Merakit Perahu (BebNju)

654 62 11
                                    

Beby Pov

Didalam sebuah kisah
Tertulis sebuah cerita,ini tentang persahabatan yang indah antara aku dengan dia didalam sebuah persahabatan, namun dalam cerita kami terselip sebuah kisah yang complicated, ya, CINTA.

Sebenarnya cinta itu wajar tumbuh dihati seseorang, namun jika cinta itu tumbuh dihatiku dan aku mencintai ia bagaimana? Ia adalah Shania, Shania itu perempuan sama sepertiku.

Cewe yang tidak sengajaku kenal saat ospek dikampus dan kita beda kelompok.
Ia mengambil jurusan yang sama sepertiku, psikolog.
Entah bagaimana aku bisa jatuh cinta padanya, yang jelas aku sangat cemburu saat ia bermesraan dengan Deva yang notabenenya adalah teman dekatnya. Dahulu aku menampik bahwa aku cemburu karena cinta, aku menduga rasa cemburu ini hanya karena Shania tidak punya lagi waktu untuk bersamaku, ia lebih menghabiskan waktunya bersama Deva. Tapi sekarang aku yakin ini bukan cemburu karena merasa kehilangan sahabatnya, lebih tepatnya ini cinta. Setiapku melihat tangan Deva yang menggenggam tangan Shania erat, Deva yang mencium pipinya hati ini sedikit perih.

Aku akan dengan senang hati menerima Deva sebagai teman dekatnya Shania jika saja Deva tidak selalu menyakiti Shania. Dan bodohnya Shania selalu memaafkan kesalahan Deva, dan terlebih bodoh lagi aku, aku yang hanya menyimpan perasaan ini.

Aku selalu melarang Shania untuk tidak termakan bualan hampa Deva. Namun siapa aku? Aku hanya sahabatnya yang selalu berada dibelakangnya, menahannya ketika ia hendak jatuh, memeluknya ketika ia menangis. Dan biarlah rasa ini menjadi rahasia antara diriku dan Tuhan.
Begitu menyedihkannya mempunyai perasaan ini.

***

"Beb, jalan yuk!" ucapnya saat kami dikantin kampus.

"Ayo, kemana emang?"

"Ke f(x) aja yuk!"

"Ok, nanti jemput aja ya Shan, kalo mau otw cp aku dulu."

"Iya Beb."

Aku tau aku adalah pilihan terakhir yang Shania ambil saat Deva tidak bisa menemaninya. Menyedihkan memang.

"Beb, masuk kelas yuk."

Aku mengangguk lalu kami menyusuri koridor kampus.

Langkah Shania tiba tiba berhenti membuatku heran dengan sikapnya itu. Ia mematung dan tiba tiba matanya meneteskan air mata.

"Shan. Kamu kenapa?"

Tidak ada jawaban darinya aku langsung mengikuti arah pandangnya aku menemukan jawaban kenapa Shania. Jawabannya ialah Deva. Deva sedang memeluk erat Cindy, dan mencium kening Cindy dengan lembut.
Segera ku tarik tangannya untuk menjauhkannya dari pemandangan yang menyakitkannya.

Aku menariknya keruang serbaguna yang sepi lalu memeluknya erat membiarkan pundak bajuku basah oleh air matanya. Kau tau Shan? Sakitmu sakitku juga, air matamu seperti air garam yang menaburkan perih dihatiku yang sedang luka menganga.
Aku hanya diam saat ia masih menangis dipelukanku. Sudah Shan sudah, tak taukah kamu aku terluka melihatmu seperti ini.

"Kenapa Beb? Kenapa harus aku menyayanginya?"

"Udah ya, tenang dulu."

Kau bodoh Shania, kenapa kau masih saja mengharapkan dia? Kau sedikitpun tidak menoleh kearahku yang selalu ada untukmu. Aku hanya takut, takut aku lelah dengan perasaan ini, lelah memperjuangkan rasa ini, dan aku lebih takut ketika rasa itu hilang karena ketidak pedulianmu pada rasa ini.

***

Materi perkuliahan hari ini lebih cepat selesai dari biasanya. Aku memilih membawa Shania bersamaku untuk pulang ke rumahnya. Aku melajukan mobilku menuju rumahnya. Shania memang sudah berhenti dengan tangisnya namun sepatah katapun tidak keluar dari bibirnya sampai sekarang. Keheningan menyelimuti kami, aku ingin mengajaknya berbicara namun dengan kondisi seperti ini aku lebih baik diam membiarkan keheningan ini menelisikku.

One Shoot Story ShipperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang