"Assalamua'alaikum,..." Ayla membuka pintu rumah dan kembali mendapati rumah yang kosong melompong. Tak ada siapapun di rumah besar ini, orang tuanya memang sering berpergian dan tak tahu kemana. Bahkan reaksi mereka sama saja ketika Ayla sedang mengandung.
Ayla hanya bisa menyiapkan segala sesuatunya sendiri, saat ia mengidam, ia mencarinya sendiri dan bahkan sesekali Andi datang membantunya tanpa diminta.
"Berdua lagi deh." Kekeh Ayla mengelus perutnya, dan ia mendapat jawaban berupa tendangan dari dalam. "Aih... senengnya anak bunda." Senyum Ayla semakin lebar, setelah menyimpan tasnya. Ia bergegas ke dapur dan mulai memasak untuk makan malam. Sejak dulu, orang tuanya memang tidak memiliki pembantu, dan selagi bisa dikerjakan sendiri, kenapa harus meminta tolong orang lain. Dan prinsip mandiri itu, kini diterapkan pada Ayla, yang memang keadaannya benar-benar sendiri.
Setelah masakannya matang, Ayla menyajikannya di meja makan, tidak banyak memang, tapi ia berharap orang tuanya saat pulang nanti menemukan masakannya di meja makan.
Ayla memakan makanannya sendiri di sana, sambil menonton film di laptop ia melahap makanannya dengan semangat. Seorang ibu harus sehat dan tidak boleh stress, ia akan mengusahakan sebaik-baiknya untuk buah hatinya.
"Nak... lihat itu Smurfs nya biru-biru." Ayla terkekeh sambil mengelus perutnya kembali, "Papa smurfs punya banyak anak, dan tanpa ibu, papa smurfs bisa merawat anaknya yang ribuan itu. Dan bunda... bakalan jaga anak bunda walau tanpa ayah." Pipinya kembali basah dengan air mata. Ah tidak! Ia harus kuat, tidak boleh ada tangisan lagi, walau hidupnya sendiri dan tanpa kasih sayang ia akan tetap merawat diri dan buah cintanya.
"La.. la.. lalalla,, think a happy day." Senandungnya berusaha menghibur. Ayla kembali mengalihkan kembali perhatiannya ke layar laptop mencoba menghibur dirinya.
***
"Ayla..." seseorang mengelus rambutnya dengan pelan, mengecup keningnya dan membiarkan air matanya meluruh. Ayla yang terlelap tak sadar, dengan perlakuan ibunya yang setiap malam, datang ke kamarnya dan penuh sayang mengelusnya. Selama ini, sebenarnya ibu dan ayah Ayla selalu pulang lebih cepat dari Ayla, mereka menahan diri di kamar, tapi mereka juga tak jarang memperhatikan gerak-gerik Ayla sejak ia datang, memasak dan menonton TV, atau tak jarang Andi datang dan membantunya untuk memenuhi ngidamnya. Walau keinginan Ayla tidak muluk-muluk, memang hanya sugesti ibu hamil mengidam, dan jika Ayla mengidam itu karena ia tergiur melihat orang lain makan sesuatu di suatu tempat, dan dia akan segera mencarinya di beda waktu. Memangnya, orang tua mana yang tidak tersentuh hatinya melihat anaknya hamil besar, dan menyiapkan segala sesuatunya sendiri? Bahkan menangis dan meraung di dalam kamarnya sendiri... semua orang tua pasti akan terguncang hatinya. Anaknya yang datang dengan wajah berantakan dan penat, tetapi berusaha meneguhkan hatinya untuk mempertahankan janinnya. Dan Ayla... sudah berusaha sekeras itu... untuk mempertahankan anak Revan.
Jadi, sesalah apapun Ayla di masa kelamnya... dia tetap bertaubat. Dan sebenarnya... orang tuanya sudah memaafkan Ayla sejak dia di sadarkan. Jadi, itu hanya kecaman agar Ayla sadar, dan menerima keadaan.
***
"Pagi bu..." sapa Ayla dengan tertunduk, ia menyapa orang tuanya yang sedang sarapan bersama.
"Sini Ay..." Panggil ayahnya, "Ayo sarapan."
Hati Ayla menghangat, tapi kemudian ia menggeleng dan tersenyum, "Ayla sudah bawa bekal, ini sudah terlambat." Gumam Ayla, menghampiri mereka, dan mencium tangan kedua orang tuanya takjim.
Di saat ia hendak menyalami tangan ibunya, tiba-tiba ibunya langsung merangkul tubuh Ayla ke dalam pelukan dan terisak, "Ayla.. anakku... Maafkan ibu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Give Me Your Love
Romance"Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, kenyataan ini terlalu pahit untuk di terima." _Ayla_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,, inilah jalan yang harus ku ambil." _Revan_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, inilah takdir yang harus ku terima." _Nida_