Devil's Act #7

347 51 2
                                    

Paris masih sama seperti dulu. Indah, nyaman, elegan. Bahkan kenangan saat Harry disana pun masih tergambar dengan jelas, otaknya memainkan sebuah film... dengan dia menjadi pemeran utama dengan naskah yang sangat sial. Ironis adalah kata yang tepat melukiskan suasana kelam Harry di kota itu sewaktu kecil. Harry selalu menghindari Paris, dia muak terkenang masa lalu itu tapi entah kenapa kota ini kembali menarik perhatian dia.

Pernah ada yang bilang kalau kita takut menghadapi sesuatu, beranikan diri untuk menghadapi itu, buatlah dirimu menyesuaikan diri pada rasa takut itu dan ubah perasaan itu jadi biasa-biasa saja. Well, itu memang satu alasan kenapa Harry tertarik kembali ke kota kelahiran dia. Sedang hal yang lebih pentingnya adalah Harry ingin menghabiskan waktu bersama dua wanita cantik disana... Emily yang kebetulan akan satu paket dengan Brie. Emily yang buta dengan Paris akan dia ajak berkeliling kota indah itu, anggap saja sebagai kado awal hubungan serius mereka (serius taruhannya maksudnya), sedang Brie pasti sudah hapal kota itu luar dalam. Dia akan pergi bersama Brie mengelilingi tempat-tempat favorit Brie dan tempat favorit dia, menghabiskan malam bersama... dan semoga saja yang dia inginkan dapat dikabulkan.

Selain bersama Brie dan Emily, dua bawahan Harry juga ikut bersama. Niall dan Louis. Mereka tidak minta untuk ikut, Harry yang memaksa. Akan lucu jika melihat wajah ketakutan mereka karena hal berharga orang yang mereka sayangi sudah Harry genggam.

"Kau punya tempat tinggal di Paris?" tanya Brie sambil mengesap white wine yang tersedia di limousine Harry.

"Tentu saja. Aku punya penthouse di sekitar ile St. Louis."

"Itu kawasan yang sama dengan tempat dijualnya Berthillon ice cream bukan?" Emily yang bergelayut manja di lengan Harry tampak semeringah.

"Ya. Tapi letak penthouse ku lumayan jauh dari tempat populer itu. Aku lebih suka tempat yang tenang dan sunyi. Tapi, apa kau mau mampir dulu ke tempat itu sebelum kita sampai ke penthouse, my angel?"

Emily menegakkan badannya, dia semakin antusias. "Kau tidak keberatan?"

Agar lebih menjiwai Harry mengelus lembut rambut Emily yang sangat halus. "Anything for you, my angel.".

Emily langsung mencium pipi kanan Harry dan kembali membenamkan kepalanya di dada Harry. Emily sekarang sudah banyak berubah, dia tak malu lagi pamer kemesraan di depan orang. Makin lama tingkah dia justru semakin agresif, entahlah mungkin hubungan ini sudah menekan sisi liar dia. Well... Harry jadi tak sabar melihat seberapa liar anak itu.

Walau di sampingnya ada Emily, mata Harry tak bisa melepaskan diri dari sosok gadis lain yang ada di mobil itu. Brie duduk persis di depannya, dia tampak tidak menikmati perjalanan ini. Berkali-kali Brie menghela napas bosan, dan berkali-kali juga Harry menangkap basah Brie sedang melirik dia diam-diam. Raut wajah Brie pun makin tertekuk saat Emily dan Harry berinteraksi. Well... permainan semakin menarik. Harry suka mempermainkan perasaan mereka. Emily sudah di tangan dan Brie pun mulai luluh, pesona dia belum pudar.

Sesuai dugaan Berthillon penuh sekali, banyak turis yang datang dan juga penduduk lokal yang mengantri membeli Ice cream terkenal itu. Harry turun sambil menggandeng Emily. Emily berbinar sekali.

"Oh... aku rindu suasana ini." seru Emily.

"Kau mau rasa apa, my angel?"

"Apa saja... aku suka semua rasa yang ada di tempat ini. Ini tempat Ice cream paling enak sedunia, semua rasanya pasti menjanjikan."

"Baiklah, tunggu lima menit. Aku akan bawa Ice cream yang kau suka."

"Lima menit?" Brie membuka suaranya. Dia menunjuk antrian yang sudah melewati pintu masuk dan berbaris di trotoar jalan. "Setidaknya butuh satu jam untuk mendapatkan Ice cream. Lima menit itu mustahil."

When Devil Meets The AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang