14

365 38 4
                                    

"Jadi, bagaimana pilihanmu sayang?" Tanya Liam membuatku sadar dari lamunanku.

"Aku--aku memilih...." ucapku ragu. Berat sekali rasanya untuk mengatakan ini.

"Aku memilih tawaran pertama! Dan kau harus berjanji, kau tidak akan menyakiti Harry seperti waktu itu. Kau jangan pernah memukul bahkan menyentuh Harry sedikitpun! Ya, satu lagi! Kau tidak boleh menyentuhku! Mengerti?!"

Prok
Prok
Prok

Liam bertepuk tangan. What? Dia gila?

"Sebesar itukah cintamu pada lelaki payah itu? Cih. Dia hanya bisa marah marah tanpa sebab, selalu menyakiti wanita, dan ya. Selalu tidur dengan jalang di setiap malamnya."

Ya, Liam benar. Harry adalah lelaki yang temperamental. Dia bisa marah kepada siapapun entah itu lelaki atau perempuan. Tapi liam tidak akan pernah tau bahwa harry memiliki sifat penyayang dan perhatian. Aku mencintainya apa adanya.

"Dan kau juga sama kan dengannya? Jadi kau tidak kalah payah dan bajingan. Sekarang lepaskan aku!" Timpalku.

Ketika aku sedang berbicara panjang lebar dengan Liam, ponselku berdering.
Apa daya aku tak bisa mengambil ponselku di saku celana karena tanganku diikat oleh Liam.

"Dengar? Ada yang menelfonku! Lepaskan aku!" Teriakku.

"Biar aku saja." Jawab liam.

Shit! Semoga itu bukan Harry.

"Haha!"

Fuck, liam tertawa? Apa yang lucu? Jangan jangan dia memang sudah gila!

"Lelaki payah itu menelfonmu."

"Berikan padaku!"

"Tidak!"

"Liam tolong. Untuk kali ini saja. Kau sudah menginginkan apa yang kau mau. Sekarang tolong lepaskan aku dan biarkan aku berbicara pada Harry. Tolong Liam...untuk...terakhir kali." pintaku memelas.

"Ssshhh drama sekali." Jawab Liam sambil melepaskan ikatan dan lakban yang merekat di mulutku.

Pun aku segera mengangkat telfon dari Harry.

Aku mengatur nafasku dan berusaha baik baik saja.

"Halo?"

"Hey kau lama sekali? Untung Mr.Tad tidak hadir hari ini. Kau dimana? Biar aku menjemputmu jika kau tidak mendapatkan bus."

Tuhan, apa yang harus aku jawab?

"Aku.. aku..."

"Kau kenapa? Apa yang terjadi?" Tanyanya di sebrang sana membuatku ingin menangis dan berteriak minta tolong. Aku membutuhkannya. Tapi aku sudah terikat janji dengan Liam. Aku juga tidak mau melihat Harry babak belur lagi.

"Aku tidak jadi berangkat. Aku-aku sedikit pusing.. Ya, pusing... jadi, aku tidur lagi. Sudah ya Harry aku ingin beristirahat dan ya kau tidak usah khawatir, apalagi ke apartemenku, itu tidak perlu karena aku butuh waktu panjang untuk istirahat. Dan kau jangan lupa makan. Jangan lupa juga atas apa yang pernah ku katakan padamu, bahwa aku selalu mencintaimu Harry. Bye."

KLIK.

Aku menutup sambungan telfon dan tak kuasa menahan bendungan air mata yang sudah memupuk di ujung mataku. Lagi lagi aku menangis. Aku tidak bisa meninggalkan Harry.

Harry POV

Dia sangat aneh. apa yang dia katakan? Seperti akan berpisah saja. Cih, dasar wanita bodoh. Dia membuatku semakin rindu. Senyumnya, tangisannya, tawanya, bahkan aku merindukan ketika dia tertidur di mobilku. Sekarang aku bingung akan kemana? Kelas Mr. Tad kosong. Apa aku harus ke apartemen Zeyta? Bahkan jika aku ke apartemennya, aku hanya akan mengganggu dia yang sedang beristirahat.

Mine [Harry Styles] // COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang