"It's over, Harry! Hubungan kita berakhir, cukup sampai disini saja!!!"
Brie datang tiba-tiba sekali, matanya penuh oleh aliran air, emosinya meluap luap seperti letusan Gunung berapi. Harry tidak tahu kenapa Brie bertingkah seperti ini, beberapa menit yang lalu mereka masih saling bercengkerama tapi sekarang Brie memandang dia dengan kebencian yang terlalu intens.
"Brie, aku mohon... bicara lah baik-baik."
Brie menggeleng dan berusaha melepas eratan tangan Harry. Harry ingin terus menahan Brie dengan kekuatan tangannya tapi dia tidak mau Brie kesakitan karena ulahnya, dia pun membiarkan tangan Brie lepas dari genggamannya. Satu kalimat terakhir dari Brie sebelum dia keluar dari kelas yang mendadak heboh itu adalah, "Aku benci sekali padamu, Harry!"
Harry sering dibenci oleh seseorang, ralat, ribuan orang malah. Tapi ketika ucapan itu terlontar dari orang yang sangat dia cintai, rasanya begitu menyakitkan. Tapi bagaimana Brie bisa tahu tentang taruhan dan dia yang tidur dengan wanita lain?
Hanya ada satu jawaban, ada pengkhianat dalam hubungan pertemanan dia dengan anak-anak manja itu. Dan kemungkinan dipersempit karena ada Zayn!
Licik sekali anak itu...Rahang Harry tertekan dengan tangan yang mengepal erat. Harry keluar dari kelas, bukan untuk mencari Brie, karna dia tahu hal itu akan sia-sia. Emosi Brie tengah ada di puncak, harus ada jeda sesaat untuk Brie bisa menenangkan diri, barulah Harry masuk. Sekarang yang jadi urusan Harry adalah orang itu, si brengsek itu!
Ternyata anak-anak di kelas mengikuti jejaknya untuk keluar kelas. Mereka pasti pikir melihat drama dalam balutan nyata lebih berfaedah daripada mendengar penuturan sejarah Britania Raya oleh Ms. Enderson. Harry tidak mempermasalahkan keramaian yang membludak, dia memang butuh khalayak ramai agar orang-orang menyaksikan apa yang bisa dia lakukan pada orang sebrengsek Zayn.
Tidak sulit untuk menemui Zayn. Anak itu ada tepat di depan kelas dengan senyuman menantang. Yang membuat emosi Harry kembali terbakar adalah sosok yang ada dalam pelukan Zayn, Brie sedang memeluk Zayn. Harry tidak bisa menahan diri lagi, dengan kasar dia melepas tubuh Brie dari pelukan Zayn. Dia pun melemparkan beberapa pukulan kencang ke pipi dan perut Zayn. Harry kalap. Dia bahkan ingin membunuh Zayn di detik itu, sekarang, dengan kedua tangannya sendiri.
"Harry, lepaskan!!! Hentikan semua ini!" Tangan Harry di udara pun terhenti mendengar titah itu. "Buat apa kau marah padanya! Setidaknya dia bisa bicara jujur tentang kebenaran daripada kau yang terus membohongi hubungan ini!"
"Aku tidak pernah bohong tentang hubungan ini, mon ange. Aku benar-benar mencintaimu." Harry mengeluarkan perasaannya benar-benar berasal dari hati. Air mata bahkan hampir saja jatuh dari matanya ketika dia berbicara. Harry bukan pria cengeng, tapi perpisahan dengan Brie adalah kekalahan terbesar dalam hidupnya.
Brie tertawa kencang, lalu menampar Harry sekali lagi, "Ta Guelle! Aku tidak mau mendengar satupun racauan palsumu lagi. Cukup sekali aku masuk ke jebakanmu, Harry. Aku bukan wanita bodoh!"
"Dengarlah dulu penjelasanku, mon ange."
"Don't you ever call me with that stupid names again. I'm not your angel."
"Please, just listen to me. I'll explain everything. I don't wanna break up with you... I love you. I really love you. Damn, I'm fucking love you!"
Brie bertepuk tangan sangat kencang, "Aktingmu sangat bagus, Mr. Styles. Kau bisa mendapat Oscar, percayalah."
"Aku tidak sedang akting, mon ange. Aku benar-benar mencintaimu, sangat mencintaimu, tidakkah kau melihat ketulusan itu dari mataku?"
"Ketulusan?" Brie tertawa, "Apa kau pikir aku bodoh? Tentu saja aku tidak melihatnya, yang aku lihat hanya kebusukan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meets The Angels
FanfictionIt's about Harry who is being so unforgivable jerks and love to bully everyone around him. And that is why he met the angels. One is the one who always rescue Harry's victims and the other one is Harry's doll to make the other one can look at him as...