Title: Last Letter
Author: AiV___
Genre: Romance, Riddle (may be?)
Rating: PG-17
Disclaimer: The story is originally mine, but the characters belongs to God and themselves.
You may be confused, but I hope you enjoy the story ^^
***
Dear Princess,
Mungkin dalam waktu dekat aku tidak bisa kembali. Pekerjaanku di sini sungguh menyita waktu, tapi akan kuusahakan kembali ke Daegu akhir bulan ini.
Saranghae,
Kim Taehyung.Aku memijat pelipisku setelah membaca setiap deretan kata pada surat itu. Ini adalah surat kedua dalam tiga bulan ini, dan Taehyung terus menerus mengulang kalimat yang sama.
Prang!
"Ai, jangan mengamuk, kautahu bahwa Taehyung memang sibuk, bukan?" kataku sembari melihat wajah yang penuh kekesalan itu.
"Dia pasti berbohong, Nara-ya. Mungkin dia sudah tidak peduli pada kita," balas gadis itu.
"Kautahu Tae tidak mungkin seperti itu," lanjutku masih mencoba memberi pengertian pada gadis temperamental ini.
"Aku sudah mulai muak dengannya."
Gadis itu kemudian mengakhiri kalimatnya disusul dengan suara barang berhamburan. Ya, dia kembali mengacak meja nakas di depanku. Dan aku hanya bisa mengamati kelakuannya dalam diam.
***
"Kenapa tidak menyusul Taehyung ke Seoul saja? Sekalian mengunjungi Tuan dan Nyonya Seo, bukankah itu ide bagus?"
"Tuan dan Nyonya Seo? Dua orang kejam itu tak pantas dihormati."
"Sayang, bibi tidak pernah mengajarkan untuk membenci orangtua kalian, bagaimanapun kalian tidak mungkin ada tanpa mereka," kata Bibi Park.
"Aku tidak pernah membenci mereka, Bi. Aku hanya kecewa," jawabku sembari menunduk, menyembunyikan bulir-bulir air mata yang akan meluncur bebas.
"Kau tak pantas menangisinya, Nara-ya. Mereka itu jahat, lebih baik kita mendoakan mereka agar cepat mati," kata Ai sambil membasuh air mataku kasar.
Bibi Park hanya melihatku dengan tatapan iba, lalu memelukku memberikan kehangatan yang justru semakin menyesakkan. Bukankah seharusnya ibu kandungku yang seperti ini?
Namun nyatanya, justru orangtuaku yang kaya raya itu mengasingkanku ke desa terpencil ini bersama pengasuhku, hanya karena malu mempunyai anak sepertiku, anak dengan penyakit aneh ini.
***
Dear Princess,
Aku tidak suka mengatakan ini, tapi mungkin ini akan jadi surat terakhirku. Maafkan aku, setelah ini aku tidak akan mengirimimu surat lagi.
Saranghae,
Kim Taehyung.Tae bodoh! Pembohong! Berhenti mengatakan cinta palsumu. Harusnya aku sadar tak ada yang bisa menerimaku apa adanya. Bahkan orangtuaku saja merasa malu mempunyai anak sepertiku. Harusnya aku tahu diri, Tae tidak pernah benar-benar mencintaiku. Dia hanya kasihan padaku selama ini. Aku bahkan tak tahu siapa yang dia cintai!
"Jangan menangisinya, bodoh! Sudah kuperingatkan sejak awal, dia pasti sama seperti yang lainnya. Lagi pula, di zaman yang sudah modern seperti ini, siapa yang masih betah menggunakan surat? Kau lupa, Taehyung sekarang sudah menjadi orang kota. Lelaki Seoul yang mapan dan modern. Mungkin dia sudah tidak akan kembali ke desa ini. Desa yang terbelakang, telepon saja harus menumpang ke rumah kepala desa."
Aku hanya menangis, membiarkannya berteriak sepuasnya. Memukul meja dan segala macam benda di sekitarnya, meski aku sendiri jadi terluka karena kelakuannya itu. Sampai tiba-tiba suara itu muncul bersamaan dengan seseorang yang memelukku dari belakang.
"Aku kembali, Sayang, dan aku akan menetap di sini mulai sekarang, jadi kita tidak perlu saling surat-menyurat lagi. Sungguh, aku sangat merindukan kalian," bisik Tae.
"Taehyung bodoh!"
Kubiarkan makian itu terlontar bersama pukulan-pukulan kecil pada punggung Tae. Terserah padamu Ai, Tae memang pantas dipukul.
Oh, Tuhan ... terima kasih karena Tae-ku kembali. Kami tidak akan kesepian lagi.
END
A/N:
How is it? Pusing gak? Pusing kan, yodah maapin. Nggak tau ada angin apa sampe mih bikin epep yang ntah masuk riddle atau nggak wkwkwk
Keterbatasan words bikin epep yang membingungkan ini semakin membingungkan hahaha
Yang merasa pusing, nanya aja. Mih jelasin kok sebagai penebus dosa T_T
KAMU SEDANG MEMBACA
[SEPTEMBER] Regular Menu
FanfictionSelamat datang di Flow de Mémoire, Tuan dan Nona! Bulan September telah tiba. Membawa berjuta kisah yang akan memberikan berbagai macam gejolak emosi yang tentu akan membuat hari-hari Tuan dan Nona penuh warna. Dengan mengangkat tema mengenai teleko...