12

438 44 1
                                    

"Tau darimana mereka tidak akan di rumah, huh?"

"Aku anaknya. Pastinya aku lebih tau."

"Siapa tau mereka sudah pulang. Apa kau tak merindukan mereka?"

Harry hanya diam.

"Dengar Harry..." Ucapku sambil membalikkan tubuhku dan memegang kedua pipi Harry.

"Kau seharusnya bersyukur, masih memiliki nasib yang jauh lebih beruntung dariku."

"Maksudmu?" Tanya nya sambil mengeritkan dahi.

"Kau masih memiliki orang tua yang lengkap, kau punya segalanya, kau bisa membeli apa yang kau minta. Sedangkan aku..."

Rasanya tenggorokanku di cekat oleh sesuatu yang berat. Berat sekali rasanya meneruskan apa yang ingin aku katakan. Sesuatu yang pahit, Ya, hidupku. Nasib hidupku lah yang akan aku ceritakan kepada Harry.

"Aku-Aku sudah tak memiliki orang tua yang lengkap, mereka bercerai. Aku pergi dari rumah dan memilih meneruskan sekolahku dengan membiayainya sendiri... Aku..." Tak terasa air mataku menetes. Padahal aku sudah berusaha untuk tidak menangis didepan Harry. Aku tidak mau terlihat rapuh, namun apa daya.

"Ssttt..." Harry meletakkan jari telunjuknya di bibirku.

"Jangan-Jangan teruskan itu. Kau wanita kuat yang aku kenal. Kau tak boleh menangis menghadapi hidupmu." Harry mulai mengusap pipiku, menghapus air mata yang sukses membasahi kedua pipiku.

"Harry, aku tidak ingin kau menyesal nanti. Aku tidak ingin kau bernasib sama sepertiku. Aku tau didalam hatimu, pasti kau sangat merindukan mereka. Jangan habiskan waktumu untuk menuruti semua egomu itu, Har. Kedua orang tuamu masih ada dan pasti mereka sangat merindukanmu juga. Jangan sampai kau menyesali setelah mereka telah tiada karena keegoisanmu itu.."

Harry hanya terdiam dan memelukku dan mendaratkan dagunya diatas kepalaku
Akupun membalas pelukan Hangat Harry. Udara sejuk disini sangat mendukung.

Drrrt...drttt..

Ponselku bergetar.

"Sebentar, Harry. Sepertinya ada telfon." aku melepas pelukannya dan segera mengangkat telfonnya.

"Halo?"

"Zeyta! Kau dari mana saja? Sedari tadi aku menelfonmu, mengirim pesan singkat, tak ada jawaban. Kau dimana sekarang?" Teriak Valey dari sebrang sana. Sedikit memberi getaran di telingaku. Sial!

"Eum.. Maaf, valey. Sedari tadi aku tak mengecek ponselku. Aku sedang berada di.." baru aku akan memberitahu Valey bahwa aku sedang ada di rumah pohon buatan ayah Harry, Harry menutup mulutku dengan tangannya.

"Jangan beritahu siapapun tentang rumah pohon ini. Hanya aku dan kau saja." Ucap Harry berbisik nyaris tak ada suaranya.

Aku hanya mengangguk bingung.

"Aku sedang di Mall bersama Harry. Kau tenang saja, aku baik baik saja disini. Ada apa Valey?"

"Kau tau? Liam tadi kesini. Dia mencarimu. Dan ya, jangan lupa. Jam 3 nanti kau harus bekerja. Sudah berapa hari kau absen? Bisa bisa Ny. Barbara memecatmu nanti."

"Apa? Liam? untuk apa dia ke apartemen? Oh ya tentu. Aku tidak akan lupa akan hal itu. Sebentar lagi aku akan pulang."

"Entahlah, aku bilang bahwa kau masih bersama Harry dan dia langsung pergi dan meninggalkan barang bawaannya. Sepertinya dia marah? Kau tau? Dia datang membawa sekotak Pizza. Dan sudah ku habiskan tadi bersama Niall. Kebetulan Niall ada disini saat Liam datang ke apartemen. Tidak apa apa kan? Hehe.." Jelas Valey panjang lebar.

Mine [Harry Styles] // COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang