Surat Cinta Untuk Veranda (VeNom)

1.4K 78 10
                                    

Hai! Ini lanjutan OS Sekali Ini Saja.

So.

Check this out

Naomi Pov

Apa benar aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Aku ragu, sungguh aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta. Tapi dengannya? Mudah sekali rasanya aku memutuskan aku cinta dengan dia.
Dia turun dari panggung sementara mataku terus saja memperhatikannya.
Ah, lebih baik aku berkenalan dengannya.Hanya berkenalan biasa dan itu lancar tapi pada saat ia berlalu aku ingin mengejarnya. Dan bodohlah aku, aku terjatuh karena menginjak tali sepatuku yang lupa ku ikat simpul. Bodoh kan?
Bunyi tubuh dan lantai yang beradu mengakibatkan Ve yang berlalu menoleh, malu lah aku seluruh pengunjung menatapku aneh dan menahan ketawa.

"Ayo bangun."
sebuah suara menyadarkanku dan mengulurkan tangannya.

Astaga bahkan aku lupa untuk bangkit, sial. Aku mendongak agar melihat siapa yang nenolongku. Baiklah akan ku tarik kekesalanku pada kecerobohanku. Aku bersyukur sangat bersyukur, dia menolongku! Sekali lagi dia menolongku! Ah, elok sekali wajahnya Tuhan....

"Hey, kok ngelamun?"

"E-e-eh." aku langsung menerima ulurannya. Kapan lagi aku ditolong bidadari? Hehehe. Iya, sudah ku bilangkan aku sedikit lebay memujinya.
Aku meraih tangannya dan berdiri.

"Thanks Ve."

"Iya sama sama. Aku kesana dulu ya." tunjuknya ke salah satu bapa bapa tua.
Ia berlalu, aku mendesah pasrah namun beberapa detik kemudian aku tersadar dan menepuk jidatku kencang, rasanya sakit banget-_-

Aku lupa meminta kontaknya. Bagaimana aku akan bertemu dengannya kembali? Kalau aku kangen dia gimana?
Aku melihat dari sini sepertinya dia akan lama berbincang dengan bapa tua itu. Menunggu? Ah! Ide yang bagus. Aku kembali duduk ke tempat duduk ku tanpa mempedulikan tatapan pengunjung cafe yang sedikit terkekeh.

Sambil menunggunya aku sedikit termenung, ini kali kedua aku merasakan sengatan listrik saat bersentuhan dengan orang lain. Seperti ada ruang hati yang tersentuh dan ditemukan kembali. Sungguh rasanya sangat nyaman sekali melihat matanya yang teduh itu.
Sejak pertemuan pertama saja ia sudah menyedot perhatianku dan semua pengunjung cafe dengan suaranya yang lembut itu. Suaranya sungguh lembut selembut lembutnya kapas. Lebay? Iya mungkin sedikit lebay tapi itu benar menurutku.

*
Cafe sudah sunyi dan aku melemparkan pandanganku ke sudut ujung tempat ia berbincang dengan bapa tua tadi. Sialnya, dia tidak terlihat lagi. Gara gara aku ketiduran karena bosan dan dia menghilang begitu saja tanpa membangunkanku. Sadarlah Naomi, dia siapa kamu sampai mau membangunkanmu?
Sebaiknya aku pulang saja dan harus membawa kekecewaanku ini.
Ya Tuhan doaku malam ini semoga aku bisa dipertemukan lagi dengannya bagaimanapun skenario-Mu nanti. Aamiin

***
Pagi senin.
Ah, aku sangat benci.
Hari senin sama dengan bangun pagi,kuliah pagi, dosennya killer, penjelasannya ngebosenin. Dan, sudahlah tidak baik jika mengeluh terus.

Aku segera bersiap mengingat waktu semakin menipis.
Mandi ala bebek,mengenakan baju,dandan seadanya,semprot farfum,ambil tas,memakai sepatu dan voila sudah selesai.

Gawat! Jalanan macet, salah sekali aku menggunakan jasa angkot harusnya tadi naik motor aja biar bisa nyelip sana sini.

*

08.35

Telat 35 menit. Yang harus aku lakukan sambil berjalan dikoridor hanya berdoa semoga saja dosen killer itu belum masuk, entah alasannya apa sakit perut kek, mabok air kek yang penting beliau belum datang. Ya Tuhan tolonglah aku, tolong hambamu yang lemah ini. Aamiin.

One Shoot Story ShipperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang