"Pinter ya kamu?!" Suara itu terdengar berteriak dan membentak di penjuru ruangan.
Ayla tersentak, dan mengkerjap-kerjapkan matanya yang masih berat untuk membuka mata, "Ada apa ayah?" Ia mendengus mendengar suara marah ayahnya lagi.
"Pergi ke rumah sakit sekarang!" Perintah ayahnya tiba-tiba.
Ayla mengernyit, "Untuk apa? Aku izin hari ini, lagipula ini sudah malam, aku tidak ada shift malam." Ia melirik jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul 09.00 malam. Ya tuhan... tidurnya terlalu panjang.
"Suamimu sakit dan kau malah enak-enakkan tidur! Isteri macam apa?! Ya allah... aku salah mendidik anak... susah sekali membuatmu mengerti AYLA! Susah sekali membuatmu jadi anak penurut." Bentak ayahnya yang mengagetkan Ayla, bukan karena Revan masuk rumah sakit.. tapi suara itu mengagetkannya. Dan suatu hal yang sangat mustahil kalau Revan sakit.
"Ah, kenapa sih ayah? Kenapa lelaki brengsek seperti itu musti dikasihani. Dia Cuma kelelahan Ayah. Manja." cibirnya malas dan masuk kembali ke dalam selimutnya.
"Bu! Urus anakmu ini! Aku lelah." Teriak ayahnya kepada sang ibu, dengan langkah lebar ayahnya melangkah pergi dan menutup pintunya dengan bantingan.
"Aylaa.."
Di dalam selimutnya, Ayla mencebikkan bibirnya mendapati suara ibunya kembali memanggilnya. Sudah tahu bujukan apapun sudah tidak berguna lagi, kenapa mereka tidak mau menyerah? Gumam Ayla dalam hati. Dengan malas, ia membuka selimutnya dengan ponsel yang sudah di telinganya. Ia berdiri menghadap sang ibu yang siap memberikan nasehat-nasehat yang tak pernah bosan itu.
"Ada apa lagi? Ibu... Revan itu selingkuh, tadi pagi aku memergokinya di hotel. Jadi, untuk apa aku harus menemaninya di rumah sakit? Jika ibu memintaku kesana? Lupakan saja... aku tidak akan pernah datang dan bersikap baik padanya. Aku akan menggugatnya di pengadilan, ini juga sedang menelepon pengacara." Ayla mengarahkan layar ponselnya pada sang ibu dengan maksud menunjukkan nama salah satu rekan semasa SMA-nya yang sekarang sukses menjadi pengacara, dan tak mau susah lagi... ia meminta gugatannya di urus sekalian ke pengadilan agama. Sementara itu, ibunya sangat terkejut bukan main, tidak menyangka ia memiliki puteri sematawayang yang senekad dan sekeras kepala seperti Ayla.
"ibu lihat kan?" Ayla tersenyum penuh seolah-olah sangat bahagia, "Iya hallo... Andi? Bagaimana permintaanku tadi siang? Sudah di urus? Ah ya... tinggal tanda tanganku saja ya, ya sudah besok aku datang ke tempatmu, ya. Tidak usah bertanya kenapa... hanya saja aku sudah di ujung tanduk sekarang." Ujar Ayla menjawab rentetan semua pertanyaan dari Andi. Sejujurnya, ia tak sengaja mendapat nomor telepon Andi di Internet, yang menampilkan pengacara handal di salah satu firma hukum yang cukup terkenal di kota besar ini. Yah, memang kebetulan, ini Andi teman lamanya yang telah menghilang itu. Entahlah, Andi sejak Ayla bertunangan, lelaki itu sudah tidak bisa dihubungi lagi, padahal Andi, Ayla, dan Derina sering berkumpul bersama, walau sekedar mencuri waktu di sela kesibukan. Bahkan Andi dan Derina sudah mengenal dekat Reval. Dan sekarang, Ayla dikejutkan oleh Andi yang menjadi seorang pengacara hebat, padahal dulu Andi hanyalah pengacara biasa yang mengurusi kasus-kasus kecil. Yah, hidup seseorang tidak ada yang tahu.
Ibunya melangkah dengan hati-hati ke tempatnya... dan
Plaak!
Ayla tercekat setelah satu tamparan melayang ke pipinya, "Ibu tidak pernah mengajarkanmu menjadi anak yang kurang ajar. Ibu tidak menyangka, puteri ibu satu-satunya jadi seperti ini." ucap ibunya menangis kecewa, membuat Ayla membatu. Ini pertama kalinya ia melihat ibunya menangis, dan ia telah mengecewakan ibunya yang selalu penuh kasih padanya.
"Ibu selalu berdo'a semoga pernikahanmu sejahtera dan mendapatkan kebahagiaan. Tapi kenapa kau mengecewakan ibu, AYLA DIANIDA SUTRADJI?!" kali ini nada suara ibunya membentak dan tersedu karena tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Give Me Your Love
Romance"Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, kenyataan ini terlalu pahit untuk di terima." _Ayla_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,, inilah jalan yang harus ku ambil." _Revan_ "Aku mencintai tunanganku. Tapi,,, inilah takdir yang harus ku terima." _Nida_