Harry sebenarnya ingin menjemput Emily, yah, sekalian agar dia juga bertemu dengan Brie. Tapi dia benar-benar tidak bisa sekarang, dia sedang dalam pengawasan Dad. Kontrol mingguan, Dad akan datang ke rumahnya dan meninjau Harry selama satu jam penuh. Harry tahu ini sangat kekanakan tapi percaya atau tidak, Harry senang dengan kegiatan ayahnya. Ini adalah satu-satunya cara agar Harry bisa berkomunikasi dengan ayahnya.
"Aku dengar kau sudah punya kekasih?"
Harry sudah yakin pertanyaan ini akan keluar. Ayahnya punya banyak mata dimana-mana.
"Belum, hanya teman dekat."
"Kau mau kencan dengan teman dekatmu malam ini?"
"Bisa dikatakan seperti itu."
"Apa aku menganggu acaramu?"
"Tidak, Dad. Aku justru senang kau datang kesini."
Ayahnya menyeringai, Harry bergidik ngeri, "Kau senang, huh? Kau senang aku membuang waktuku mengurus tingkahmu yang selalu menyusahkan?"
"Bukan seperti itu, Dad."
"Sweetheart." Suara lembut seorang wanita itu datang dari wanita tua di sebelah ayahnya. "Bukankah kita lebih baik pergi dan membiarkan Harry kencan dengan teman dekatnya? Biarlah Harry menikmati masa mudanya."
Tatapan kebencian Harry torehkan sepenuh hati ke wanita tua itu. Jika ada satu orang yang layak disebut iblis selain dirinya, maka wanita itu adalah kandidat yang paling tepat. Wanita itu menguasai ayahnya... hampir di segala hal. Wanita itu adalah perusak rumah tangga ayahnya dan ibunya... wanita itu iblis licik yang menghancurkan keluarganya dan kasih sayang ayah Harry padanya. Setiap detik, keinginan Harry membunuh wanita itu begitu kuat.
Sesuai dugaan, Dad menurut. Mereka bergandengan tangan keluar dari rumah yang diberikan untuk Harry sebagai kado ulang tahun ke 17 - nya. Saat bayangan mereka menghilang, hal pertama yang Harry lakukan adalah membanting botol wine di meja.
Harry marah. Dia sedang dalam kondisi mood buruk tapi Harry pemain profesional, dia harus menepati janjinya dengan Emily.
Dia telah memesan restoran paling mahal seantero London. Dia ingin mengambil hati Emily dengan kemewahan, ketika hati itu bisa direbut... dia mungkin saja bisa mengambil hal lain, yang seratus kali lebih nikmat.
Harry tahu dia sudah berjanji pada Brie untuk tidak menyentuh Emily selama Brie siap jadi malaikat Emily tapi kalau Emily yang meminta atau mungkin saja pasrah... laki-laki normal mana yang akan menolak?
Tidak butuh waktu lama Emily datang ke bangku yang sudah dipesan Harry. Gadis itu terlihat sangat menawan dengan gaun putih tanpa tali.
"Harry, kau sudah lama?"
"Tidak, my angel. Aku juga baru datang. Apa kau mau pesan makanan sekarang?"
"Boleh. Samakan saja pesananku dengan punyamu."
Harry menurut. Mereka memesan Beef Wellington, menu andalan restoran itu. Sambil menunggu makanan siap, Harry mencari cara mengambil lagi hati lunak Emily.
"Apa tiga hal yang paling kau suka di dunia ini?"
"Aku suka suka salju, piano, dan buku."
Harry tersenyum senang. Setidaknya ada satu hal yang bisa membuat Emily luluh di antara tiga hal itu.
"Kau punya lagu favorit?"
"Banyak sekali."
Harry tidak bertanya lagi. Dia bangkit dan meninggalkan Emily sendirian yang masih dicekam oleh kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meets The Angels
FanfictionIt's about Harry who is being so unforgivable jerks and love to bully everyone around him. And that is why he met the angels. One is the one who always rescue Harry's victims and the other one is Harry's doll to make the other one can look at him as...