Roleplayer's Diary // 36

1.1K 93 16
                                    


PART 36

Berkat koneksi yang dimiliki papa dan mamanya, visa yang diminta dengan sangat mudah keluar. Dan, Ella berhasil mendapatkan tiket untuk jam 22 malam itu. Ella tidak jadi mengambil tiket untuk pagi hari karena ia ingin segera berangkat dan kini Ella tengah bersiap di kamarnya.

Ia baru selesai mandi dan berpakaian untuk pergi. Menyiapkan koper yang ternyata ada di dalam kamarnya, kemudian ketika membuka lemari bajunya, ia masih melihat baju-baju yang dimilikinya. Betapa bahagianya Ella mengetahui kamar lamanya masih sama seperti dahulu sebelum ia meninggalkannya.

Ella kemudian memasukkan beberapa baju yang ia miliki di dalam lemari. Ia tidak membawa banyak baju karena ia pikir ia tidak harus bermodalkan banyak baju untuk tinggal di negeri sana.

Sebelumnya, ternyata papa tiri Ella telah berhasil menghubungi nomor telpon papa Ella yang berada di Jerman. Ia telah mengonfirmasi jika anak kandungnya akan pergi ke sana untuk menemuinya dan tinggal bersamanya. Hal itu membuat Ella sedikit melupakan masalah Rasya dan mulai merasa tidak sabar untuk bertemu dengan orang tua kandungnya.

Sebelum berangkat, ia memutuskan untuk mengunjungi apartemennya untuk terakhir kali dan membawa beberapa barang-barang yang dimilikinya.

"La, udah siap semua? Lo buru-buru banget. Gue ga suka." Ucap Prili.

"Hehe. Udah, Kak. Lebih cepat lebih baik bukan?" ucap Ella sambil tersenyum.

"Yah, seenggaknya yang penting lo jangan lupain gue aja," Ucap Prili sambil ikut membalas senyuman Ella.

"Yaudah, yok kalau udah semua sekarang gue anter lo ke apartemen lo aja. Papa sama mama mau duluan ke bandara dan nungguin kita di sana." Ucap Prili. Ella mengangguk kemudian menjinjing koper yang akan dibawanya.

***

Sesampainya sampai di lantai unit apartemennya berada, Ella langsung berjalan menuju ke arah unit miliknya dan dengan terburu-buru membuka pintunya. Ketika pintu baru dibuka, ia secara tidak sadar menginjak kertas yang ada di dekat pintu dan terus berjalan menuju ke kamarnya. Ia pikir, ia harus cepat sebelum Yoga menyadari kedatangannya untuk mengambil barang-barang yang dibutuhkannya.

Ketika ia akan meninggalkan apartemennya, barulah ia menyadari ada sebuah kertas di dekat pintu dan diatasnya terdapat tapak sepatu yang dikenakan olehnya. Ella kemudian berjongkok dan mengambil kertas tersebut. Karena terburu-buru, ia akhirnya berjalan keluar dan mengunci apartemennya lalu menghampiri Prili yang ada di parkiran basement dengan niat membaca surat itu nanti ketika ia sudah di pesawat.

"Barang bawaannya Cuma segitu, La?" tanya Prili ketika melihat Ella keluar dari pintu apartemen yang berada di basement. Ella terdiam memperhatikan barang yang ia bawa sendiri.

"Kok, sedikit banget?" tanya Prili lagi.

"Yah, emang yang penting Cuma segini sih, kak." Jawab Ella. Ia hanya membawa sebuah kotak yang berisi surat-surat yang ia dapatkan dari secret admirer-nya dan juga sebuah kotak yang lebih besar yang berisi barang-barang yang selama ini pernah ia beli.

"Eh, itu apaan? Surat? Dari siapa?" tanya Prili ketika melihat kertas yang dipegang oleh Ella.

"Ah, gak tau kak, tadi ada di depan pintu. Nanti aja Ella bukanya pas udah di pesawat. Sekarang, ayok ke bandara. Kasian mama sama papa udah nunggu di sana." Ucap Ella. Prili kemudian mengangguk dan membantu Ella membawa satu kotak yang ia bawa. Mereka masuk ke dalam mobil kemudian Prili mengendarai mobilnya mengarungi malam dengan tujuan ke bandara untuk mengantar kepergian sang adik tiri untuk menemui papanya di Jerman.

