Chapter 5

24K 1K 6
                                    

Mataku membulat tak percaya. Dia..?? Untuk apa dia kesini..?? Oh Tuhan aku tak ingin bertemu dengannya sekarang ini, sungguh..!!

"Hai pril?" Sapanya ramah seraya mendekat dan berhenti tepat di hadapanku.

"Rendy?" Gumamku tak percaya dan memalingkan wajah menghindari kontak mata dengannya. Rendy adalah mantanku. Mantan terindah mungkin. Aku sngat mencintainya tpi itu dulu, sebelum dia memutuskan hubungan kami begitu saja secara sepihak. Di tambah lagi karna keluarganya tak menyetujui hubungan kami hanya karna aku tak sekaya mereka. Shit! Apa status sosial bisa di jadikan tolak ukur sebuah cinta? Asal kalian tau aku benar-benar hampir gila karena dia, selama satu minggu aku hanya menangis layaknya mayat hidup, keadaanku sangat menyedihkan saat itu. Sampai akhirnya gritte meyakinkanku, memberiku semangat untuk tetap melanjutkan hidupku dengan atau tanpa laki-laki ini.

"Kamu masih marah sama aku?" Tanyanya. Hah..! Menurutmu.? Ingin sekali ku tampar laki-laki dihadapanku ini sekarang.

Aku menggeleng. Kadang pikiran dan tubuh selalu saja tidak sejalan. "Gak. Gue udah maafin lo." Itu memang betul. Aku tak berbohong, aku memang sudah memaafkan dia. Hanya saja sedikit kesal knp dia harus datang lagi.?? Setelah satu tahun kami tak bertemu. Dan sekarang dia datang lagi membuka luka lama yg baru saja kering.

Susah payah aku mencoba untuk melupakan dia, menghilangkan dia dri hidupku. Dan kini dia hadir lagi di hadapanku.

"Aku bener-bener minta maaf prill, dulu aku.."

"Tak perlu membahas yg sudah lalu. Yg lalu biarlah berlalu. Tidak perlu di ungkit-ungkit lagi." Ucapku cepat memotong ucapannya. "Aku harus pergi. Permisi."

Langkahku terhenti saat tanganku di genggamnya erat. Menarikku dalam pelukannya. Oh Tuhan..!! Pelukan ini. Jujur aku sangat merindukan pelukan ini. Apa aku masih mencintainya..??

Aku menggeleng pelan, menepis semua pemikiran itu. Aku tak akan lagi kembali kepada orang yg pernah menyakitiku. Tak akan pernah.!!

<Lepaskan pelukannya, bodoh!!> dewi batinku berteriak. Namun tubuhku serasa membeku. Aku benar-benar merindukan pelukan ini. Air mata yang dari tadi coba untuk ku bendung kini tumpah begitu saja.

Jangan menangis, jangan menangis. Ucapku dalam hati memberi sugesti pada diriku sendiri. Namun tetap saja air mataku terus menetes tak bisa ku hentikan.

<Jangan pernah menangis dihapapan orang yg pernah menyakitimu, prilly..!!> Dewi Batinku terus berteriak. <Jangan lemah..!!> Ucapnya lagi.

Namun apa yg bisa aku lakukan lagi? Hatiku yg terluka kini kembali menganga. Sakit itu muncul lagi. Tangis itu pecah lagi. Kenangan-kenangan selama 2 tahun kami berpacaran dulu mulai berputar di otakku. Tuhan hentikan semua ini, ku mohon..!

Sekuat tenaga aku mendorongnya menjauh. Aku tak ingin kembali terjungkal pada jurang yg sama untuk kedua kalinya. Bodoh kalau aku sampai tenggelam dalam perasaan yg sudah ku kubur dalam-dalam.

<Kau memang bodoh!!> Pekik dewi batinku mengejek. Knp dewi batinku selalu menyalahkanku? Berpihak pada siapa dia sebenarnya. Sial!

Aku mendorongnya menjauh melepaskan pelukannya yg seoalah membawaku terbang kemasa lalu.

"Prill, kamu nangis?" Tanyanya penuh khawatir. Dan mencengkram lenganku kuat.

Aku diam seribu bahasa. Menundukkan kepalaku,menyembunyikan tangisan bodohku. Aku menggigit bibir bawahku sendiri menahan isakan dari tangisku yg menyeruak.

Dia memegang daguku, mendongakkan wajahku tepat dihadapannya. "Aku minta maaf prill. Aku bodoh udah nyia-nyiain kamu dulu. Aku nyesel, dan sekarang biarin aku menebus kesalahanku dulu prill. Please kasih aku kesempatan."

Cinta dan Air Mata (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang