Bab 2

214 11 2
                                    

Chapter 2
Kebencian

"Semuanya ada alasan, jadi apa alasan lo nyembunyiin semua ini dari gue?"
-G

     PUKUL tujuh kurang dua puluh menit. Jadi, Kejora hanya tinggal menunggu dua puluh menit mendatang. Rasanya membosankan, guru yang sedari tadi tak lelah menyampaikan semua isi yang ada di dalam buku pelajaran. Kita, para murid kelas unggulan seakan dibebani akan hal menyedihkan ini. Apa lagi kalau bukan 'kelas malam'. Dua puluh menit berlalu dengan sangat panjang. Tanpa terasa, sekarang seluruh murid kelas unggulan berbondong untuk pulang dan memeluk guling.

Kejora yang baru saja keluar, langsung melihat seorang pria berperawakan tinggi memakai kaos polo hitam dan jeans sedang berada di depan gerbang. Reval, sudah menjemputnya.

"Abang!!" Panggilnya, srjujurnya saat ini badannya sangat lemas. Namun, demi 'dia' Kejora rela kalau sampai hal itu menguasai tubuhnya.

"Ayo naik, nanti kemalaman. Kamu janji, kalau udah sampai sana gak boleh coba-coba ngelakuin hal bodoh?" Kejora hanya mengangguk. Gue gak yakin!

Reval mulai menyalakan mesin mobil sehingga menimbulkan bunyi dehuman pedal gas. Sekarang mobilnya melaju dan menghilang di gang depan sekolah. Jalanan tidak begitu ramai, bahkan lumayan sepi. Jadi mereka tidak perlu bersusah payah menunggu macet yang biasanya melanda pada jam pulang kerja. Kejora sedikit takut, karena sepertinya untuk sampai ke tempat balap harus melewati pohon-poho menjulang yang membuat jalanan terlihat gelap. Bukan hutan. Hanya jalanan sepi. Dari jauh sudah terdengar berbagai macan suara dehuman kenalpot motor yang sungguh bising.

"Bang, apa abang yakin disana?" Tanyanya pelan-pelan.

"Tenang aja, tadi abang sempet tanya beberapa temennya. Dan mereka bilang, dia ada disitu." Kejora menghela nafas panjang.

Mobil berhenti di daerah balap yang ramai akan pembalap liar. Yap, ini bukan balapan resmi. Mana mungkin jika balapan murni diadakan tengah malam begini. Mustahil. Kejora turun sendirian, tadi sebelumnya ia menyuruh abangnya untuk diam di mobil. Reval sempat membantah, namun dengan sejurus kemudian Reval menurut. Dia hanya bisa melihat dari kaca depan mobilnya.

Kejora celingak-celinguk kesana kemari mencari seseorang. Hap, matanya bertubrukan dengan seseorang yang sedang ia cari. Mata yang dulunya teduh dan hangat, sekarang terlihat tajam mengintimidasi. Tanpa berlama-lama Kejora menghampiri seseorang tersebut.

"Gepra, gue mau ngomong sebentar." Nadanya begitu halus.

"Ngapain lo?" Tanya Gepra dengan dingin.

"Gue bisa jelasin semuanya. Gue punya alasan buat nyembunyiin itu semua dari lo. Gue gak bermaksud buat lo kecewa." Air matanya langsung meluruh.

"Sayangnya, lo udah bikin gue kecewa." Jawabnya tanpa ekspresi."Minggir lo, gue mau balapan."

"Gak. Gue gak bakalan minggir, sebelum lo dengerin alasan gue dulu!"

"Terserah. Kalau lo gak minggir, gue tabrak."

Reval semakin panik melihat aksi adiknya yang begitu nekat.

"Tolol! Ngapain sih lo dek?" Umpatnya.

"Gue siap. Lo tabrak gue aja." Jawabnya santai. Namun takut.

Bintang KejoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang