[Barista] Beloved Village

68 14 9
                                    

Title: Beloved Village
Author: Phaela (ryeo33)
Genre: Horor, Sad
Rating: T
Disclaimer: Tokoh dalam cerita bukan milik saya. They belong to God, their parents, and their agencies. Tapi, cerita/alur cerita murni dari imajinasi saya. Maaf bila ada kesamaan, itu tidak disengaja.

--------------------------------------------------

Pagi-pagi sekali, bus berhenti di halte yang berada di tengah-tengah kebun sayuran hijau yang sejuk. Seorang pemuda turun dari bus tersebut dengan mantel cokelat membalut tubuhnya. Ia membawa satu koper dan satu ransel di punggungnya.

"Terima kasih, paman." Ucapnya pada si pengemudi.

Ia berjalan menulusuri desa tersebut menuju sebuah rumah yang terbilang besar namun sederhana. Seorang wanita paruh baya berada di sana, sedang mengangkut sayuran hasil panennya.

"Permisi," katanya sopan. "Apa benar ini penginapan milik keluarga Jung?"

"Ah, kau pasti Park Jisung, ayahmu sudah memesankan kamar untukmu. Kamarmu ada di sebelah sana." Kata wanita itu dengan ramah seraya menunjuk pintu yang berada di sebuah koridor kecil.

Jisung pun masuk ke dalam kamarnya dan segera menaruh barang-barangnya. Untuk pertama kalinya, Jisung pergi ke desa sendirian karena permintaan kedua orangtuanya. Alasannya supaya Jisung belajar mandiri.

Tuk!

Suara benda terjatuh dari atas nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Spontan Jisung mengambil benda jatuh itu, sebuah buku bersampul hard cover bewarna merah darah.

"Itu milikku," kata sebuah suara, sebelum Jisung hendak membukanya. Seorang laki-laki yang lebih tua darinya, yang datang entah dari mana, berdiri di depan Jisung. "Maaf." Jisung gelagapan.

Disodorkannya buku itu pada laki-laki tersebut. "Jadi, kau Na Jaemin?" tanya Jisung ragu-ragu, sesekali melirik sampul buku itu yang tertera nama laki-laki itu dengan jelas. Jaemin mengangguk dengan senyum di wajahnya.

"Aku Park Jisung."

"Hai, Jisung."

Senyumnya seakan tak akan luntur dari wajahnya.

"Kau tinggal di sini?"

"Ya."

"Temani aku keliling desa?"

Jaemin mengangguk. Mereka pergi keluar rumah bersama.

Kini mereka duduk di tepi kebun sayuran, mengamati pada petani memanen sayurannya. Jisung sesekali melirik Jaemin yang masih setia memengang bukunya. Perasaannya tidak enak sekarang.

"Desa ini indah, belum pernah aku berpikir meninggalkan desa ini sebelumnya." Ucap Jaemin pelan.

"Yah, banyak sekali hal menarik yang ada di sini." Jisung setuju.

"Tapi di sini sangat sepi, pasti banyak yang pindah untuk bekerja di kota. Ck, mungkin beberapa tahun lagi tempat ini sudah menjadi gedung besar bertingkat."

"Kau terdengar sangat yakin, hyung."

"Jisung, berjanjilah padaku untuk menjaga desa ini. Sudah terlalu banyak polusi dan kejahatan di kota, jangan sampai hal yang sama terjadi di sini juga. Aku sangat mencintai desa ini." Katanya, tersenyum.

Mata Jisung membulat. Darah menetas dari mata Jaemin, tapi ia masih tersenyum manis pada Jisung.

"Hyung, apa yang terjadi padamu?" Ia panik.

"Aku baik-baik saja, Jisung."

Jaemin menutup mata Jisung dengan tangannya, membuat Jisung bingung. Darah semakin banyak keluar dari matanya.

Tangan itu menghilang, dan Jisung kembali melihat. Sudah tidak ada siapa-siapa di sana, hanya dirinya seorang ditemani buku milik Jaemin di pangkuannya.

Pada halaman pertama tertulis, "Na Jaemin, 2002-2015, terbunuh."

END

[SEPTEMBER] Regular MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang