SM #14

930 58 1
                                    


"Apa kau yakin dengan hal ini?" tanya Lessi ragu-ragu.

"Tentu saja, semua orang sudah tahu siapa dirimu. Untuk apa kita bersembunyi lagi?" Davian menaikkan alisnya, membuat keningnya berkerut heran.

Ia keluar dari mobil dan berjalan memutar untuk membukakan pintu mobil isterinya.

"Ayo, aku akan mengenalkanmu pada para stafku," ajak Davian lagi, kali ini sambil mengulurkan tangannya.

Mau tidak mau, dia menyambut uluran tangan suaminya yang segera menggenggamnya dengan erat, membuat rasa nyaman mengalir dalam dirinya dan semua keraguannya hilang seketika. Dengan langkah mantap, mereka berdua berjalan menuju lift tanpa mempedulikan tatapan para karyawan yang memperhatikan mereka dengan wajah bertanya-tanya.

Davian memencet tombol 25 yang merupakan ruangan kantornya yang berada di lantai paling atas. Selama berada di lift, mereka tidak berbicara apa-apa, namun Davian tidak juga melepaskan tautan tangan mereka. Sampai lift hampir terisi penuh, pria itu malah melingkarkan lengannya di pinggangnya dan menyuruhnya merapat. Lessi cuma bisa menurut dengan wajah tertunduk menghadapi pandangan orang-orang itu yang penasaran.

Lessi baru bisa bernapas lega ketika mereka keluar dari lift, ia sengaja melepaskan tangannya dan memilih berjalan di belakangnya. Di lantai itu tidak terlihat banyak barang, hanya koridor kosong dengan dua lukisan di dindingnya, dan sebuah pohon palem dalam pot yang tidak terlalu besar. Di ujung ruangan terdapat sebuah meja kerja yang tengah diisi oleh seorang wanita muda yang sedang serius mengetik di komputernya. Begitu melihat Davian, wanita itu segera berdiri dengan gugup. Wajahnya seakan terlihat cemas, namun begitu, wanita itu tetap berusaha tersenyum profesional untuk menyambutnya.

"Selamat pagi, Pak Davian," sapa wanita itu sopan.

"Selamat pagi, Romilda," sahut Davian datar, wajahnya terlihat keras seperti biasanya, mungkin itu adalah wajahnya yang biasa ia tunjukkan di kantor.

"Ini isteri saya, Alecia Western," Davian kembali menggenggam tangan Lessi dengan erat. "Dan ini sekertarisku, Romilda Pane."

"Halo, Nyonya Origa."

"Panggil saja saya Lessi, please," kata Lessi pelan, ia melirik ke arah Davian yang memasang wajah tidak setuju, namun tidak berkata apa-apa.

"Baik, Bu Lessi."

Dia hanya bisa menghela napas pasrah dan menggeleng pelan. Davian menarik tangan isterinya untuk masuk ke ruangannya, tapi Romilda segera menahannya.

"Maaf, Pak Davian, di dalam ada tamu yang sedang menunggu Anda."

Davian mengerutkan keningnya, "Setahuku, aku tidak ada janji bertemu klien hari ini."

Wajah Romilda kembali memucat.

"Nona Bridgietta memaksa untuk menunggu Anda, Pak. Saya sudah berusaha untuk menyuruhnya kembali nanti, tapi ...."

"Sudahlah, aku mengerti," potong Davian cepat. 'Hmm, ternyata gosip itu menyebar lebih cepat dari dugaanku,' tambahnya dalam hati.

Ia sudah mengenal watak wanita itu, tidak akan ada yang bisa menghalanginya kalau sudah menginginkan sesuatu. Seharusnya sekarang dia masih menjalani tur keliling dunianya, tidak disangka wanita itu berani mendatanginya ke kantor walaupun kabar pernikahannya sudah tersebar di media.

"Sebaiknya aku menemui Paman Albert dulu," kata Lessi canggung, ia tidak ingin mengganggu pertemuan sepasang kekasih itu.

"Tidak! Kau ikut denganku. Aku membutuhkanmu," desis Davian lirih, sehingga hanya mereka berdua yang bisa mendengarnya.

Sudden Marriage (Wedding Series #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang