BANDUNG
Siapa suruh nembak gue. Mau aja lo kejebak permainan gue.
Arial terus menggumamkan kata-kata di dalam hatinya sambil menghapus foto-foto Angel yang ada pada ponselnya. Baginya perempuan itu sangatlah bodoh. Perempuan itu bahkan percaya kalau Arial menyayanginya. Nyatanya tidak. Arial tidak pernah menyanyanginya, menjalani hubungan dengannya saja terpaksa. Dan soal Arial mengacuhkan Angel, itu memang niat Arial. Ia bukannya ingin menguji Angel, ia memang ingin putus dengan perempuan itu secara perlahan.
Kalau dipikir-pikir, Arial memang terlihat jahat. Dibalik wajah rupawan serta tampang polosnya, sebenarnya Arial bukanlah cowok biasa. Well, dia playboy. Namun bukan sembarang playboy. Dan dia bukan kali ini saja memainkan perempuan. Dia sering memainkan mereka. Menyatakan cinta pada perempuan, kemudian memutuskan mereka dengan cara yang sangat tidak biasa, lalu membuat perempuan yang pernah ia sakiti menangis hingga berminggu-minggu.
Ia terlanjur sering menyakiti hati para perempuan.
Dan ia tidak pernah menjalani hubungan serius dengan perempuan atau pun jatuh cinta pada salah satu diantara mereka. Well, Arial pernah merasakannya. Tapi itu dulu.
Sejujurnya Arial tidak peduli soal kedekatan Angel dengan Regan. Kedekatan Angel dengan Regan memang sudah Arial prediksi bahkan dari jauh jauh hari. Sebelum Arial memberi ujian kepada Angel, ia memang sudah memikirkannya. Bahkan sebelum Angel menembaknya Arial sudah tahu kalau Regan menyukai Angel.
Kalau gue anggurin, pasti Angel bakal cari seseorang yang bakal ngehiburnya. Dan pasti seseorang itu Regan, gumamnya ketika ia sedang merencanakan semuanya berminggu-minggu yang lalu.
Sore ini Arial tengah duduk bersantai di sebuah kedai kopi di Jalan Dago. Di luar sedang hujan ringan dan saat ini merupakan saat-saat paling tenang baginya. Menikmati kopi hangat di tengah hujan. Sendirian, tanpa ada gangguan perempuan. Arial selalu menyukai hal itu.
Arial mengarahkan pandangannya keluar jendela, memandangi rintik-rintik hujan yang ritmenya diulang-ulang. Bibir merahnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Hatinya merasa sangat tenang walaupun kemarin ia baru saja membuat anak orang menangis.
Masa bodoh dengan Angel.
Ia terus memperhatikan rintik-rintik hujan. Lama kelamaan rintik-rintik itu semakin deras. Bersamaan dengan itu, Arial mulai merasakan sesuatu. Perasaan tidak enak.
BUGH!
Benar saja. Perasaan tidak enak itu terwujud beberapa saat kemudian. Suasana yang tadinya tentram dan tenang berubah dalam sekejap mata. Seseorang cowok tiba-tiba saja memberikan sebuah tinju tepat pada wajah Arial. Arial yang pada saat itu sedang duduk santai langsung terjatuh menimpa bangku di belakangnya sehingga membuatnya berdecit.
"Lo berengsek!" Lelaki bermata sipit itu kembali memukul wajah Arial sebelum Arial sempat berdiri. Arial kembali terjatuh ke lantai. Darah mulai mengalir pada sudut bibirnya.
"REGAN STOP!" sergah Angel ketika lelaki bermata sipit itu hampir saja memukul Arial lagi.
"Dasar playboy! Cowok berengsek!" Regan terus saja mengumpat seraya berusaha untuk melepaskan tangannya yang ditahan oleh Angel.
Arial berhasil berdiri. Matanya menatap Regan dan Angel dengan tatapan santai namun menusuk. Kedua orang itu tampak menyedihkan di mata Arial. Apalagi Angel, perempuan itu terlihat kacau hari ini. Diputuskan olehnya membuat Angel menangis semalaman. Terlihat dari matanya yang merah serta sembab. Sayangnya mau Angel terlihat sekacau apapun atau menangis tujuh hari tujuh malam Arial tidak akan peduli. Ia memang tidak peduli dengannya sejak awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Eyes To Disappear
AksiSatria, Arvid, Arial, Bara, dan Nevada. 5 remaja berbeda sifat, kepribadian, serta latar belakang. Tetapi tertarik dengan satu hal yang sama, Magic. Kelima remaja yang tidak jauh dari bercanda bercandaan itu tiba-tiba saja dipersatukan dalam s...