Chapter 24

3.1K 183 16
                                    

Malam itu akhirnya tiba. Malam dimana ia akan menghadiri acara perusahaan laki-laki itu. gugup? jangan ditanya. Rasanya saat ini Prilly benar-benar ingin kekamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya.

"Mau sampai kapan kamu melamun disitu ?" suara yang cukup familiar baginya menginterupsi, membuyarkan lamunan-lamunan yang beberapa saat lalu memenuhi isi kepalanya.

"Acaranya sebentar lagi. Aku tidak mau terlambat karena kamu." Ucap Ali sambil berjalan pergi.

Dia tau Ali menyebalkan. Jadi, akan sia-sia saja menjawab atau membantah laki-laki itu.

"iyaaa." jawab Prilly dan berlari kecil mengikuti langkah laki-laki itu menuju mobil.


Ali. Laki-laki itu memilih membawa mobilnya sendiri meskipun supir telah mengatakan akan mengantar mereka. Aku bisa menyetir sendiri, katanya.  Dia itu keras kepala. Laki-laki ter-keras kepala yang pernah Prilly temui selama ia hidup.

"Kau gugup?"  tanyanya.

"Sedikit." Prilly menarik nafasnya sesaat lalu menghembuskannya pelan. "aku nggak pernah datang keacara seperti ini. ini pertama kalinya untukku."

"Tenanglah. Semua akan baik-baik saja." ucap Ali sambil mengaitkan jari mereka.

Untuk pertama kalinya ia mendengar Ali mengatakan hal seperti ini, dan anehnya, dia tenang. itu bukan kata-kata panjang seperti di film-film romantis yang biasa Prilly tonton. Bahkan laki-laki itu tak mengatakannya dengan ekspresi mempesona dan tatapan yang menghanyutkan. Laki-laki itu hanya menatap lurus kedepan dan tanpa ekspresi apapun. Bahkan mungkin jika itu bukan Prilly dia akan menganggap bahwa laki-laki itu sedang berbasa-basi. Atau mungkin itu memang sekedar basa-basinya saja ? Prilly tidak tau. Yang jelas saat ini dia merasa tenang dan dia... bahagia.

Beberapa waktu membelah jalanan Ibu kota. akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Beberapa pegawai langsung menghampiri sesaat setelah mereka menyadari bahwa Ali-lah yang turun dari mobil itu.

"Tunggu disini." ucap laki-laki itu dan segera keluar dari mobil. Prilly hanya mengangguk dan tak lama kemudian pintu mobil disampingnya terbuka dan menampilkan sosok laki-laki itu dengan senyum manisnya. Apa dia sedang berekting sekarang? pikir Prilly.

"Ayo." ucapnya. Prilly mengangguk dan keluar dari mobil.

"pegang tanganku." ucap Ali. Mungkin laki-laki itu menyadari kegugupan wanita disampingnya.

"Emang nggak papa?" tanya prilly ragu. pasalnya banyak pasang mata yang menatap kearah mereka. dan lagi sebelumnya ali tak pernah membawaku keacara sperti ini.

"Emang siapa yang bakal ngelarang?" jawabnya acuh dan langsung menarik tangan Prilly kelengannya dan mulai melangkah ketempat acara.

"Setau ku kamu punya reputasi baik selama ini. apa nggak masalah kalau tiba-tiba media mengabarkan kamu berkencan atau semacamnya dengan orang seperti aku?" tanya Prilly penasaran, dan sejujurnya dia sedikit was-was. Bukankah dulu Ali pernah mengatakan bahwa prilly adalah beban untuknya ? dan jika sampai orang-orang tau bahwa dia telah menikah dengan orang biasa seperti dirinya apakah itu tak akan berdampak apa-apa? bagaimana kalau sikap Ali berubah lagi seperti dulu?

"Aku rasa itu masalah." jawab ali. Prilly menoleh ,menatap laki-laki itu dengan tatapan yang membuat ali sangat ingin tertawa. "Karena kamu istriku. Bukankah mereka seharusnya mengangkat berita dengan kata 'menikah' bukan 'berkencan'." tambahnya lagi dengan mengerling menatap Prilly.

"Ali aku serius."

"aku juga serius, Pril." Jawab Ali sambil menatap Prilly. "Aku nggak masalah kalau pada akhirnya mereka tau aku sudah menikah. Bukankah seharusnya memang begitu ?"

Cinta dan Air Mata (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang