Harry benci situasi ini. Dia sangat membenci Brie tapi di satu sisi ada rasa iba yang menguasainya. Sudah ada tiga orang yang menasihatinya agar berhenti, tiga orang yang bilang sesuatu tentang cinta. Niall yang paling berisik, dia terus meminta Harry berhenti agar Harry tidak menyesal. Damn, buat apa Harry menyesal... eye for eye and tooth for tooth, kan? Harry bertindak karena tuntutan balas dendam. Kalau Megs masih hidup, dia pasti senang dengan apa yang sudah Harry lakukan pada Brie.
Louis tidak banyak bicara tapi sesekali dia juga bilang kalau tindakan Harry keterlaluan. Hell! Apanya yang keterlaluan? Tindakan Brie bahkan jauh lebih iblis.
Lalu tadi Emily, si penyebar gosip pun menasihati Harry agar berhenti karena apa tadi katanya... Harry masih mencintai Brie? Fuck, cinta? Tidak akan pernah. Dia dulu terlalu naif dan bodoh sampai percaya kata cinta itu eksis di dunia. Harry seharusnya tidak bodoh dulu. Cinta? What the fuck is that?
Persetan dengan semua orang. Harry tetap akan melanjutkan aksi balas dendamnya. Hukum karma harus tetap berjalan. Dan Harry tidak mau Brie hidup tenang.
***
Harry menunggu kedatangan Brie di lobi lagi. Tapi anak itu datang terlambat, atau malah tidak datang? Shit... apa anak itu tidak merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Megs?Bel sudah berdering sejak dua puluh menit lalu, anak-anak di lobi pun hampir tidak ada lagi. Hanya ada Harry yang tetap berdiri dengan bodohnya menunggu kedatangan si jalang. Kalau dalam sepuluh menit anak itu tetap tidak datang, maka Harry baru akan pergi.
Ternyata tidak sampai sepuluh menit, si jalang dengan jaket hitamnya datang bersisian dengan Liam. Dari jauh Harry bisa melihat beberapa luka lebam di pipi Brie, itu dari perbuatan tangannya.
"Kau terlambat."
"Ma-maaf, Harry."
"Kau tinggalkan aku berdua dengan anak ini."
Teman pria Brie bergeming di tempat. Dan dia bahkan lancang menatap Harry penuh kebencian. Sial, anak ini mau melawannya?
"Aku peringati kau untuk pergi kalau tidak--"
"Just go, Liam." Suara Brie pelan dan terputus-putus. Tapi perintah Brie akhirnya dituruti pria itu.
Pria itu bahkan lancang memeluk tubuh Brie, mencium puncak kepala Brie, dan berbisik sesuatu di telinga Brie sebelum pergi dari hadapan mereka. Sialan... Apa itu semua? Mereka sudah menjalin hubungan? Dasar jalang!!!
"Ikuti aku!"
Harry berjalan di depan. Tapi dia harus berhenti beberapa kali untuk menunggu Brie yang jalan bagaikan siput. Kenapa lagi dia jalan begitu lamban? Apa semalaman si jalang ini dan temannya berhubungan intim sepanjang malam!!!
Damn, dasar tidak tahu malu."Ikuti aku cepat! Atau kau mau aku seret dengan rambutmu lagi?"
Harry tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Karena Brie tidak menurut, dia menarik rambut Brie lagi seperti hewan saja. Dia tidak mau membuang waktunya untuk menunggu jalang ini berjalan.
Brie beberapa kali merintih ketika beberapa rambutnya terlepas dari akarnya. Dan Harry senang karena hal itu. Dia ingin Brie merasa sakit, makanya dia menaikkan kekuatan tangannya dalam menarik rambut Brie.
Tanpa perasaan Harry mendorong tubuh Brie ketika sudah sampai kelas kosong. Kepala Brie membentur pinggiran meja, well, baguslah.
"Kau berpacaran dengan temanmu itu?"
Sangat pelan Brie menggeleng, "Just Friend."
Brie yang masih duduk di lantai, Harry tendang perutnya. "Jangan bohongi aku, brengsek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meets The Angels
FanfictionIt's about Harry who is being so unforgivable jerks and love to bully everyone around him. And that is why he met the angels. One is the one who always rescue Harry's victims and the other one is Harry's doll to make the other one can look at him as...