Dalam satu jam ini, Arial berhasil mengejutkan Robert dengan kecepatan tangannya. Anak lelaki itu rupanya lebih mahir dari yang ia duga. Tingkat kecepatannya bahkan hampir menyamai Robert. Ketelitian Arial juga membuat Robert terkagum. Apalagi ketika Arial memperlihatkan keahliannya dalam membobol password. Robert tak menyangka jika anak itu bisa dengan mudah mengingat gerakan tangan seseorang ketika orang itu sedang menekan password pada ponsel mereka. Kelebihan yang dimiliki Arial ini tentunya sangat menguntungkan bagi Robert. Dengan begini Arial dapat dengan mudah masuk ke dalam sebuah gedung.
"Kurasa kau tidak perlu berlatih lagi, Arial. Keahlianmu sangat mengejutkanku. Kau lebih dari yang kukira. Kau sudah memiliki semuanya, kecepatan, akting yang bagus, serta pengelihatan tajam. It's perfect!" puji Robert tak lama setelah Arial memperlihatkan keahlian membobolnya.
Yeah. Ini pujian pertama yang Arial dapatkan mengenai kelebihannya ini. Sebelumnya Arial belum pernah memperlihatkan kelebihannya pada siapa pun, termasuk kedua orang tua, adik, dan kakak laki-lakinya. Keempat partner barunya juga belum sempat memujinya. Diam-diam Arial tersenyum kecil.
"Tidak, Robert. Aku masih membutuhkan latihan. Bagaimana pun juga aku masih anak-anak. Lagipula, I'm not perfect," kata Arial sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Yeah, aku tahu. Tetapi kau sudah bagus. Mungkin kau hanya perlu latihan sedikit," balas Robert seraya memutar ponselnya di atas jari.
Arial menarik napas panjang, "Omong-omong, sampai kapan kami akan berada di sini?"
"Sampai kalian berhasil menyelesaikan tugas kalian," jawab Robert.
Arial menggeleng. "Bukan begitu. Maksudku, tanggal tepatnya. Apakah bulan November atau Desember atau kapan?"
Robert mengarahkan bola matanya ke langit-langit. "Aku tak tahu. Itu tergantung kerja kalian. Kalau kalian bisa menerima arahan dengan bagus, mungkin tak sampai satu bulan. Memangnya kenapa?" Robert mengalihkan pandangannya ke arah Arial.
Satu bulan. Gue Cuma punya kesempatan satu bulan. Ya kurang lebih segitu lah. Tetapi untuk ukuran Nevada, kayaknya seminggu juga bisa.
Di dalam hatinya, Arial tersenyum penuh kemenangan.
Arial yang tadinya sedang berpikir pun langsung tersenyum. "Oh tidak apa-apa. Aku hanya takut tidak mendapatkan pelajaran. Pasalnya bulan April nanti ada ujian yang harus aku lakukan dan butuh persiapan selama berbulan-bulan untuk ujian itu." Arial berkilah.
"Oh begitu," Robert mengangguk pelan. "Pelajaran apa yang diujiankan?"
"Matematika, biologi, fisika, kimia, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, ya sekitar itu lah."
"Oh. Kalau begitu mungkin aku akan mengajarimu matematika. Aku cukup ahli dalam bidang itu." tawar Robert.
Arial memandang Robert dengan tatapan tak percaya, "Sungguh?" tanya Arvid yang dibalas anggukkan oleh Robert. "Well, that's great! I need some help with math."
"Berhubung kau tak memerlukan waktu yang banyak untuk berlatih, aku bisa mengajarimu."
"Yeah. Bisa kita lakukan sekarang? Entah mengapa rasanya aku ingin belajar," pinta Arvid. Tumben sekali ia ingin belajar. Padahal biasanya kalau di sekolah ia malas sekali belajar dan selalu berharap ada pelajaran yang kosong.
Robert menengok arloji yang ia kenakan pada tangan kirinya, lalu mengangkat kepala dan menggeleng. "Kurasa tak bisa sekarang. Aku harus pergi," kata Robert seraya bersiap-siap.
Arial mengamati Robert yang kini berdiri seraya merapikan bajunya. "Latihan sampai sini saja. Kita lanjutkan besok." Robert langsung berjalan menuju pintu. Di tempatnya, Arial hanya memperhatikan Robert yang kini hilang seiring dengan tertutupnya pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Eyes To Disappear
ActionSatria, Arvid, Arial, Bara, dan Nevada. 5 remaja berbeda sifat, kepribadian, serta latar belakang. Tetapi tertarik dengan satu hal yang sama, Magic. Kelima remaja yang tidak jauh dari bercanda bercandaan itu tiba-tiba saja dipersatukan dalam s...