1.5 Target - 5

55 6 0
                                    


JAKARTA, ID

"Ebuset," rutuk seorang cewek ketika ia menabrak seorang cowok tinggi yang memakai kacamata di salah satu gang. Cewek itu tidak terjatuh ketika menabrak si cowok, melainkan munduk ke belakang seraya memandangnya dengan tatapan tidak santai.

"Lo kalo jalan yang bener dong," omel cowok berkacamata itu. Ia menudukkan kepalanya untuk memandang si cewek.

Cewek itu mengusap dahinya. "Weh. Seharusnya lo jalan yang bener. Udah tau gang sempit kayak gini pake jalan bertiga-tigaan segala. Mending jalannya baris kebelakang, lah ini kesamping udah kayak mau solat jumat." Gerutu cewek itu tidak terima.

"Ya tapi lu juga kalo jalan jangan ngeliat kebelakang. Udah kayak dikejar rentenir aja," komentar cowok lain, kali ini yang berbadan agar besar dengan rambut yang agak gondrong.

"Enggak bego. Dia nengok ke belakang udah kayak lagi ngeliatin doi selingkuh wkwk," timpal salah satu cowok yang memakai topi.

Si cowok tinggi berkacamata yang tampaknya merupakan ketua dari kelompok itu menoleh ke sebelah kanan. Ia pun menarik topi temannya ke bawah hingga menutup matanya. "Apaan sih lo, Yas. Garing anjeer," ledek cowok itu.

Diam-diam cewek itu tertawa.

"Eh lo. nggak usah ketawa," omel cowok bekacamata itu.

Kontan cewek itu lagnsung menghentikan tawanya. "Iye, Niel."

"Btw lo tau kan siapa gue?" Tanya cowok itu tiba-tiba. Menunjuk dirinya sendiri dan bergaya sok gagah.

Cewek itu mengangguk. "Tau. Lo itu Daniel Satria Geraldio. Anak XI-4 IPA, 'kan?" jawab cewek itu dengan polosnya.

Cowok yang bernama Daniel itu memutar kedua bola matanya dengan malas. "Yaelah itu mah kucing di deket rumah gue juga tau kali. Maksud gue bukan itu,"

"Terus?"

Daniel menggerakan jari-jarinya di depan wajah cewek itu. memberi kode agar cewek itu tahu maksudnya.

"Et dah gue bukan kucing. Ngapain lo ngegerakin jari lo di depan muka gue?" Tanya cewek itu.

Sungguh, dia terlalu polos atau dia pura-pura bego sih? Yang dimaksud oleh cowok bernama Daniel itu bukan sedang memanggil kucing. Tapi ia ingin diberi uang. Maksudnya, Daniel memalaknya.

"Duit bego. Siniin duit lo," palaknya.

"Lah kok lo malah mintain uang ke gue sih?" cewek itu menolak.

"Iya kan lo tadi udah nabrak gue. Udah gitu tadi sekolah nggak bayar uang jaminan." Tukas Daniel bagaikan preman.

"Malak mulu lu ah," keluh cewek itu.

"Udah lo nggak usah banyak bacot. Mana duit lo?" pintanya.

Cewek itu merogoh saku seragamnya. Sejujurnya ia tidak rela untuk memberikan uang jajannya kepada cowok itu. Sembari merogoh saku, cewek itu memandang Daniel dengan tatapan tidak suka. Kalau bukan karena tugas ini, ia juga tidak mau merelakan uangnya diambil cowok berandalan tidak jelas itu.

Tak lama kemudian, ia mengeluarkan tangannya dari dalam saku. Selembar uang seribu ia berikan kepada cowok itu.

Melihat cewek itu hanya memberi uang seribu, Daniel tidak terima. Ia memandang uang itu sembari membuka mulutnya lebar-lebar. "Apaan. Masa seribu. Nggak bisa, harus lima ribu!" paksanya.

"Yah, Niel. Gue Cuma ada seribu," balasnya.

"Boong lu. Biasanya sering jajan juga. Pasti uang lo banyak, Nev." Tuduh cowok yang memakai topi sembari mendorong bahu cewek itu.

Ten Eyes To DisappearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang