2.3 Kidnap (3)

46 6 0
                                    

BEKASI

"Bara!" panggil seseorang ketika Bara hendak menyalakan mesin motornya. Mendengar seseorang memanggilnya, Bara pun mengurungkan niat tersebut.

Orang itu kembali memanggil nama Bara. Begitu ia menolehkan kepalanya, matanya mendapati Dhyta sedang berjalan ke arahnya. Pada saat itu juga Bara langsung memukul keningnya. Ia lupa menjemput Dhyta di kelasnya. Padahal kan Dhyta pacarnya. Bara merasa bodoh sekali karena lupa dengan pacarnya sendiri.

"Ya ampun Dhyt. Gua lupa. Maafin gua," kata Bara sok sedih.

Dhyta yang pada saat itu tiba di hadapan Bara tampak biasa saja. Perempuan itu tidak memperlihatkan ekspresi marah karena lupa dijemput. Tetapi pandangannya langsung tertuju pada topi pernah ganteng yang Bara pakai. Entahlah, topi itu seakan mempunyai daya magis yang selalu membuat orang-orang meliriknya setiap bertemu dengan Bara. Padahal itu topi biasa, bukan topi yang pernah dipakai David Beckham.

"Ehmp, Bar." Panggil Dhyta.

Bara menoleh, "Iya kenapa, Dhyt?"

"Kita putus ya." Kata Dhyta seenaknya saja. bahkan nada bicara Dhyta tampak santai dan terdengar seperti anak kecil yang minta dibelikan es krim.

Mendengar itu, Bara pun langsung membuka mulutnya lebar-lebar. Ia tampak syok dengan apa yang baru saja Dhyta katakan. Yang benar saja, Dhyta minta putus?

"Lah? Putus?" Tanya Bara berusaha untuk meyakinkan. Ia menatap mata Dhyta, berusaha untuk mencari kebohongan dari sana. Nyatanya Bara tak menemukan apapun selain kejujuran.

Cewek itu benar-benar ingin putus darinya.

"Iya." Dhyta mengangguk mantap.

Tentu saja Bara tidak terima dengan hal itu. Yang benar saja? Putus? Mereka bahkan baru pacaran selama sehari. Selain itu sejauh ini tidak ada masalah apapun pada hubungan mereka. Orang ketiga saja tidak ada. Tapi kenapa Dhyta minta putus secara tiba-tiba begini?

Pasti ada yang aneh.

"Lah kok gitu?" Bara tampak tidak terima.

"Iya. Abisnya hubungan ini terlalu maksa." Jawab Dhyta santai.

Maksa?

Dahi Bara berkerut, tidak mengerti apa yang dikatakan Dhyta. Ia memandang Dhyta seraya berusaha untuk mencerna kata-katanya. Entah ini Bara yang terlalu bodoh atau Dhyta yang terlalu rumit, tapi Bara sama sekali tidak mengerti.

Oh ya tentu saja Bara yang terlalu bodoh.

"Maksa kenapa?" Bara menggaruk kepala.

Dhyta memutar kedua bola matanya dengan malas, "Maksa aja. Gue nerima lo tuh karena ngerasa bersalah. Gue kira tangan lo beneran terluka, nyatanya itu Cuma tipuan. Sulap. Jadi lo sengaja memainkan sulap biar gue nerima lo, 'kan?" jelas Dhyta.

Bara menghela napasnya pasrah. Insiden kemarin memang dibuat-buat dan bertujuan agar Dhyta mau menerima Bara. Sejujurnya sudah lama Bara menyukai Dhyta, ia baru berani menembaknya kemarin. Bara sebenarnya tahu kalau ia pasti akan ditolak Dhyta. Maka dari itu ketika ia menembak Dhyta kemarin, Bara sengaja menyelipkan unsur sulap disana. Selain agar Dhyta menembaknya, Bara juga ingin menunjukkan kelebihannya sebagai pesulap kepada teman-temannya.

Ten Eyes To DisappearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang