Setibanya di ruang bersantai, kelima anak itu langsung terkapar lemas. Nevada, Arial, dan Satria melemparkan tubuh mereka ke atas sofa. Sementara Arvid dan Bara tidur terlentang di atas karpet. Keringat mengalir di pelipis mereka. Napas mereka tersengal-sengal. Terlihat sekali kalau mereka sangat kelelahan setelah menjalani latihan fisik.
Menjadi seorang agen dadakan tak semudah yang mereka bayangkan. Mereka kira, mereka hanya akan berlatih cara mengendap-endap atau berkamuflase agar tak terlihat ketika sedang menjalankan misi. Nyatanya mereka juga harus melatih fisik mereka. Kata Robert, hal itu sangat dibutuhkan untuk menghindar jika mereka ketahuan. Well, Robert benar. Mereka harus bisa menghindar dengan cepat kalau tak mau tertangkap.
"Vid, nyalain kipas dong. Panas banget njir," perintah Bara seraya mengipas wajahnya dengan tangan.
Arvid mendesis. "Ish. Lo aja nyalain sendiri."
"Nggak nyampe, Vid," Bara merentangkan tangannya ke atas seraya meraih kipas angin. Tentu saja hal itu percuma dilakukan karena jarak Bara ke kipas angin sangat jauh.
Arvid langsung menempeleng kepala Bara. "Lo jalan ke sana lah. Kalo lo diem doang di sini sambil gerak-gerakin tangan kayak beruang tenggelem, sampe patung liberty pindah ke Bekasi juga lo nggak bakal bisa nyalain kipasnya."
"Mager, Vid. wkwk." jawab Bara sambil nyengir.
"Kalimat lo panjang banget, Vid. Padahal intinya nggak sepanjang itu." komentar Satria seraya meneguk minuman.
Arvid melirik Satria. "Kan biar ada sastranya gitu," katanya sambil menaik turunkan alis.
"Mana ada sastra kayak gitu," Cibir Nevada.
"Ya seni sastra model terbaru lah." Arvid mencoba membela diri.
"Model terbaru pale lo peang." Nevada berdiri dari sofa, lalu menyalakan kipas angin. Melihat Bara menggerak-gerakkan tangan ke atas bagai seseorang yang tenggelam membuat Nevada merasa kasihan. Apalagi ekspresi Bara yang konyol itu, Nevada bahkan tak sanggup mengabaikannya. Setelah itu, Nevada pergi ke dapur.
Angin langsung menerpa Bara begitu kipas angin dinyalakan. Sensasi segar langsung dirasakan Bara dan membuat Bara merasa lega. Ekspresi wajahnya yang tadinya seperti ikan koi kehabisan napas kini mulai berubah. Bara mengembuskan napas lega. Tampak menikmati setiap terpaan angin yang menyentuh kulitnya.
Di sampingnya, Arvid tampak memberikan ekspresi aneh. Sumpah demi apapun, ia tak mengerti apa yang sedang dilakukan Bara sekarang. Lelaki itu terus saja memberikan ekspresi kenikmatan ketika merasakan angin. Alih-alih terlihat seperti model iklan rambut, Bara justru terlihat seperti sedang boker di mata Arvid. Jujur saja, itu membuat Arvid geli. Bahkan Arvid sampai bergidik karena saking gelinya.
"Najis Bar. Ekspresi lo sok banget," kata Arvid seraya menoyor kepala Bara.
"Kan biar kayak model, Vid." jawab Bara dengan ceria.
"Iya kayak model." Arial nimbrung.
"Kayak model video klip ya, Kak?" Bara melirik Arial dengan tatapan yakin kalau Arial akan membelanya.
"Bukan," jawab Arial seraya meneguk minuman. "Tapi kayak model celana dalem. Wkwk."
Tawa Arvid langsung meledak begitu mendengar ucapan Arial. Arvid langsung memukul-mukul lantai dengan keras seraya tertawa keras. "Anjir model celana dalem," katanya diiringi tawa.
Mendengar itu, Bara langsung memberikan tatapan mematikannya kepada Arial. Ia kira Arial akan membelanya, ternyata Arial justru ikut meledeknya. Seharusnya Bara sudah tahu mengenai hal itu karena kemarin ia juga sudah terjebak. "Jahat lo, Kak. Masa gue dibilang kayak model celana dalem. Udah tau muka gue ganteng kayak Justin Bieber." Bara cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Eyes To Disappear
ActionSatria, Arvid, Arial, Bara, dan Nevada. 5 remaja berbeda sifat, kepribadian, serta latar belakang. Tetapi tertarik dengan satu hal yang sama, Magic. Kelima remaja yang tidak jauh dari bercanda bercandaan itu tiba-tiba saja dipersatukan dalam s...