Serpihan Hati (GreTa)

971 48 10
                                    

-Author Pov-

3 hari lagi adalah hari bahagia Gracia dan Shawn, calon suaminya. Namun bukan raut bahagia yang terpancar diwajahnya. Dia sangat terpaksa menyetujui pernikahan ini. Gracia bahkan tidak punya rasa sedikitpun untuk Shawn hati dan cintanya hanya untuk Kakaknya Shawn, Okta.

"Gre. Ayo dimakan,bukan melamun."

Suara Okta menyadarkan Gre sepenuhnya.

"Ota.. Bawa aku lari..."

Suara lirih Gracia membuat Okta menghela nafas kasar. Sungguh, jika bisa dia akan membawa Gracia jauh dari orang yang mengenalnya pergi ke ujung dunia yang tidak seorangpun dapat menemukan mereka. Dia ingin memiliki Gre namun apa daya, dia tidak ingin seegois itu merusak anak orang dan masa depan Graciapun tidak akan sempurna.

"Kamu pernah janji sama aku untuk selalu bersama. Ingat itu." ucap Gracia.

"Gre, kita selalu bersama tapi bukan berarti hubungan kita akan seperti yang kamu pikirkan. Kita sama Gre. Please.. Ngerti."

"Selamanya aku tidak akan mengerti Ta. Aku perlu kamu. Aku sangat ingin bersama kamu."

Okta menggertakan gigi gerahamnya tanda amarah dan kesal sedang merasukinya. Sungguh Gre sangat tidak mengerti keadaannya.
Posisinya sebagai kakak dari Shawn dia tidak mungkin merenggut kebahagiaan Shawn.
Dia tidak ingin egois, kebahagiaan adiknya lebih penting daripada kebahagiaannya sendiri.

Tanpa sepatah katapun Okta pergi meninggalkan Gre.

***
Sampai dirumah Okta menyandarkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Menghela nafas kasar, keadaannya sedang kacau. Pikirannya terbayang jika nanti Gracia jadi adik iparnya. Dia tidak mungkin sebebas dulu. Dan tentu ada sekat antara dirinya dan Gracia nanti.

"Okta, kok masih belum siap siap? Kamu lupa malam ini keluarga Gracia mengundang kita semua makan malam di Restoran?"

"Ga lupa kok mah, Okta mandi dan siap siap dulu ya."

Rasanya Tuhan sedang mempermainkannya, Okta sangat ingin menghindari Gre tapi nyatanya? Dia masih dipertemukan kembali dengan Gracia. Manusia yang ingin sekali dia hindari.

Okta sudah siap. Dia mengenakan dress hitam sederhana sedikit minim membuat kaki jenjangnya terekspos dia menggunakan high heels warna senada dengan dressnya menambah kecantikannya malam ini.

Tok tok tok.

"Okta udah siap? Ayo turun Papah sama Shawn udah nunggu dibawah."

"Iya Mah. Bentar lagi."

Setelah memastikan penampilannya cukup rapi. Okta keluar dan menuruni tangga.

"Lama banget sih kak!" protes adiknya, Shawn.
Okta melihat adiknya yang sudah dewasa itu. Dia mengenakan kemeja biru malam ditambah rambutnya yang dibiarkan memanjang yang menambah aura ketampanannya.

"Iya maaf bawel. Yuk, daripada makin lama."

"Yasudah Ayo." ucap Ayah mereka.

**
Sampai direstoran.

"Udah lama? Maaf nunggu." suara Ayah Okta membuka percakapan.

One Shoot Story ShipperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang