Chapter 18

13.3K 890 64
                                    

HAPPY READING ! ! !
___________________________________

Author POV

Prilly menengadahkan wajahnya keatas, kedua matanya terpejam. Merasakan angin sore yang menerpa kulitnya lembut. Sebuah lengkungan terlukis dari kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Dalam hati gadis itu bersyukur, masih bisa membuka matanya dan melihat bagaimana indahnya ciptaan Tuhan hari ini. ia tau waktunya tak akan lama untuk bisa merasakan kebebasannya, setidaknya sebelum penyakit itu benar - benar merenggut semuanya darinya.

Tak ada yang tau bagaimana ketakutan gadis itu di setiap ia menjelang tidur. Takut jika saja esok pagi matanya itu takakan terbuka lagi untuk selamanya. ketakutan yang selalu ia sembunyikan dari semua orang disekitarnya. mungkin benar, jodoh, kelahiran bahkan kematian sudah ada yg mengatur dan tak sepantasnya ia mendahului kehendak sang Ilahi. ia tau benar itu, tapi hati kecilnya berkata lain. hatinya selalu merasa takut, sangat amat takut.

Kedua mata gadis itu terbuka, menampakkan bola mata hazel indah itu dengan sempurna. bayangan wajah ali tiba - tiba saja terlintas di benaknya. dengan cepat ia melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah waktunya jam pulang kerja. Itu artinya ia harus cepat - cepat pulang atau ali akan mengomelinya tanpa ampun, karna tidak ada dirumah saat laki - laki itu pulang.

Gadis itu bangkit dan mulai berjalan menyusuri jalan taman menuju pintu keluar. Tangannya menenteng tas belanjaan berisi bahan makanan titipan mertuanya. ia berada dalam perjalanan pulang dari minimarket saat matanya menemukan taman yang tak jauh dari rumah mertuanya dan ia memutuskan untuk mampir sejenak menikmati langit sore yang kebetulan hari ini terlihat begitu cerah.

----------------

Prilly POV

Gerbang berwarna coklat tua itu terbuka pelan, sesaat setelah aku menekan bel beberapa kali. Seorang laki - laki paruh baya berseragam satpam keluar dari balik pintu dan membungkuk memberi salam. "Silahkan masuk , non." Ucapnya sopan.

Aku mengangguk. "Terimakasih, pak." balasku tersenyum dan segera masuk kedalam rumah mertuaku.

"Assalamualaikum." Salamku dan menutup pintu depan pelan.

"Waalaikumsalam." Jawab mama resi dengan senyumnya. "Titipan mama ada prill ??"

"Ada kok ma. Oh iya, ini belanjaannya di taruh dimana, ma ?" Tanyaku menunjukkan tas plastik yang sedari tadi aku bawa.

Mama resi tersenyum dan mengambil alih tas plastik itu dari tanganku. "Biar mama aja." jawabnya dan berlalu menuju dapur. "Oh iya, prill. kamu kekamar gih. Tadi di cariin ali loh." Lanjutnya sambil mengerling jahil menggodaku. Apa - apaan ini. -__-

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban dan segera melangkahkan kakiku kembali menuju kamar di lantai atas. Dalam hati aku berdoa, semoga saja aku tidak diomeli hari ini. Karena jujur saja aku sedang tidak dalam kondisi mood yg bagus dan sedang tidak berminat untuk berdebat dengan siapapun atau tentang apapun.

"Dari mana ?" Suara barito itu seketika mengintrupsiku, saat aku baru saja membuka pintu kamar.

"Dari minimarket abis itu ketaman sebentar." jawabku jujur dan menutup pintu.

"Sama siapa ?"

"Sendiri."

"Oh." Jawabnya dan hening menyelimuti kami.

Kami duduk di masing - masing sisi ranjang, saling membelakangi satu sama lain.

Satu menit...

Dua menit...

Masih tak ada kata - kata yang keluar.

Tiga menit...

Empat menit...

Cinta dan Air Mata (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang