Bridgette Padget. Semenit setelah gadis itu pergi tanpa hormat apapun padanya, sumber-sumber Harry memberitahu nama si gadis. Nama Padgett tidak begitu asing buat Harry. Dia segera mencari sesuatu di ponselnya... ketemu!
Padget adalah saingan bisnis Styles di Paris dalam bidang farmasi. Well, semakin menarik. Dalam bisnis ada yang namanya persaingan sehat atau tidak sehat, Harry tidak pernah suka apapun yang sehat. Sedikit ancaman dan godaan maut, dia bisa memanfaatkan gadis itu. Ya, agak sulit memang... lihat saja tingkahnya tadi. Tapi tidak ada yang tak mungkin buat keturunan Styles.
"Lihat isi media sosialnya..." Louis memberikan ponselnya pada Harry sambil menunggu kedatangan guru baru. Guru itu telat lima menit, dia harus dapat hukuman.
Harry melihat baik-baik dan dia semakin suka dengan gadis itu. Di media sosialnya jarang sekali dia mengunggah selfie, dia lebih suka memamerkan kutipan orang lain atau tulisan tangannya atau foto-foto pemandangan. Dia misterius.
"Dengan wajah secantik itu aku kira hobi dia selfie."
"Aku dengar dia juga pintar." informasi baru lagi dari Niall, "Oh, dia bahkan menolak agensi terkenal karena ingin fokus di pendidikan!"
"Well, dia membuktikan satu hal bahwa tidak semua gadis cantik itu hanya mau memakai wajah tapi dia juga menggunakan otaknya secara baik."
"Tapi tingkah dia begitu angkuh, aku tidak suka." Niall berkomentar.
"Aku juga kurang suka, she's really the uptight bitch." kata Louis.
"Tapi tidak bisa dipungkiri kalau dia sangatlah hot." Niall dan Louis mengangguk setuju dengan Zayn.
"Kalau kau, Haz. Kau suka dia?"
"I want her."
Ketiga teman Harry heran. Ini pertama kalinya Harry bicara terbuka tentang ketertarikan dia pada seorang gadis. Harry tidak suka bicara, dia lebih suka bertindak. Kalau dia suka, dia akan menidurkan gadis pilihannya, menikmati tubuh wanita itu hingga puas sebelum dia membuat hidup itu sama dengan tinggal di neraka. Harry suka melihat gadis gadis jalang itu menangis karena mereka sangatlah menjijikkan. Mereka kira setelah bisa tidur dengan Harry, mereka akan mendampingi Harry jadi penguasa... cuih... picik sekali!
"Kau mau kita bantu untuk mendapatkan dia?"
Harry menggelengkan kepalanya, mata dia jatuh pada salah satu sosok wanita yang duduk di deretan paling depan. "Aku akan memakai bantuan orang lain."
"Siapa, Haz?"
"Tidak perlu kau tahu, you'll see."
"Akan menarik kalau kita membuat taruhan." Louis kembali ke tingkah favoritnya. Bertaruh. Itu mungkin satu-satunya keahlian dia karena percayalah dia di anugerahi keberuntungan yang sangat besar.
Harry suka dengan ide itu, "Boleh saja. Kau mau mempertaruhkan apa?"
"Buat gadis itu lunak padamu dalam satu bulan. Kalau kau menang, aku akan memberikanmu Maybach Exelero."
Harry tertawa dalam hati. Hadiah yang sama sekali tidak mewah, Harry bahkan sudah punya mobil itu sebelum peluncurannya. "Dan jika kau menang, aku yang harus membelinya untukmu, begitu?"
Louis tampak gugup. Lucu sekali melihat itu. "Ya... eum... if you want to."
"That's a lame idea. I need to be more challenging. Ah..." Harry berpikir sebentar lalu ide brilian muncul dalam benaknya, "If I win, I want to one night stand with your fiancé. And if I lose, you got that Maybach. Deal?"
"W-what? You mean you want Carla?"
"No... just one night stand. I'm curious with that body."
"But why?"
"Well, you start the game first, remember?"
"But..."
"It's okay if you're not agree. We can think another games but..."
"Okay! Just give me 10 minutes."
"That's a long, dude. I want you to answer this now!"
Harry penasaran apa yang akan jadi jawaban Louis. Jawaban dia menentukan satu hal, dia lebih mementingkan dirinya sendiri dengan mengorbankan orang-orang di sekitarnya akan menderita atau dia tunduk pada Harry, seperti biasanya.
"Okay... Deal! I-i think that's a... good one." kepala Louis menunduk saat berkata. Pasti sangat berat untuknya. Carla dan Louis sudah dari kecil tak terpisahkan, mereka bahkan akan menikah setelah lulus nanti. Ini akan semakin menarik, Harry penasaran bagaimana cara Louis membujuk Carla untuk tidur dengannya. Well, tapi jika bujukan tidak berhasil, kekerasan masih bisa dilakukan.
Setelah perbincangan dengan Louis tadi, Niall dan Zayn bungkam. Mereka tak mau ikut dalam arus deras kejam ciptaan Harry. Mereka tidak mau jatuh tenggelam dan terseret pasrah seperti Louis. Tindakan yang cukup bijak dan Harry menghormati itu. Lagipula mereka tidak terlihat dalam games konyol ini, yang memercikkan api ke kubangan bensin adalah Louis. Hanya Louis yang harus dapat konsekuensi.
Tak lama setelah perjanjian dibuat Mr. Joseph datang dengan sangat amat kikuk, dia bahkan terpeleset saat akan berjalan tepat ke tengah kelas. Semua murid tertawa kencang, sama sekali tidak takut apalagi hormat dengan guru itu. Hanya satu orang yang mereka takuti dan orang itu sedang tersenyum di belakang kelas.
"Ma-ma-maaf karena datang terlambat."
Harry berdiri secara mendadak, Mr. Joseph pun memucat dipandangi oleh anak muda yang seusia dengan putra pertamanya, "Aku sudah bosan karena terlalu lama menunggu. Kalau kalian mau ikut aku keluar, aku akan mentraktir kalian."
Sontak semua murid pun bangkit berdiri dan mengekor di belakang Mr. Joseph yang tampak sangat terpukul dengan semua tingkah anak barunya ini. Dia marah besar, tapi dia sangat butuh pekerjaan ini. Menjadi guru dengan catatan kriminal sangat sulit untuk diwujudkan, Mr. Joseph tak punya pilihan lain. Dia hanya harus menurut pada penguasa jika tetap ingin keluarganya hidup dan makan dengan layak.
###
A/N :Well agak nggak masuk akal sih kekuasaan sih Harry ini... tapi ini fiksi, right? Karena ini fiksi, apapun yang nggak mungkin bisa saja terjadi. Just enjoy it.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meets The Angels
FanfictionIt's about Harry who is being so unforgivable jerks and love to bully everyone around him. And that is why he met the angels. One is the one who always rescue Harry's victims and the other one is Harry's doll to make the other one can look at him as...