24. Pertarungan di Atas Perahu

4.2K 53 0
                                    

Menurut apa yang didengarnya dari Lie Loo jie itu apakah benar ayahnya bernama si pancingan emas sakti Liem Ciong?

Tetapi Liem Tou mau tidak mau harus mempercayai juga apa yang diucapkan oleh Lie Loo jie itu karena Toa Loo Cin Keng serta kedua baris syair itu memang sama sekali tidak salah, kalau tidak bagaimana Liem Tou bisa merasa begitu sedihnya setelah mendengar perkataan tersebut.

Saat ini muncul kembali seorang perempuan tunggal yang mengaku sebagai susioknya, bagaimana Liem Tou mau percaya dengan demikian saja??
Setelah termenung berpikir beberapa saat lamanya mendadak dia bertanya.
Kau menyebut dirimu sebagai susiok, lalu si cangkul pualam Lie Sang itu apamu?
Sudah tentu dia adalah Suhengku, sahut si perempuan tunggal dengan cepat. Tetapi dia adalah anak murid dari Hoa supek sedangkan aku adalah ahli waris dari Lok Yong. Hoa supek dengan suhuku orang orang dunia kangouw menyebutkan sebagai Auw Hay Siang Hiap, akhir nya Hoa supek menemui ajalnya di tangan si hweesio tujuh jari sedangkan suhuku mengasingkan diri di atas gunung Boe Liang san, tiga puluh tahun kemudian baru menerima aku sebagai murid maka itu aku orang sama sekali tidak mengenal diri Lie Suheng, sampai kali ini dia menolong nyawaku waktu itulah aku baru tahu, dan aku tahu pula kalau jie Suheng sudah menemui kekalahan di tangan Tbian Pian-Siauw sehingga dia mengasingkan dirinya, aku benar benar ikut bersedih hati atas kejadian yang dialaminya itu.
Lien Tou yang mendengar dia sedang membicarakan tentang perguruan dari ayahnya dan mendengar pula kalau perkataan Lie Loo jie yang mengatakan sudah tentu dia mau percaya atas perkataan tersebut, mendadak dia merasakan keringat yang mengucur keluar semakin deras air mukanya berubah jadi pucat pasi keadaannya seperti baru saja menderita satu penyakit yang smat berat.
Si perempuan tunggal Touw Hong yang melihat wajahnya ada sedikit tidak beres dia menjadi sangat terperanjat sekali.

Sute kau kenapa?? tanyanya.

Liem Tou tidak menjawab, lama sekali dia memperhatikan diri si perempuan tunggal itu kemudian bagaikan kilat cepatnya dia jatuhkan diri berlutut di hadapannya.
Susiok harap suka memaafkan segala pcrbuatan dari Liem Tou yang telah menyakiti hati susiok, ujarnya dengan tersengguk sengguk menahan isak tangisnya. Bilamana dilain waktu aku berbuat salah kembali kepada susiok harap susiok suka memaafkan.
Selamanya si perempuan tunggal ini belum pernah mendapatkan penghormatan sedemikian rupa, apalagi Liem Tou pun merupakan orang yang dirindukan siang malam tidak terasa lagi wajahnya berubah jadi merah padam.
Cepat bangun, Cepat bangun, serunya dengan gugup. Tidak usah Banyak adat, tidak usah banyak adat.
Dengan cepat dia mengulur tangannya untuk membimbing Liem Tou bangun tetapi tak jauh dari badan Liem Tou mendadak dia menarik kembali tangannya ke belakang sedang air mukanya berubah semakin merah lagi.
Kalau, .kalau, .kalau sutit sudah tahu kedudukanku, lain kali kenapa harus terbuat salah lagi kepadaku? apa maksud dari perkataanmu itu? ujarnya terputus putus. Liem Tou segera bangun berdiri, ujarnya dengan nada gemetar.
Kiranya orang yang baru saja mengejar dirimu itu adalah anak murid dari si hweesio tujuh jari yang sudah mencelakai Sucouwku, sekarang aku sudah tahu dia adalah musuh besarku, aku punya alasan untuk membalas dendam ini.
Sekalipun sute tidak membunub dirinya, aku beserta suhengpun akan membinasakan dirinya. Ujar si perempuan tunggal sambil tertawa. Apa lagi pembunuhan serta perampokan yang terjadi baru baru ini dunia kangouw di mana setiap kejadian itu meninggalkan tanda ular merah adalah perbuatan dari dirinya, orang yang sudah menemui ajalnya di bawah serangan dari pedang hitamnya itu sudah amat banyak sekali, bilamana orang ini tidak dibunuh buat apa meninggalkan bencana di kemudian hari.
Oooh . . kiranya begitu, ujar Lem Tou jadi paham kembali duduknya perkara. Tidak aneh kalau di dalam petinya berisikan penuh dengan emas serta uang perak, kiranya harta tersebut dia dapatkan dengan jalan merampok.
berbicara sampai disini mendadak dengan pandangan mata yang amat tajam, Liem Tou memperhatikan diri si perempuan tunggal itu,
lama sekali baru terdengar dia menghela napas panjang.
"Susiok, apa kau benar benar mau membunuh dia orang?" tanyanya ragu.
Mandengar perkataan tersebut si perempuan tunggal jadi merasa keheranan.
Sute, jika didengar dari ucapanmu agaknya kau tidak punya maksud untuk membinasakan dirinya? tanyanya.
Aku bukannya bermaksud demikian, bahkanm aku sudah bisa melihat kalau dia bukanlah manusia dari kalangan lurus. Sahut Liem Tou gelengkan kepalanya lantas menhela napas panjang.
"Sudahlah .. biar aku lepaskan dia orang supaya dia orang bisa membalas dendamnya tarlebih dahulu, sambungnya kemudian.
Susiok. sampai waktu itu kau janganlah menyalahkan aku sudah turun tangan kejam tarhadap dirinya.
Saat ini si perempuan tunggal Touw Hong, sudah menangkap kalau di dalam perkataan dari Liem Tou ini mengandung maksud maksud tertentu, sepasang matanya dipentangkan lebar lebar dan memandang dirinya dengan sangat tajam sekali.
Sute, serunya keras. Inilah kesalahanmu bila mana ada urusan cepatlah beritahu dengan berterus terang, buat apa kau ragu ragu.
Jikalau susiok memerintahkan aku berkata, aku terpaksa akan mengatakannya keluar, ujar Liem Tou kemudian dengan wajah yang serius sekali. Tahukah susiok siapakah nama dan orang ini.
Mendengar perkataan itu si perempuan tunggal segera merasakan hatinya tergerak seluruh tubuhnya gsmetar dengan amat kerasnya sedang air mukanya berubah sangat hebat, agaknya dia sudah merasa amat tegang sekali.
Aaa . . apa? tanyanya sepatah demi sepatah. Apa dia orang She Sun? apa namanya Sun Ci Sie?
Sehabis berkata deagan pandangan matanya yang amat tajam sekali dia memperhatikan diri Liem Tou dan menantikan jawabannya, tetapi diapun takut kalau perkataan dari Liem Tou ini akan menusuk hatinya.
Pada saat ini Liem Tou pun dengan sepasang matanya yang amat tajam sedang memperhatikan diri si perempuan tunggal, empat buah mata bertemu jadi satu masing masing merasakan hatinya tergetar dengan amat kerasnya, tetapi sebentar kemudian sudah diliputi oleh rasa yang amat tegang dan berat sekali.
Pada waktu itulah dari atas puncak bukit tampaklah berkelebatnya sesosok bayangan hitam yang berkelebat datang dengan sangat cepatnya.
Liem Tou segera menemuinya, teriaknya dengan keras.
Susiok, kau tanya dirinya saja.

Raja Silat (Yu Long Yin Feng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang