Jilid 47. Menuju ke Lembah Boe Beng Kok

4.2K 51 0
                                    

"SETAHUN SUDAH LEWAT, apakah tak bisa berdiam sehari saja di sini??? Apalagi kau dengan Ie moay pun sudah merupakan sepasang suami istri!"

Maksud dari perkataan ini sangat mendalam, Liem Tou serta Lie Siauw Ie yang merupakan manusia manusia cerdik sudah tentu mengerti juga akan maksud dari perkataan itu, saking malunya paras muka mereka berdua berubah jadi merah padam, kepalanya ditundukkan rendah-rendah sedang Lie Siauw Ie lebih malu lagi, boleh dikata untuk beberapa waktu ia tak berani mendongakkan kepalanya.

Bagaimanapun juga Liem Ton adalah seorang lelaki, dengan cepat ia berhasil mengatasi perasaan malu tersebut.

"Menolong orang bagaikan menolong api," serunya kemudian dengan suara yang rendah. "Dalam keadaan seperti ini kita tak boleh membuang banyak waktu lagi. Aku pergi dulu! Enci Ie, aku pergi dulu!"

Setelah mengambil keputusan dalam hatinya, tanpa ragu-ragu lagi tubuhnya segera berkelebat keluar.

Memang sejak tadi sang kerbau sudah ada di pintu luar, hal ini membuat gerakan pemuda tersebut jadi jauh lebih cepat lagi, dengan sebat ia meloncat naik ke atas punggungnya lalu berseru:

"Gouw koko, ayoh cepat lari!"

Sang kerbau menggoyangkan ekornya, di tengah suara dengusan berat dengan cepat ia berlari ke depan menerjang keluar dari dalam rumah penginapan tersebut.

Sepeninggalannya dari rumah penginapan, pemuda tersebut langsung menuju ke pantai Sah Kiem Than.

Orang orang Kiem Tien pay yang melihat Liem Tou muncul kembali di sana rata-rata pada memandang kearahnya dengan perasaan terperanjat sedang dalam hati mulai menduga peristiwa apa gerangan yang telah terjadi.

Sesampainya di pantai Sah Kiem Than, Liem Toa sama sekali tidak turun dari atas punggung kerbaunya, ia langsung menerjang masuk ke dalam ruangan besar.

Auw Hay Ong yang menerima laporan buru-buru mengejar datang, tetapi sewaktu melihat Liem Tou masih juga duduk di atas punggung kerbaunya walaupun dalam hati merasa agak tidak puas atas sikapnya yang begitu sombong dan tidak memandang sebelah mata pun terhadap dirinya, tetapi ia tak berani berbuat apa-apa.

"Tayhiap kembali lagi kemari, entah ada urusan penting apa yang hendak disampaikan??" buru-buru tanyanya.

"Ehmmm . . .! Keempat orang siangcu dari perkumpulan Sin Beng Kauw sudah berhasil kita tawan. Entah dapatkah kau siorang tua she Ciang mengeluarkan orang itu untuk aku periksa sebentar??"

"Sudah tentu ... sudah tentu . keempat orang Siangcu itu adalah Tayhiap yang tangkap tentu saja kau berhak untuk periksa diri mereka. Tayhiap, harap kau tunggu sebentar, biarlah aku perintahkan orang untuk seret mereka datang berempat. Cuma.... selama ini Tayhiap terus menerus memanggil aku dengan sebutan si orang tua she Ciang, bukankah hal ini terlalu memandang asing diriku? Bila Loohu memanggil Tayhiap dengan sebutan Loote rasanya tidak mengapa bukan?"

"Haaa... haaa ... haaa usia Ciang-heng jauh lebih besar puluhan tahun dari diriku, kini kau ingin menyamakan tingkatan di antara kita . . bilamana aku ngotot menolak permintaan dari Ciang heng ini, rasanya diriku akan dicap tidak pandang sebelah mata kepada orang lain. Baiklah! Dari pada menolak lebih baik aku menurut saja."

Mendengar perkataan dari pemuda tersebut Auw Hay Ong jadi kegirangan setengah mati, buru-buru ia memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan meja perjamuan.

Tetapi dengan cepat Liem Tou sudah menampik maksud baiknya ini.

"Ciang heng! Buat apa kau repot repot?" katanya sambil tersenyum ramah. "Setelah siauwte berhasil mengetahui alamat dari markas besar perkumpulan Sin Beng Kauw segera akan berangkat mencari Kauwcu mereka Boe Beng Tok su untuk bikin perhitungan. Oleh karena itu, aku harap kau suka cepat-cepat seret keluar keempat orang siangcu tersebut."

Raja Silat (Yu Long Yin Feng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang