30. Orang Tua Rambut Putih

4.7K 53 2
                                    

BARU saja dia selesai membentak dari balik pepohonan terdengarlah berkumandang datang suara tertawa yang amat keras disusul munculnya seorang kakek tua yang rambut serta jenggotnya sudah putih semuanya, sambil tertawa dia berjalan mendekat.
"Kalian dua orang engkoh cilik bunuh ini bunuh itu, sebetulnya siapa yang mau membunuh siapa ?" tanyanya.

Saat ini hati Liem Tou sudah dibuat kebingungan dan kacau oleh perkataan yang diucapkan oleh Oei Poh itu, mendengar perkataan tersebut dia segera mengerutkan alisnya rapat-rapat kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun segera putar badannya siap siap meninggalkan tempat itu.

Siapa tahu pada saat itulah terasa ada segulung angin pukulan yang menyambar datang dari belakang badannya.
Liem Tou yang sama sekali tidak menduga datangnya serangan tersebut dalam hati merasa sangat terperanjat, baru saja dia mau melihat lebih jelas lagi tahu tahu angin pukulan itu sudah berubah arah putar menyerang dari depan badannya.

Kali ini Liem Tou benar benar dibuat gelagapan, seketika juga tubuhnya terdesak oleh datangnya angin serangan tersebut sehingga mundur tiga langkah kebelakang. Baru saja Liem Tou berhasil berdiri tegak terdengarlah kakek tua yang rambutnya sudah memutih semua itu telah tertawa terbahak bahak dengan amat kerasnya.
"Hey erngkoh cilik, jika dilihat dari sinar matamu kelihatannya kau mempunyai asal asul yang besar, haa . . baa . . siapa sangka ternyata ssma sekali tidak becus."

Sejak berhasil melatih ilmu silat dari kitab pusaka To Kong Pit Liem Tou belum pernah menderita kekalahan seperti kejadian ini hari sudah tentu rasa terperanjatnya kali ini sukar untuk dilukiskan, bersarnaan pula dia merasa amat gussr sekali.
"Aku sama sekali tidak kenal dengan dirinva. Kenapa dia melancarkan serangan membokong diriku?" Pikirnya di dalam hati.

Berpikir sampai disini mendadak ia memutar badannya. tampaklah si kakek tua berambut putih itu masih tertawa dengan senang-nya.
Mendadak ujung bajunya kembali dikebut kedepan, terasalah segulung angin pukulan yans amat keras menyerang kearah Oei Poh dengan gaya yang sama seperti tadi.

Oei Poh yang tak mengetahui akan kelihayan dari datangnya angin pukulan si kakek tua itu segera menperkuat kuda-kudanya lalu dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam yang di milikinya menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Siapa tahu baru ssja pukulannya didororong kedepan bayangan musuh sudah lenyap tak berbekas membuat dia jadi sempoyongan ke depan.

Dengan rasa yang amat terperanjat dia segera menarik kembali angin serangannya, pada saat itulah terasa ada segulung angin pukulan yang amat keras sudah menghantam punggungnya membuat dia tak kuasa lagi segera jatuh tersungkur keatas tanah.

Sewaktu merangkak bangun kembali matanya sudah terbelalak besar sedang mulutnya melongo.
Liem Tou yang dikalahkan oleh kakek tua itu dalam hati merasa rada tidak terima, dengan wajah yang amat marah dia membentak.
"Kiranya sudah kedatangan seorang jagoan berkepandaian tinggi, kita saling tidak kenal satu sama lainnya, kenapa dengan meminjam kesempatan orang lagi tidak siap kau melancarkan serangan bokongan?"

Kakek tua itu cuna tertawa keras saja.
"Engkoh cilik ! bilamana aku sungguh sungguh hendak berkelahi dengan kalian apa kalian kira bisa menangkan aku ?" katanya sambil tertawa tergelak. "Tetapi . . haruslah kalian ketahui aku terpaksa turun tangan memberi hajaran kepada kalian hal ini dikarenakan telinga aku si orang tua tidak terbiasa mendengarkan kata kata saling bunuh membunuh yang kalian ucapkan tadi."

"Tidak kusangka sama sekali kau orang tua yang usianya sudah lanjut masih suka saja mengurusi pekerjaan orang lain . . !" Teriak Liem Tou pula dengan gusar. "Jika didengar dari pada suaramu agaknya kau memiliki kepandaian silat yang amat tinggi, Hm. mari, mari, aku minta beberapa jurus petunjuk darimu, aku mau lihat apakah kau berar benar sangat luar biasa !"

"Apa? kau berani menantang bertempur dengan aku .. ?" gertak si orang tua berambut putih itu sambil melototkan matanya. "Apakah badanmu sudah benar benar gatal sehingga minta digebuk ? Aku orang paling tidak suka bermain geguyon dengan bccah cilik seperti kalian-kalian ini!"
Mendadak suatu pikiran sudah berkelebai dihati Liem Tou tangannya segera direntangkan kedepan siap siap menghadapi serangan.
Dugaannya sedikitpun tak salah, begitu selesai berbicara, kakek tua itu sudah mengebutkan ujung bajunya kembali kedepan.

Raja Silat (Yu Long Yin Feng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang