Chapter 11

22.1K 1.1K 75
                                    

Budayakan Vote dulu sebelum membaca . Sebagai penyemangat buat penulis. :)

=========HAPPY READING========

Kakiku melangkah turun dari mobil setelah mobil yang kutumpangi berbelok dan berhenti tepat di pelataran sebuah rumah. Mataku menatap bangunan dihadapanku sambil sesekali berdecak kagum. Jujur saja rumah ini sangat indah dan cantik, bangunan dengan konsep minimaliz ini terkesan sederhana tapi sangat indah. Percampuran cat yang kontras semakin menambah nilai plus di mataku.

"Cepat masuk. Atau kau akan menjadi satpam kalau tetap berdiri di situ." Geram seseorang menyadarkanku.

Mataku beralih menatap sosok laki-laki bertubuh tegap yang tengah berdiri cukup jauh dariku. Aku mengalihkan pandanganku kesegala arah saat tanpa sengaja pandangan kami bertemu, sorotnya yang tajam dan dingin membuatku tak ingin berlama-lama menatap bola matanya. "Cepat masuk. Atau aku akan menguncimu dari dalam." Ucapnya datar dan berlalu pergi meninggalkanku. Astaga..!! Apa laki-laki itu sedang mengancamku..??

  Aku hanya mengangguk menuruti ucapannya, bagaimanapun juga tidak mungkinkan aku tetap berdiri disini sementara laki-laki itu masuk kedalam rumah dan mengunciku dari dalam. Yang benar saja..!!

     Kulangkahkan kakiku menyusul laki-laki itu yang sudah hilang di balik pintu masuk. Gaun dan high heels yang kukenakan sekarang cukup membuatku susah berjalan, langakahku yang kecil-kecil membuatku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berjalan dari halaman depan ke pintu masuk.

"Dasat siput." Gumamnya saat aku baru saja menerobos masuk dari balik pintu dan berdiri tepat disampingnya.

Aku menoleh, menatapnya dengan tatapan geram. Laki-laki ini mungkin memang sedang bergumam, tapi telingaku masih cukup normal untuk mendengar kata-katanya yang menyebutku dengan sebutan siput.

Pandanganku beralih menatap seluk beluk bagian dalam rumah pemberian dari mertuaku ini dan memilih tak menjawab perkataannya yang sebenarnya cukup menyinggung perasaanku. Menjawabnya hanya akan menimbulkan masalah baru, terlebih saat ini mencari masalah dengan ali sama sekali tak menarik minatku. "Kamar lo disana." Tunjuknya pada sebuah ruangan dengan pintu kayu berwarna coklat tua. aku mengikuti arah telunjuknya dan mengangguk paham.

"Cepat istirahat. Gue mau kekamar gue dulu." Ucapnya dan mulai melangkahkan kakinya meninggalkanku yang masih diam tak bergeming.

Keningku berkerut, kalimatnya yang terakhir mengganggu keingintauanku. " kamar kamu..?" Tanyaku masih dengan raut wajah bingung.

Langkah laki-laki itu terhenti dan menoleh menatapku. "Jangan harap kita akan tidur dalam satu kamar, itu nggak akan terjadi. Jadi lebih baik lo istirahat dan buang jauh-jauh pemikiran bodoh itu dari otak lo." Jawabnya enteng dan kembali melanjutkan langkah kakinya meninggalkanku.

            Seolah tersengat beberapa ribu volt, tubuhku diam tak bergeming. Sedetik kemudian aku tersenyum masam. Harusnya aku tau ali pasti akan meminta pisah kamar, harusnya aku tidak perlu menanyakan pertanyaan konyol seperti tadi dan mempermalukan diriku sendiri. Bodoh..!!

        "Maaf non, ini kopernya."  Ucap supir pribadi ali yang membuatku tersentak kaget. Aku berbalik menatap laki-laki paruh baya yang berdiri di hadapanku dengan dua koper besar di sampingnya.

           Aku tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih." Ucapku tulus. Laki-laki dihadapanku ini tersenyum dan pamit untuk keluar. Belum sedetik laki-laki ini berbalik bermaksud keluar dari dalam rumah, aku sudah kembali memanggilnya. "Iya, ada apa non..?" Tanyanya sopan dengan logat jawanya yang kental, maklum saja beliau ini asli orang jawa jadi tidak heran kalau logat jawa terdengar begitu jelas dari suaranya meskipun sudah cukup lama tinggal di jakarta.

Cinta dan Air Mata (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang