Chapter 25

4.9K 268 59
                                    

Dihadapanku saat ini, aku melihat seorang laki-laki berdiri membelakangi ku, laki-laki itu bersama seorang wanita yang memeluknya erat. Mengundang rasa penasaran dari beberapa orang disekitar mereka. Dari tempatku berdiri, mereka terlihat sangat serasi. Terlalu serasi hingga membuatku benar-benar ingin pergi dari tempat ini secepatnya. Mataku masih bisa melihat dengan jelas siapa laki-laki itu, meskipun hanya tampak belakang. Sosok yang beberapa waktu terakhir membuatku berpikir ratusan kali dengan sikapnya, Ali. Dan wanita itu, aku juga mengenalnya. Sosok yang pria itu damba sejak dulu, seseorang yang menjadi pusat dari dunia laki-laki itu, Angel.

Udara disekitar terasa seolah berhenti, rasa penasaran yang awalnya meluap berganti dengan rasa yang aku sendiri tidak tau bagaimana cara menjelaskannya. Tadi, laki-laki itu hanya berkata akan mengambil minum, hingga hampir setengah jam berlalu. Laki-laki itu tidak juga kembali. Dan pada akhirnya rasa penasaran membawaku menemukan sosoknya bersama orang yang dulu aku pikir telah menghilang dari hidup laki-laki itu. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, kecuali berbalik badan dan kembali ketempat dimana terakhir kali Ali meninggalkanku. Sesak? Jangan ditanya. Rasanya seperti ada pisau bermata tajam yang menusuk tepat dijantungku. Aku tau, aku tidak seharusnya merasakan hal ini. Aku tau, bahwa ketakutanku kini benar-benar terjadi.

Selang beberapa lama. Laki-laki itu kembali dengan dua gelas ditangannya. Senyumnya sedikit menyungging sebelum akhirnya menyerahkan satu gelas padaku. "Maaf lama. Aku ada urusan sebentar tadi." Ali menjelaskan. Penjelasan yang singkat, yang sebenarnya tidak aku butuhkan.

Aku hanya mengangguk. Menenggak air didalam gelas dengan rakus. Tenggorokanku rasanya sangat kering karena menahan tangisan yang aku sendiri tidak tau alasan untuk apa aku menangis.

Ali sedikit mencondongkan badannya padaku. Memerhatikanku dengan alis yang berkerut. "kamu kenapa?" tanyanya, mungkin dia menyadari kediamannku.

Aku reflek memundurkan badan, "kenapa apanya?" aku berusaha bersikap biasa saja. sebenarnya aku bingung untuk bereaksi seperti apa. Aku sadar, ini bukan tempatku untuk merasa marah atau merasa terhianati. Karena pada dasarnya dalam hubungan ini memang tidak pernah ada kata 'kita'.

Selama rangkaian acara, aku lebih banyak diam. Tugasku disini hanya mengikuti kemanapun Ali pergi. Menjawab saat ditanya, atau tersenyum saat Ali memperkenalkanku sebagai istrinya. Begitupun saat pria itu naik keatas panggung, aku lebih memilih berdiri didekat jendela dan memperhatikan suasana malam kota Jakarta. Aku menghela nafas panjang, sikap laki-laki itu terlihat biasa saja, juga tak ada tanda-tanda dia akan menceritakan sesuatu mengenai pelukan tadi. Lagipula, siapa aku? Tidak ada satupun alasan masuk akal yang memberitahu apa hak ku mendapat penjelasan dari laki-laki itu, dalam bentuk apapun.

Aku menyandarkan kepala pada tembok, menikmati udara yang berhembus pelan. Rasanya sangat tenang. Dari lantai 12, jalanan ibu kota terlihat seperti dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang sangat indah. Suara deheman membuyarkan lamunan. Aku tersenyum singkat saat menyadari Ali yang kini telah berdiri tepat disampingku. "Aku sudah bilang untuk tidak melamun lagikan?" laki-laki itu bersuara, memecah keheningan yang beberapa saat lalu sempat hadir diantara kami. "Kamu harus mulai mendengarkanku mulai sekarang."

Aku menoleh, "kenapa?"

Ali mengedarkan pandangannya keluar jendela. Rautnya datar hampir tak berekspresi dengan tatapan mata yang sama sekali tak bisa aku baca. "Karena aku suamimu?" ungkapnya yang entah kenapa kini terdengar seperti sebuah pertanyaan untukku. Apa sekarang dia ragu ? untuk kesekian kalinya?

Aku tersenyum. Kemudian mengikuti arah pandang laki-laki itu. "Suami ya?" tanyaku pelan.

Ali menoleh. Menatapku cukup lama sebelum akhirnya kembali berucap, "kenapa nada bicaramu seperti itu?" kali ini alisnya saling tertaut, menyebabkan kerutan-kerutan samar di dahinya.

Cinta dan Air Mata (aliando prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang