Brie melepas pangutan yang semakin panas itu saat bayangan Emily terlintas di kepalanya. Ini salah, dia tidak mau jatuh ke tangan Harry. Dia rela menjalani hubungan terlarang dengan Harry karena mau menyelamatkan Emily bukan menyakiti Emily!
"Ça suffit! (Sudah cukup!)"
"Why?" ciuman Harry masih terus membakar tubuh Brie, kali ini leher Brie yang jadi korban. Tangan Brie mengepal kencang sekali menahan gejolak dalam hati terkecilnya yang meminta dia membalas tingkah Harry.
Brie berhasil menahannya, dia bahkan mendorong tubuh Harry. "I cant do that again. C'est faux (ini salah)"
Latar gemuruh air terjun di belakang mereka membuat cara bicara mereka harus naik beberapa oktaf. Karena itulah Brie membawa Harry kembali ke pinggir sungai, dia ingin bicara serius dengan Harry.
"What's wrong with you?"
"Ini salah, Harry! Ini salah!"
"Tidak ada yang salah. Kita menjalin sebuah hubungan, dan tidak masalah kalau kita bermesraan. Tidak usah pikirkan apapun... hanya ada kau dan aku disini."
Satu tamparan mendarat di pipi Harry, Brie sudah tidak kuat menahan permainan ini lagi. Brie tidak mau hatinya salah memilih, dia tidak mau menodai hatinya karena suka dengan sosok bajingan di depannya.
"Kau menamparku?" Harry mengusap pipinya sambil menyeringai. Brie berusaha terlihat berani, walau di dalam hati dia sangat ketakutan.
"Ya, karena kau brengsek."
Tangan Harry membelai pipi Brie lembut sekali, "Kau berhak menamparku, mon ange. Kau tak perlu takut."
"Aku tak takut."
Telunjuk Harry jatuh ke bibir Brie, Brie menahan napas takut dia lepas kendali lagi apalagi wajah Harry sangat dekat dengan wajahnya. Dia tidak mau terlihat bodoh berkali-kali.
"Disini kau tentu tidak takut. Tapi..." kepala Harry turun ke bawah dan terhenti di dada Brie. Brie tak bisa bergerak lagi, Harry sudah mendengar jelas sekali jantung dia yang melolong sangat kencang.
"See... detakan jantungmu sangat kencang. Tandanya ada dua hal... pertama, kau takut padaku atau... kau suka padaku.""Ta gueule (Diamlah!)... aku mau pulang sekarang!"
Harry mengangkat tangan. Dia justru membuka kaus putih basahnya di depan Brie. "Apa yang kau lakukan? Aku bilang aku ingin pulang!"
"Kau ingin pulang maka itu aku akan mengganti baju dulu."
"Disini? Di depan mataku?"
Harry mengangkat bahunya cuek."Dimana lagi? Terserah kau mau lihat atau tidak... aku ingatkan saja kalau tubuhku ini sangat sayang untuk dilewatkan."
Saat Harry sudah membuka celana jeansnya, Brie membalik badan. Dia pun menutup matanya serapat yang ia bisa. Harry benar-benar sudah gila!
"Sudah belum?" Merasa sudah terlalu lama dalam posisi itu, akhirnya Brie bersuara. Tapi Harry tidak menjawab. Merde, rasanya Brie ingin bunuh orang itu sekarang juga.
"Harry... kau sudah selesai?"
Tetap tidak ada tanggapan.
"Harry, jawablah!"
"Kalau kau begitu penasaran, berbalik lah dan lihat aku sudah selesai atau belum."
"Harry, aku tidak bercanda. Aku mohon serius sedikit. Kau sudah selesai belum?"
"Aku juga tidak sedang bercanda, mon ange. Berbalik lah."
"Kau sudah memakai bajumu?"
"Ber-ba-lik-lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meets The Angels
FanfictionIt's about Harry who is being so unforgivable jerks and love to bully everyone around him. And that is why he met the angels. One is the one who always rescue Harry's victims and the other one is Harry's doll to make the other one can look at him as...