Pagi minggu yang cerah dengan mood yang baik Shani melangkahkan kakinya menuju cafe dekat kuliahnya ia memesan capucino kesukaannya. Sebelum memulai harinya Shani selalu memesan kopi disini, tempatnya yang adem dan tenang membuat daya tarik sendiri bagi Shani. Shani duduk menghadap pintu masuk cafe. Tak sengaja ia melihat seseorang yang menarik perhatiannya. Pandangannya selalu mengikuti kemana pun ia pergi.
Gawat, orang itu duduk dekat dengan Shani. Pandangan mata Shani terus menatap seseorang itu. Sial, pandangan mata mereka bertemu, ia seorang gadis yang menarik menurut Shani, yang dulu pernah disukai Shani. sorot mata yang selalu bersemangat, hidungnya yang mancung, wajah yang dibalut make up tipis. Bibirnya yang merah merona,mendadak jantung Shani menjadi berdegup kencang. Tak pernah terbayangkan oleh Shani orang yang dulu disukainya itu sekarang berada satu ruangan dengannya, dan duduk berdekatan.
Gadis itu datang bersama temannya, Gadis itu terlihat heran saat Shani terus terusan menatapnya. Sayup sayup Shani dapat mendengar apa yang ditanyakan gadis itu pada temannya. "Kak Shani kenapa liatin aku kaya gitu ya, Nads?" Mendadak adrenalin Shani meningkat, gadis itu tau namanya. Capucino yang berada ditangannya sedikit bergerak disebabkan dari tangannya yang gemetar. Lebih baik Shani menjauh dari sini, Shani menjadi tidak sehat jika berada disekitar Gadis itu. Rasa nervousnya memuncak ketika melewati gadis itu, aroma parfum perpaduan vanila dan citrus yang lembut membuat Shani menghirup aroma itu dan menyimpan baik baik dalam otaknya.
-
Shani panik, tiga puluh menit lagi kelas akan dimulai dan bahab presentasinya hilang. Shani masih mengingat ia sudah memasukan bahan presentasi itu dalam tas nya. Shani masih berusaha mencari cari bahan presentasinya kalau kalau tugasnya itu terselip. Setumpuk kertas melayang didepan wajahnya, Shani menatap ke depan. Mendadak rasa nervous kembali menguasai diri Shani. Kenapa gadis itu harus muncul didepannya lagi?
"Ini tugas Kakak, tadi ketinggalan dicafe." Ucap Gadis itu, tangannya masih mengulurkan tugas Shani yang belum disambut sang empunya.
"Ma-makasih." Ucap Shani singkat, karena hanya itu yang bisa terucap dari mulutnya.
"Sama sama. Aku Gracia." Uluran tugas itu sudah disambut dan diganti uluran tangan Gracia. Mengajak Shani berkenalan. Shani menerima uluran tangan Gracia. "g-gw Shani."
"Udah tau Kak, Kakakan terkenal dikampus ini. Ya sudah aku ke kelas dulu ya." pamit Gracia.
Punggung Gracia menjauh namun itu tidak membuat senyum Shani luntur karenanya. Tak perna erbayangkan Shani sebelumnya ia dapat bercengkrama dengan orang yang ia kagumi dulu. Memikirkan Gracia membuat Shani kehilangan arah sadarnya. Bisakah Shani berbicara lebih banyak lagi dengan Gracia? Semoga takdir berkenan menulis kisah Shani dan Gracia bersatu.
Kelas sudah selesai,perasaan lega menghampiri Shani. Presentasi tugasnya sudah selesai dan mendapat tanggapan yang positif dari dosen dan responden yang ada. Siang hari ini sedang turun hujan, menghantar hawa dingin. Apakah seorang Gracia terlindungi dari hujan seperti ini? Pikir Shani. Shani berjalan tanpa sadar, pikirannya terlalu penuh dengan Gracia. Hingga tanpa ia ketahui Gracia sedang berada didepannya memerhatikan kakak tingkatnya yang melamun tanpa ia tau kalau penyebab lamunan seorang Shani ialah Gracia sendiri.
"Kak Shani." Gracia melambai lambaikan tangannya dekat dengan wajah Shani. Membuat Shani terlonjak kaget, dan lebih kaget lagi kalo orang yang didepannya ini, yang membuatnya kehilangan sedikit kesadarannya. Jantung sialan, kenapa ia harus berdegup kencang. Tangannya pun menjadi gemetaran lagi. Shani sudah banyak dekat dengan banyak orang tapi kenapa ia bisa se nervous ini dengan Gracia?
"Ka-Kamu kehujanan?" ucap Shani,pertanyaan bodoh. Sudah terlihat Gracia sedang basah kuyup seperti itu. Masih bertanya soal hal yang sudah bisa ia tau jawabannya. "Iya Kak, aku lupa bawa payung. Tadi pas mau jalan mau pulang ku pikir rintik rintik doang, eh tau nya makin deres,jadinya neduh di gedung ini dulu. Kakak baru selesa kelas?" jelas Gracia ditutup dengan pertanyaan.
"Ini." Shani mengulurkan sapu tangan miliknya pada Gracia. "Buat muka kamu yang basah." Gracia menerimanya lalu menggunakannya. "Yah.. punya Kakak kotor deh, biar nanti aku cuci dulu ya baru aku balikin."
"Iya gapapa, daripada menunggu lebih lama lagi mending kita ujan ujanan aja yuk!?" Gracia sejenak berpikir lalu mengiyakan ajakan Shani yang konyol, bisa bisanya mencari penyakit dimusim pancaroba seperti ini. Mereka berjalan dengan santai tanpa menghiraukan tatapan heran dan aneh dari orang orang sekitar. Disaat orang orang mencari tempat teduh dan mencari perlindungan mereka malah berjalan dengan santainya ditengah hujan yang makin deras. Shani sangat menikmati memandangi Gracia dari dekat. Kalian tau? Jantung Shani masih sama berdetaknya, berdetak kencang. Tak peduli dengan hawa yang masih dingin, perasaan Shani sangat hangat, ia tidak merasakan bagaimana dingin ini menusuk hingga ke tulang.
"Tinggal beberapa blok nih Ka." Jelas Gracia. Bahkan dua kilometer pun jauhnya akan Shani jalani asal disampingnya ada Gracia. Tak terasa mereka sudah sampai di unit apartemen Gracia. "Masuk dulu Ka." Ucap Gracia. "Ga usah nolak Kak, ayo masuk." Gracia menarik tangan Shani. Sekarang mereka sedang berada didalam. Gracia memberikan anduk dan pakaian baru untuk Shani. Gracia was was kalau Shani sakit. Kasian anak orang kalau sakit, mana Shani tinggal sendiri dikota ini,
"Kakak mandi dikamar tamu ya, soalnya aku juga mau mandi. Atau Kaka mau mandi berdua?" Gracia dapat melihat kekagetan Shani atas ucapan dia tadi, Gracia terkekeh geli melihat ekspresi Shani yang lucu dimatanya. "Bercanda Kak. Yuk mandi." Kata Gracia. "Berdua?" tanya Shani, makin terlihat sekali Shani gugup. "Ya nggalah Kak. Ayo sana mandi nanti masuk angin."
-
Hujan telah reda hanya menyisakan rintik rintik dan hawa dingin yang makin menusuk. Mereka telah selesai mandi, sekarang mereka duduk diruang tengah sambil menonton kartun. Mereka duduk berdekatan itu menambah tingkat ke nervousan Shani. Apalagi aroma tubuh Gracia yang menguar memasuki indra penciumannya. Gracia makin mendekatkan tubuhnya pada Shani, Gracia merasa hawa diruangan terlalu dingin sehingga ia perlu kehangatan dari tubuh Shani. Gracia terlihat santai saja tapi tidak dengan Shani yang makin nervous. "Gracia, kamu kenapa?" tanya Shani diliputi rasa gugup. "Aku hanya mencari kehangatan." Tangan Gracia tiba tiba memeluk tubuh Shani menimbulkan sensasi baru bagi Gracia dan menimbulkan rasa gugup bagi Shani. Shani sebelumnya pernah berpelukan entah dengan saudaranya atau mantannya. Saat ini selah Shani belum pernah merasakan pelukan atau hal lebih.
Gracia tersenyum memandang wajah gugup Shani yang lucu, ia sengaja menggoda Shani. Gracia mendekatkan wajahnya matanya sayu menatap pada bibir merah muda Shani. Shani pasrah, ia terhanyut dan terpancing oleh permainan Gracia. Bibir mereka menyatu membuat sensasi mendebarkan dari dalam diri mereka.
Shani tidak tau kenapa perasaan nervousnya selalu muncul jika ada didekatGracia.
dosa tanggung sendiri ya, mon maap lahir batin
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Story Shipper
RandomFf oneshoot terinspirasi dari lagu XD Hope you enjoy with my story ff! Don't forget to leave vote and comment