Sekali Ini Saja (VeNal)

1.4K 82 20
                                    

-Author pov-

"Hei! Wajah vampire!" ejek Kinal pada sahabat barunya dikompleks. Kinal lebih lengkapnya Devi Kinal Putri wanita kelahiran Bandung. Dia baru pindah dikompleks baru ini.
Dan kenapa dia selalu memanggil sahabatnya itu vampire? Karena wajah sahabatnya itu selalu saja pucat, kecuali jika dia memberikan polesan make up diwajahnya itupun tidak terlalu membantu mukanya yang terlalu pucat itu.

"Ish! Nal! Nama aku Ve. Bukan Vampire ya!" ucap sahabatnya itu. Memanyunkan bibir seperti itu bukanlah hal yang baik untuk Kinal. Mengapa? Jantung Kinal selalu berirama cepat jika melihat Ve dengan ekspresi lucunya itu. Kejadian itu terus berulang, entah Kinal menyebut apa arti ini. Yang Kinal tau, dia sangat menyukainya.

"Kinal, aku ingin tau. Setelah lulus SMA nanti kamu pengen nerusin kuliah kamu dimana?"

"Jepang." ucap Kinal dengan singkat. Terdengar lugas.

"Kenapa jepang?" ucap Ve antusias.

"Jepang adalah negeri kedua selain Indonesia yang paling aku kagumi. Aku akan mengambil jurusan Sastra Jepang sana. Aku ingin mempelajari kebudayaannya dan tinggal disana." Kinal melayangkan tatapannya kedepan berbinar, betapa asyiknya jika itu menjadi kenyataan.
"Kalau kamu?" kata Kinal menoleh ke arah Ve yang masih diam disampingnya.

"Aku ga tau. Hehe. Lagian aku kan home schooling. Mungkin aku tidak akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya."

Kinal hampir lupa satu hal. Veranda adalah anak semata wayang dia selalu dan terlalu dijaga oleh kedua orang tuanya. Bahkan sampai sekolah pun orang tuanya tidak mengizinkan. Bahasa lainnya, orang tua Ve overprotektif terhadap Ve.

"Lho? Kenapa Ve? Pendidikan itu penting. Orang tuamu memang kaya tapi bukan berarti kamu harus males malesan buat nuntut ilmu."

Ve tersenyum kaku menanggapinya.

"Aku bukan tidak ingin melanjutkan Kinal. Tapi ada suatu hal yang menghambat itu dan aku tidak berharap untuk itu. Aku takut ekspetasi ku terlalu sulit untuk aku capai."

Kinal mencerna perkataan sahabat tersayangnya itu. Kinal tau ada sesuatu yang selalu ditutupi oleh Ve. Sehingga awan mendung selalu saja hinggap dimata hitamnya ketika Kinal menatapnya. Walaupun tau, Kinal tidak bisa berbuat banyak. Kinal bukan tipe orang yang lancang untuk mencari tau sendiri atau memaksa sahabatnya itu. Baginya, lebih baik semua mengalir seperti riak air yang bermuara ke satu tempat. Laut.

Kinal tersenyum.
"Ikut aku yuk." kata Kinal. Tangannya menggenggam lembut tangan kanan Ve.
Tatapan Ve seolah bertanya dimana dia akan dibawa pergi. Kinal paham, tapi dia memilih bungkam dan tetap membawa Ve ke tempat yang dimaksud.
Kinal membawa Ve ke bangku taman yang terletak paling pojok. Disana ada danau buatan yang sangat indah, juga bau bunga mawar yang menyeruak.

"Waw." Ve terkesima. "Aku baru tau jika taman ini memiliki tempat tersembunyi dan seindah ini."

"Makanya! Jangan diem mulu didalam istana kamu itu. Aku jadi curiga apa benar kamu manusia, kenapa kamu seolah menghindari matahari. Apa kamu akan terbakar karenanya?" canda Kinal membuat Ve mendengus kesal.
Itu ejekan kesekian yang diterima Ve dari bibir Kinal.

"Kinal apa kamu pernah berpikir? Jika waktu bisa diputar kembali aku tidak ingin terlahir kedunia ini." ucap Ve menerawang ke langit.

"Kenapa? Karena kamu merasa kamu bidadari jadi tidak pantas tinggal dibumi?" tanya Kinal bertanya main main dengan wajah yang menjengkelkan bagi Ve. Ve menatap Kinal tajam.

"Oke, aku akan menanggapinya serius. Jika Tuhan menciptakan waktu bisa diputar kembali. Manusia dengan keegoisannya akan serakah."

"Serakah maksud kamu?"

One Shoot Story ShipperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang