda mereka, dan tak tahu malu menggerayangi tubuh mereka.

Ayla bergedik ngeri! Ini bukan tempatnya. Ia merasa jijik kepada dirinya sendiri, kalau dia sudah berani menginjakkan kaki di tempat ini.

“TIDAK MAU!” teriak lelaki yang sedang meronta di dalam cekalan Andi dan perawat laki-laki.

Lelaki paruh baya itu pasien yang selalu bertingkah brutal, sampai kabur dari rumah sakit pun pernah beberapa kali ia lakukan. Dan ini, termasuk ke dalam hitungan yang kesekian kalinya lelaki itu kabur ke bar malam.

“Ayo kita Pulang! Aku punya Alkohol di sana,,, nanti kita minum bersama!” Dean berusaha membujuk. Meski ia tidak terlalu ahli di bidang psikiatris, ia juga pernah mempelajarinya sedikit demi sedikit. Ia tidak bekerja di Rumah sakit jiwa. Hanya saja ia sering berkunjung ke rumah sakit Ayahnya yang menjadi direktur sekaligus pemilik Rumah sakit jiwa.

“Tidak mau! Dasar Dean gila!” Umpat lelaki itu, membuat Ayla dan Dean saling bertatapan, darimana lelaki itu tahu namanya? padahalkan, dia tidak pernah bertemu dengan Revan.

“Kau tidak tahu... Seluruh perawat seluruh dokter wanita selalu membicarakanmu. Cih! Perayu ulung..” desis lelaki itu seolah menjawab pertanyaan yang secara kebetulan di benak Ayla dan Dean.

“Ternyata kau cukup terkenal ya,, Pak Dean.” Ayla melemparkan tatapan meledek kepada Dean di sampignya.

“Termasuk wanita itu.” Tunjuk pasien itu dengan tatapan bengis.

Ayla tercekat bukan main. Sialan! Ia mengumpat geram, lelaki itu memfitnahnya!. Ia menoleh ke samping, tertuju ke arah Dean yang sedang tersungging miring meledeknya,

“Hey... Kau berbohong PAK!” dengan geram ia mengepalkan telapak tangannya, siap menarik paksa pasiennya itu.

“Dasar penyihir gila! Aku mau negosiasi! Minum itu dulu, dan aku mau pulang.” Lelaki itu menunjuk ke arah bartender yang sedang menuangkan minuman beralkohol tinggi ke dalam gelas untuk pelanggannya.

Ayla berjengit menyaksikan ekspresi pelanggan bartender itu yang mengernyit setelah menenggak segelas minuman yang di pesannya, “Anda saja ya,,, minum.”

“Bodoh!” Dean menjentikkan jarinya di kening Ayla, “Pasien itu sudah terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Penyakit lambungnya sudah parah, dan kau menyuruhnya minum? Dokter macam apa...”

Matanya menatap ke bartender yang sedang menuangkan kembali minuman itu ke dalam gelas yang lain, “Baiklah.”

Dengan kesal ia menghampiri bartender itu, meminta segelas minuman yang sama seperti yang sebelumnya bartender itu sajikan untuk pelanggan lain, ia tidak tahu jenisnya, ia hanya memintanya minuman yang sama.

Bartender itu menyunggingkan senyumnya, “Wah,,, sedang ada apa disana nona?” tatapan mata bartender itu mengarah ke belakang Ayla, tempat keributan itu terjadi di tengah kebisingan.

“Pasien sakit jiwa memintaku untuk meminum ini.” ia mengambil alih gelas yang sudah dituangkan minuman beralkohol itu oleh si bartender.

Bartender dengan name tag ‘Andri’ itu tergelak, “Nona, gak usah takut. Anda tidak akan mabuk kalau minum hanya segelas kecil seperti itu. Kecuali sebotol ini.” ia mengalihkan tatapannya ke arah lelaki gempal yang sudah tertunduk mabuk di meja bar, di depannya banyak sekali botol-botol minuman yang sudah tandas isinya.

Just Give Me Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang