"Apa kau suka?"
Plak!
Entah ke berapa kali perempuan itu memukul-mukul tembok sebagai luapan amarahnya. Ia tidak mungkin menampar lelaki itu, bukan maksud ia tidak berani, hanya saja ia cukup terpukul melakukannya. Setelah mendengar keterangan yang mencengangkan itu, Nida meremas kerudungnya dengan gemas, "Argh! Kau membuatku gila."
"Aku tidak bermaksud melakukan itu padamu. Kakakku sedang sakit. Mungkin, hidupnya sudah tidak lama lagi."
"Cukup!"
Dengan gelap mata, lelaki di depan Nida meremas bahu Nida, "Kenapa Nida? Kenapa? Aku mencintaimu, sangat mencintaimu! Hanya kau satu-satunya wanita yang berhasil membuatku gila setelah evelyn dan Ayla."
"Banyak wanita yang kau sukai! Itulah yang membuatku tak bisa menyukaimu seutuhnya!" Nida menepis kasar tangan lelaki itu.
"Dengarkan aku! Kau tahu, semua orang menyukai kakakku! Dan aku, tak tahu harus bagaimana lagi! Ayla sudah milik kakakku. Dan, hanya kau harapanku."
"Jadi menurutmu aku pelarian?"
"Jaga mulutmu itu! Kau... kau anak yang hilang itu. Kau cinta pertamaku, yang bahkan aku gila sampai aku bisa menemukan Ayla, yang baru aku sadari... cintaku kepada Ayla hanya kekaguman semata."
"Anak yang hilang?..."
"Iya." Gumam lelaki itu pelan, "Kau teman semasa kecilku."
"Maksudmu?"
"Kau hilang. Dan aku pindah bersama keluargaku."
"Aku hilang?..."
***
"Apa yang kau lakukan padaku?! Apa ini?" Ayla berteriak penuh amarah, sudah beberapa kali ia menuntut jawaban, namun lelaki itu hanya mengacuhkannya, dan dengan tenang membuka laptopnya membaca gambar hitam putih, yang Ayla yakin lelaki itu sudah mengerti tanpa harus membaca hasil rontgen.
"Aku tidak melakukan apapun padamu."
"Lantas siapa yang berani melakukan ini? dan tadi...aku, aku mual. Dengar Revan! Aku bukan orang bodoh, aku tahu. tid.. tidak mungkin kan,, kalau aku... aku..."
"Hamil?" Revan langsung melanjutkannya, "Aku hanya menyentuhmu sampai atas saja." Dengan tanpa beban, lelaki itu kembali memusatkan perhatiannya masih pada gambar yang sama. Sementara Ayla reflek memeluk dadanya sendiri.
"Memang brengsek kamu Revan!"
"Dengar, kau tahu? malam itu kau memancing amarahku. Dan aku marah, karena aku tidak bisa memukulmu, sampai aku hilang akal dan melakukannya. Dan kau mual tadi? Itu karena kau minum."
Lagi-lagi Ayla terpaku mendengar perkataan Revan yang sangat tidak memuaskannya, "Benarkah hanya atas saja?"
"Kau berharap aku melakukan semuanya?" Revan menoleh dan tertawa.
"Lakukan sana dengan istrimu!." Desis Ayla geram, ia menendang Revan dari atas ranjang, dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Eih kau ini istriku. Perlu ku tegaskan beberapa kali."
"Aku membencimu!" umpat Ayla di dalam selimutnya.
"Aku juga mencintaimu."
"Gila!"
"Ya! Aku gila karena mencintaimu."
"Basi!"
"Sudah lebih 15 tahun aku mencintaimu, masih tetap awet."
Ayla tertegun di dalam selimutnya, tidak ada sahutan lagi. begitupun di luar, Revan seperti tidak melanjutkannya lagi. Jari-jari Ayla menghitung satu demi satu hari yang ia lewati setelah tanggal sakral pernikahannya. Hampir 2 bulan ia menikah dengan Revan, dan apa? Revan mengatakan, sudah lebih 15 tahun Revan mencintainya. Di hitung dengan tanggal pertemuannya dengan Revan, yang Ayla yakin ia baru saja melihat Revan untuk pertama kalinya adalah saat Reval mengenalkannya sebagai calon tunangannya. Jelas itu pertama kalinya, dan terjadi satu tahun yang lalu. Revan memang gila!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Give Me Your Love
Romance"Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, kenyataan ini terlalu pahit untuk di terima." _Ayla_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,, inilah jalan yang harus ku ambil." _Revan_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, inilah takdir yang harus ku terima." _Nida_