Dengkuran halus membangunkan dirinya. Itu bukan suaranya, suara itu terdengar sangat seksi di telinganya. Brie masih memejamkan matanya menikmati lantunan suara itu ditambah suara detak jantung teratur orang di sampingnya sekarang ini. Ya, kasur ini tidak hanya menampung dirinya tapi ada orang lain. Orang yang selalu menjadi nomor satu daftar orang yang harus dijauhinya.
Entah kenapa semalam suasana dan pergerakan hati Brie mengijinkan Harry merasakan tubuhnya secara intim. Mereka larut dalam buaian panas nafsu. Brie merelakan tubuhnya dicium di tempat paling sensitifnya dan membuat dia mengerang kenikmatan, Brie membiarkan Harry yang bekerja. Dia hanya terbaring, memejamkan mata, dan terus menuntut agar Harry memberikan apa yang dia inginkan. Kepuasan. Dan benar sekali, Harry sangat hebat dalam masalah ranjang. Harry membuatnya puas berkali-kali. Harry membuat dia merasa begitu sempurna. Apalagi cara Harry memperlakukan dia begitu lembut, mengikiskan segala kebencian yang terpendam di hati Brie. Brie menyerahkan segala hal malam itu pada orang yang tidak pernah terbayang di pikirannya.
Mata jernih Brie memandang wajah Harry yang jaraknya beberapa senti di depan wajahnya. Bangun pagi dengan wajah Harry di depannya, menyaksikan kepolosan Harry yang jarang orang lihat adalah hal terbaik di pagi harinya.
Brie sama sekali tidak menyesal telah memberikan tubuhnya pada Harry. Dia bukan gadis munafik ala roman picisan, terbuai dan merasa puas di malam harinya tapi begitu pagi datang akan berteriak menyalahkan semuanya pada sosok pria yang sudah membuat dia merasa nikmat. Bukan, Brie tidak suka bertingkah begitu. Mengapa harus berteriak dan menyesal ketika semalaman penuh dia merasa menjadi wanita paling sempurna dan bahagia?
"'Jour, mon ange." Harry membuka matanya, membalas tatapan Brie dan memasang senyuman manisnya, "Sudah puas memperhatikan wajah tampanku?"
Brie menggeleng. Bibir dia menyentuh lesung pipi Harry, "Belum. Aku belum puas." Brie lalu membiarkan Harry mengambil alih tugasnya. Ciuman pembuka yang panas dan dua sesi morning sex adalah hal yang pantas. Damn, dia benar-benar seperti jalang sekarang. Hanya butuh satu hari untuk Harry meluluhkan hati Brie.
"Kau akan ke tempat Em?" tanya Brie memperhatikan Harry yang baru keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk di bagian bawah tubuhnya.
"Ya... mau kemana lagi?"
"Haz, berjanjilah padaku."
"Apa?" Harry memakai jeansnya sekarang.
"Jangan kau sentuh Emily."
Harry tersenyum miring, "Karena dia sepupumu?"
"Bukan. Karena aku tidak mau membagimu dengannya."
"Well..."
"Promise?"
Harry akhirnya mengangguk. Dia mendekat ke tempat tidur dimana Brie masih dibungkus oleh selimut putihnya, "your command is my duty, mon ange." satu kecupan singkat Harry berikan pada Brie.
Brie memang peduli pada Emily tapi sekarang yang dia inginkan adalah Harry. Dia adalah manusia egois, dia tidak sudi membagi tubuh Harry untuk dinikmati gadis lain. Hanya dia yang boleh menguasai Harry. Entah ini bisa disebut suka atau hanya obsesi, yang jelas Brie ingin selalu ada Harry di sisinya.
"Tapi kau juga harus berjanji padaku."
"Apa?"
"Jangan panggil aku Harry atau Haz, panggil aku
mon mec.""Tapi aku bukan kekasihmu, aku hanya sebatas selingkuhan, right?"
Harry membelai rambut hitam Brie sangat lembut, dia mengecup harum tubuh Brie dari leher gadis itu. Brie sebisa mungkin untuk tidak kembali mengerang, damn, rasanya masih nyeri di bagian bawahnya. Dia belum siap jika Harry ingin meminta lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meets The Angels
FanfictionIt's about Harry who is being so unforgivable jerks and love to bully everyone around him. And that is why he met the angels. One is the one who always rescue Harry's victims and the other one is Harry's doll to make the other one can look at him as...