***

"Ella, pesawat kamu sudah dipanggil tuh. Ayo ke sana. Nanti kamu tertinggal lagi." Ucap mama Ella sambil menatap Ella ketika mendengar pesawat yang akan dinaiki oleh Ella telah dipanggil.

"Eh, iya iya, Ma." Ucap Ella. Ia kemudian berdiri dari kursi tunggu dan menatap kedua orang tua tirinya yang juga sedang menatapnya.

"Ma, Pa, Ella mau pergi dulu, ya. Ella mau ngucapin makasih sama mama dan papa soalnya udah mau besarin Ella sampe umur Ella segini. Maaf Ella sering keras kepala, apalagi sama mama. Buat kak Prili, makasih juga udah mau mendukung Ella pas Ella lagi goyah waktu itu. Buat kak Yuda, tolong sampein makasih udah mau jadi kakak yang baik dan sayang sama Ella waktu itu." Ucap Ella panjang lebar. Ella kemudian memeluk mamanya. Mama Ella itu kemudian balas memeluk Ella sambil menitikkan air matanya. Bagaimanapun juga, ia tetap anaknya.

"Kamu baik-baik di sana, ya. Kamu jangan bikin mama sama papa kamu yang di sana susah, ya." Ucap Mama Ella. Ella tersenyum dan mengangguk. Ia kemudian melepaskan pelukannya.

Ella kemudian menatap papanya. Tanpa sadar, Ella memeluk papanya tanpa berkata-kata sedikitpun. Ia kemudian merasakan hangatnya pelukkan seorang ayah yang sudah lama tidak ia rasakan. Setelah berpelukan dengan awkward, Ella akhirnya melepaskan pelukannya dan menatap papanya dengan senyuman. Papanya pun balik menatap Ella dengan senyuman tulus yang tidak pernah Ella lihat sebelumnya.

Ketika Ella menatap Prili, Prili yang terlebih dahulu memeluk Ella. Prili memeluk Ella dengan sangat erat seperti menandakan ia tidak ingin adik perempuan satu-satunya yang ia miliki pergi begitu saja padahal baru-baru ini mereka terasa dekat.

"Gak mau tau, La. Pokoknya elo harus bisa vidcall-an sama gue sekali-kali. Dan lo gak boleh lupain gue gitu aja." Ucap Prili. Sebutir air matanya turun menetes.

"Iya, Kak. Tenang aja, Ella gak akan pernah lupain Kak Prili. Kak Prili juga pokoknya jangan lupain pernah punya adik yang nerd gini. Hehehe." Ucap Ella. Prili kemudian melepaskan pelukannya karena mendengar panggilan untuk penumpang pesawat yang akan dinaiki oleh Ella.

"Ah, itu sudah dipanggil lagi, La. Ayok cepat ke sana," Ucap mama Ella. Ella kemudian tersenyum dan mengangguk.

"Semuanya udah lengkap? Paspor? Tiket? Hal lain?" tanya mamanya Ella kemudian.

"Udah, Ma. Barang-barang yang Ella butuh juga udah ada, nih, disimpen di tas." Ucap Ella sambil tersenyum. Mamanya kemudian menatap Ella dalam-dalam. Mamanya kemudian memeluknya. Setelah melepas pelukannya, Ella kemudian mengambil koper yang dibawanya.

"Yaudah, kalau gitu, Ella berangkat dulu ya, Ma, Pa, Kak Prili." Ucap Ella. Ia kemudian berjalan setelah melambaikan tangannya.

"See you later, La! Jangan lupain gue ya!" teriak Prili kemudian. Ella menengokkan kepalanya ke belakang sebentar. Kemudian mengangguk sambil tersenyum. Ella-pun hilang diantara orang-orang yang berlalu-lalang di bandara.

***

Ella duduk dengan nyaman setelah pesawat telah selesai take off. Kebetulan, ia mendapatkan tempat duduk di paling ujung dekat jendela. Ella kemudian menyimpan tas kecil yang dibawanya ke pangkuannya.

Ella terdiam menatap ke luar jendela. Pesawat sudah terbang di angkasa saat ini, dan pergi mengarungi malam meninggalkan tanah kelahirannya, Indonesia. Ia kemudian menutup jendela agar tidak mengganggu penumpang lain.

Entah karena lelah atau apa, Ella kemudian tanpa sadar terlelap dan sama sekali tidak mengingat tentang surat yang ia niatkan untuk dibaca ketika ia sudah ada di dalam pesawat.

***


Roleplayer's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang