Chapter 19

1.6K 153 7
                                    

Sementara itu, ternyata Kinal dan Ve tidak seberuntung Jeje dan Beby. Mereka harus melawan beberapa penjaga yang berpapasan dengan mereka.

Setelah selesai dengan lawan lawan mereka, Kinal dan Ve segera menuju tempat yang ditunjuk oleh koorinat tujuan mereka.

BRAKKKK...

"Kak Kinal? Tolong aku"

*****
Seorang perempuan yang tengah terikat di sebuah papan kayu dengan luka di sekujur tubuhnya memandang lemah ke arah Kinal.

Kinal yang melihat itu langsung berlari mendekat dan memotong tali tali yang mengikat tangan, tubuh, serta kaki perempuan itu.

"Kak Kinal gapapa?" Tanya perempuan itu saat dia sudah ada dipelukan Kinal.

"Pertanyaan bodoh Shan, kenapa kamu masih sempet sempetnya mikirin keadaan orang lain disaat keadaan kamu kayak gini? Ve tolong hubungin Beby sama Jeje, kita balik ke mobil sekarang."

Ve yang mendengar perintah Kinal pun langsung menghubungi Jeje dan meminta mereka langsung kembali ke mobil mereka. Setelah selesai dengan apa yang Kinal perintahkan, Ve pun membantu Kinal mengangkat perempuan yang belum Ve kenali itu ke punggung Kinal.

"Ve tolong lindungi aku dari belakang." Minta Kinal pada Ve sebelum mereka meninggalkan ruangan yang dipenuhi oleh darah tersebut.

Setelah mengambil napas sejenak, mereka pun segera berlari keluar dari ruangan itu, Ve menembak orang orang yang menghalangi jalan mereka dan juga orang orang yang mencoba menyerang mereka dari belakang.

Akhirnya tanpa perlawanan yang berarti mereka pun sampai di tempat mobil mereka terparkir,

"Kenapa Nal? Kok nyuruh kita buru buru?" Tanya Jeje yang sudah sampai terlebih dahulu.

"Entar gua jelasin, sekarang ayok balik dulu. lu yang bawa ya Je."

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Jeje pun masuk ke belakang kemudi disusul dengan Beby disampingnya. Setelah semuanya siap, Jeje pun langsung menginjak gas dan meluncur ke jalanan.

"Nal? kita gamau ke rumah sakit dulu?" Tanya Jeje sambil tetap fokus ke jalanan.

"Jangan Je, Nakagawa akan mudah nemuin kita disana. Kita pulang aja, peralatan kedokteran kita lengkap kok."

Tanpa bertanya lagi Jeje langsung memperdalam injakan gasnya agar mereka dapat sampai lebih cepat.

*****
"Gimana Ve keadaan Shania?" Sambar Kinal saat melihat Ve keluar dari kamar tamu tempat Shania tidur.

"Shania?"

"Iyaaa, nama perempuan itu Shania, Ve"

"Ohh.. Aku gabisa bilang kalo dia baik baik aja Nal. Seperti yang tadi kamu liat tubuh dia penuh dengan luka luka. Dia juga mengalami dehidrasi. Aku ga tau manusia macam apa yang tega ngelakuin hal kayak gitu sama perempuan cantik kayak dia."

"Yaaaa mereka itu Nakagawa Group Ve, mereka akan melakukan apa aja asal tujuan mereka tercapai. Dan kita juga harus melakukan apa saja agar dapat menghentikan mereka.

*****
"Pagiii semuaaaaaa~"

"Pagi Beb"

"Yoo, pagi Beb"

"Apaan si Beb berisik banget."

"Apasi ci? Sensi banget pagi pagi. Gaada yang pernah ngucapin selamat pagi ke elu yaaa? Hahahaha"

"Ehhh udah udah sarapan dulu." Ve yang kebetulan berada disamping Jeje pun menahan tubuh Jeje agar tidak bangkit dan menyerang Beby.

Belum lima menit Ve menikmati keheningan yang tercipta, dia sudah harus pasrah merelakan pagi indahnya-lagi- saat merasakan Jeje, Beby dan Kinal saling menendang dibawah meja.

Brakkkkk...

"Astaga Jeje kamu bisa tenang dikit ga si kalo lagi makan?" Ve mendelik kepada Jeje setelah ia selesai meredakan nyeri di kerongkongannya akibat terkejut dengan pukulan Jeje pada meja.

"Eheh maap Ve, gausah gitu juga matanya entar kalo keluar tu mata baru tau rasa lu wakakaka eh iyaaaaa maap becanda Peeeee gausah gitu banget. Gua cuman keinget doang itu cewe yag semalem apa kabar?"

"Baik gua ci."

"Gua ga nanya lu jenong!"

"Ihhh kak Veeee, si idung masa ngatainnya ngatain fisik"

"Eh sampah kering, itu lu juga ngatain fisik gua yaaa"

"Dih emang gua ada ngatain lu apa?"

"Itu lu tadi idung idung"

"Lah? Kan gua cuman bilang idung doang. Emang kenapa sama idung lu? Kan gua gabilang itu idung kenapa. Salah gua apaaa ci?"

"Serahhh lu deh Beb serahhh, capek guaaa. Jadi gimana Nal? Ve? Kabar itu anak? Jan jawab lu Beb. Gua ga nanya lu."

"Udah pada kelar makan kan? Yaudah yuk ikut gua nganter sarapan ke kamar dia."

Kinal pun mengambil nampan berisi sarapan serta obat untuk Shania yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Ve.

Tok.. Tok.. Tok..

Tanpa menunggu jawaban dari dalam kamar Shania, Kinal langsung membuka pintu tersebut menggunakan sikunya.

"Masih tidur dia Nal keknyaaa"

"Iyaaa Je, gapapa bangunin ajaa buat dia makan terus minum obat. Abis itu baru tidur lagi."

Kinal dan Jeje saling bisik agar tidak mengganggu Shania. Kinal meletakkan nampan yang ia bawa di meja kecil di samping tempat tidur Shania.

"Shann? Bangunnn Shannn. Makan dulu yuk. Abis itu baru tidur lagi." Kinal sedikit menggoyangkan badan Shania agar ia cepat terbangun.

"Engghhhh iyaa kak" Shania sedikit merenggangkan badannya lalu memutar badannya menjadi menghadap langit langit kamar.

Kinal tersenyum melihat Shania yang masih belum menghilangkan kebiasaan lamanya, mengucek mata sambil sedikit sedikit memajukan bibirnya. Sadar ada yang memperhatikan dirinya, Shania pun menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah Kinal yang sedang menatapnya sedari tadi sambil tersenyum.

"Apaan si kak? Jangan liatin aku kayak gitu donggg"

"Hahaha iyaiya maaf, yuk makan dulu. Kak Kinal suapin." Kinal mengusap lembut kepala Shania lalu memberikan Shania air putih sebelum ia memulai sarapannya.

"Ehem ehem.. Duhduhduh berasa nyamuk guaaa"

"Eh? Hahaha maap maap Je. Sini sini Je, Ve, Beb."

Shania yang tidak menyadari keberadaan ketiga orang lagi di kamarnya itu pun hanya tersenyum malu.

"Nih Shan, ini temen temen kak Kinal. Ini Jeje sama Ve. Kamu inget kan sama mereka? Dan yang ini Beby." Kinal memperkenalkan teman temannya satu persatu kepada Shania.

"Woyy semua, ini Shania. Gua udah kenal dia dari jaman dia orok. Tinggal sama kita juga dulu Je, Ve. Tapi mungkin kalian ga inget soalnya dulu Shania masih kecil banget."

Jeje pun maju mendekat ke arah Shania lalu mengarahkan tangannya kearah Shania. Shania yang mengerti apa yang Jeje maksud pun langsung menyambut tangan Jeje dan saling mengucapkan nama mereka masing masing. Ve yang berada tepat disamping Jeje pun langsung menyambut tangan Shania sambil tersenyum saat Jeje sudah melepaskan jabatannya pada tangan Shania.

Posisi Shania menyebabkan Beby tidak dapat melihat wajah Shania dengan Jelas, sehingga saat gilirannya untuk berkenalan dengan Shania pun dengan senyum yang mengembang ia datang mendekat ke arah Shania.

"Beb.. Elo?!!"

"Kamu?!"

Beby langsung menghempas kasar tangan Shania dan berlari keluar membanting pintu saat ia dapat melihat dengan jelas wajah orang yang semalam mereka selamatkan.

"Kamu kenal sama Beby Shan?" Kinal bertanya pada Shania saat melihat kelakuan aneh Beby.

Shania pun mengangguk sambil memejamkan matanya.

TBC..

Hate [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang